Mohon tunggu...
Saepullah
Saepullah Mohon Tunggu... Guru - Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mempotensikan Rakyat dalam Membangun Desa

30 November 2014   01:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:30 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Saepullah

Negeri Indonesia kaya dengan keanekaragaman budaya, adat istiadat, suku, hingga kekayaan alam. Dengan keanekaragaman tersebut maka bukan hal yang mudah bagi sesiapa yang ingin membangun sebuah landasan daerahnya masing-masing. Selayaknya kehidupan dalam bernegara maka bukan tidak mungkin unsur yang harus diperhitungkan yaitu unsur desa. Takkan mungkin ada sebuah kota jika desa itu sendiri tidak ada. Begitupun sebaliknya. Oleh sebab itu pembangunan di kota diperlukan dan begitu juga pembangunan di desa. Perlulah kiranya melihat kondisi di desa dengan lebih jernih dan penuh perhitungan. Bukan sebaliknya desa hanya sebagai alat untuk kemajuan kota. Sedangkan hubungan timbal balik untuk ke desa tidak ada. Simbiosis Mutualisme antara desa dengan kota akan membuat kemajuan desa dan kota secara bersamaan.

Begitu juga halnya kehadiran sebuah buku yang berjudul Revolusi dari Desa : Saatnya dalam Pembangunan Percaya Sepenuhnya Kepada Rakyat. Buku ini merupakan sebuah hasil disertasi program Doktoral dari seorang penulis yang juga merangkap sebagai kepala daerah di kabupaten Malinau yaitu Dr. Yansen TP, M.Si. Buku ini tercipta dari hasil pemikiran dan perenungan dalam hal memajukan desa Malinau.

Melihat kepada sisi kover buku dengan ilustrasi siklus hidup kupu-kupu yang dimulai dari ulat, kepompong, hingga menjadi kupu-kupu ini menandakan bahwa kesempurnaan dalam hidup. Begitu juga penulis ingin menggambarkan sebuah kehidupan tentang kabupaten Malinau. Memang jika dilihat bahwa kabupaten Malinau adalah kabupaten pemekaran yang belum lama berdiri yaitu baru berdiri sejak tahun 2012. Dengan sebuah perjuangan dan perenungan sejak kecil akhirnya penulis buku ini mencoba mengembangkan sebuah program untuk memajukan Malinau. Hasil perkembangan untuk memajukan Malinau ini juga yang menjadi bahan disertasi doktor Yansen.

Buku ini diawali dengan adanya sebuah tanggapan masyarakat terhadap program Gerakan Desa Membangun (GERDEMA) yang menjadi pusat dalam kebangkitan sebuah desa. Beberapa tanggapan masyarakat lebih kepada ke-setuju-annya program GERDEMA ini dilaksanakan di Malinau. Selain tanggapan dari masyarakat, buku ini juga memiliki sebuah pengantar yang ditulis oleh Prof. Dr. Sadu Wasistiono, M.Si, seorang professor dalam bidang sistem pemerintahan dan otonomi daerah di IPDN.

Sebagaimana dikatakan oleh Prof. Dr. Soesilo Zauhar, MS dalam sebuah prolog buku ini bahwa hidup akan lebih tenang dan tidak bergejolak serta tidak perlu berpikir maka bekerjalah di dunia atau organisasi publik, namun sebaliknya jika ingin bekerja penuh tantangan maka bekerjalah di dunia bisnis. (hal. xxi). Selain itu Prof. Dr. Soesilo Zauhar, MS masih dalam sebuah prolog buku ini juga menyebutkan bahwa tugas seorang pemimpin mencakup sense making, meaning making, terminating and learning serta seorang pemimpin itu tidak boleh berpangku tangan. (hal. xxiii)

Dari sebuah tanggapan dari masyarakat, pengantar dan prolog dalam buku Revolusi dari Desa ini maka sebuah buku ini selayaknya dapat menjadi acuan bagi kepala daerah baik di desa, kota maupun dalam pemerintahan pusat. Senada dengan hal itu, Dr. Yansen mengatakan bahwa makna pembangunan yaitu sebuah tindakan yang dilakukan secara terus menerus oleh pihak yang membangun, yaitu pemerintahan (government state) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan pembangunan menggambarkan adanya perilaku atau tindakan pemerintah dengan segenap unit dan bagiannya, menjalankan tugas pemerintahan, tugas pembangunan, dan tugas pelayanan kepada masyarakat secara berdaya guna dan dapat membawa hasil. (hal. 1)

