Bagiku, hadiah lebaran paling istimewa yang kuterima yaitu saat masih kecil. Dahulu dijanjikan oleh orang tua bahwa jika aku bisa puasa full sebulan maka akan dibelikan sebuah sepeda yang baru. Pemacu awal dalam beribadah berupa benda ini memang tidaklah baik, namun untuk melatih anak maka tidak masalah.
Sepeda ini terus melaju dengan cepatnya karena diriku itu anak yang tergolong aktif saat kecil. Sepeda memang keinginanku karena teman-teman yang lain sudah memilikinya, namun diriku belum memilikinya.
Saat menerima hadiah, perlahan orang tua memberikan arti dari barang yang diberinya kepadaku. Orang tuaku memberikan sepeda diiringi dengan sebuah nasihat yang melekat.
Sepeda diartikan oleh orang tuaku sebagai sebuah pertanda kecepatan. Artinya saat beribadah harus cepat jangan ditunda. Jika sudah masuk waktu shalat maka segeralah untuk melaksanakanya. Jika ada perbuatan baik ingin dilakukan maka bersegeralah. Bersegeralah agar kuantitas dalam beribadah semakin banyak, disamping itu pula kualitas dalam beribadah juga perlu baik.
Sepeda pula diartikan untuk terus bergerak. Menjadi manusia yang beriman itu harus terus bergerak. Bergerak meraih apa yang dicita dan diidamkan. Jika tidak maka akan ditinggalkan/tertinggal. Sebagai manusia ternyata hal tersebut bermanfaat dan melekat hingga saat ini yaitu untuk menjadi orang sukses itu perlu bergerak diiringi dengan sebuah perencanaan yang baik.
Fokus pada kegiatan yang baik. Sepeda dengan arahan stang mengisyaratkan untuk berfokus pada sebuah target. Target yang baik tentu target yang telah dimanage  dengan sebaiknya. Kalau ingin menjadi juara kelas, maka perlu belajar dengan gigih.
Kiranya hal tersebutlah yang mengiang pesan dari orang tua kepadaku. Melalui hadiah lebaran sepeda, orang tuaku memberikan sebuah pesan kebaikan agar aku bisa menjadi manusia yang baik juga beriman dan bertaqwa kepada Allah.
