Film 3 hati Dua Dunia Satu Cinta memberikan sebuah refleksi bagiku dan pasanganku. Film inilah yang menyatukan cinta antara aku dan istriku di gelap malam mendekati pergantian hari. Banyak inspirasi yang turut kuambil dalam menjalani hidup bersama pasanganku yang kini telah menjadi istriku.
Film yang dibintangi oleh Reza Rahadian sebagai Rosid di tahun 2010 tersebut adalah film yang kutonton tanpa sengaja dunia terasa milikku dan istriku di awal penayangan film. Memahami perbedaan menjadi sebuah latar kenangan dari film ini.Â
Perbedaan antara keyakinan dan pemahaman yang seharusnya diluruskan. Begitupun dengan kehidupanku, aku mulai memahami karakter istriku dan menjadikan sebuah perbedaan menjadi makna yang terindah dalam hubungan pasangan suami-istri yang baru saja menikah. Memang, memahami sebuah perbedaan seperti yang tergambar dalam film yang rilis pada 1 Juli 2010 itu sangat sulit.
Rosid memiliki ayah yang selalu beribadah berdasarkan keluhuran dan tanpa memahami makna terdalam dari ibadah yang dilakukan. Sedangkan, Rosid sendiri menginginkan agar dirinya beribadah dengan lebih memahami tujuan dan maknanya.Â
Rosid pun mencoba memberikan pemahaman kepada sang ayah agar tidak beribadah dengan berdasarkan leluhur saja. Perbedaan mendasar Rosid dan ayahnya menjadi kisah yang unik dan membangkitkan emosi tersendiri. Memahami perbedaan berdasarkan yang diyakini memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Pun dengan kekasih yang disayangi.
Aku menikahi istriku di bulan Februari tahun 2010. Masa-masa tersulit memahami perbedaan karena aku dan istri menikah melalui proses taaruf tanpa ada mengenal satu sama lain sebelumnya.Â
Sehingga saat sudah sah menjadi pasangan suami istri itulah, aku berusaha memahami perbedaan yang nampak ada bagiku dengan istriku. Layaknya dalam film ini dimana Rosid (diperankan oleh Reza Rahadian) yang menjadi peran utama dalam film ini bersiteguh dalam memahami keyakinan agama Islamnya dengan caranya tanpa harus terdoktrin dari kehidupan orang tuanya ataupun lainnya.
Film yang disutradarai oleh Benni Setiawan ini memang cerita yang mudah dipahami dan tidak harus mengkerutkan kening. Alur cerita yang sederhana juga turut menghiasi dalam film yang berdurasi 100 menit. Memahami perbedaan tak harus dengan sikap arogan atau saling memusuhi, namun carilah cara agar perbedaan bisa mendasari percintaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H