Sejalan dengan adanya sebuah kegunaan dan hasil, maka bukan tidak mungkin Indonesia yang kaya akan Sumber Daya Alam nya ini bisa maju. Seperti dalam ungkapan sebuah lirik lagu Koes Plus (1970), “tongkat kayu dan batu jadi tanaman, bukan lautan hanya kolam susu.” Namun pada kenyataannya masih ada beberapa daerah yang masih tergolong miskin. (hal. 8)

1417260521573309068
1417260521573309068

Kalimat bijak Einstein yang terdapat dalam halaman 6

buku Revolusi Dari Desa (Dokumentasi Pribadi)

Dengan kenyataan yang masih adanya negeri ini yang miskin maka Dr. Yansen memiliki sebuah konsep baru yang berbeda dengan konsep sebelumnya, dimana gagasan baru, berani dan implementatif sebagai suatu dasar dan pedoman yang kuat. (hal. 9)

Konsep baru ini lebih dikenal dengan sebutan Gerakan Desa Membangun (GERDEMA). GERDEMA ini berjalan dengan sebuah moto “Berubah, Maju, Sejahtera” serta dilandasi oleh “tekad untuk bekerja keras dan cerdas dengan ketulusan hati yang bersih dan berkomitmen.” Dalam mengukur keberhasilan pembangunan dengan GERDEMA ini bisa dilihat melalui Pijakan pada visi, Penjabaran ke dalam misi, Perumusan melalui arah kebijakan pembangunan yang jelas, Pengoperasionalisasian ke dalam berbagai program dan kegiatan, Pelaksanaannya melalui partisipatif yang efektif, efisien dan dinamis. (hal.17)

Konsep GERDEMA ini pula dikembangkan berdasarkan sebuah pengamatan dari Dr. Yansen dengan mencandrakan kondisi Riil kemiskinan di Malinau (hal. 65). Dengan adanya pencandraan sebuah kondisi kemiskinan lalu Dr. Yansen kembali menyelisik model solusi yang telah ada (hal. 68) kemudian membuat strategi yang harus diambil diantaranya yaitu percaya sepenuhnya kepada rakyat, pelimpahan urusan kepada pemerintah desa, membina dan melatih aparatur (masyarakat) desa, serta pendampingan pemerintah dan masyarakat desa. (hal 75).

Dari strategi yang dibuat ini sebenarnya esensi dari adanya konsep GERDEMA yaitu berasal dari rakyat, dilakukan oleh rakyat dan menghasilkan manfaat untuk masyarakat desa. (hal. 54). Selain itu yang terpenting yaitu adanya peran serta masyarakat dalam implementasi GERDEMA. (hal. 79) Hal ini dilakukan dengan adanya Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (MUSRENBANG) serta adanya sebuah Pra MUSRENBANGDES.

Apakah dengan peran serta masyarakat tersebut bisa membangkitkan sebuah desa dan negeri ini? Tentu saja tidak, Dr. Yansen kembali mengisbatkan bahwa peran utama pemerintah, swasta, dan masayarakat adalah sebuah kesatuan nilai merekonstruksi pengelolaan pemerintah yang baik. (hal. 81)

Sebuah kesatuan perangkat dari unsur pemerintah, masyarakat, serta pihak swasta membuat sebuah negeri dengan sebuah konsep GERDEMA bisa lebih mengena dan berhasil mewujudkan desa yang lebih maju dan bermartabat.

Buku setebal 180 halaman ini telah banyak mengulas tentang sebuah sistem pemerintahan yang dijalankan melalui GERDEMA di malinau. Beberapa ulasan yang dipaparkan pada BAB V menjelaskan tentang sistem pemerintahan yaitu adanya struktur organisasi pemerintahan desa, tugas dan wewenang kepala desa, hingga hubungan antar lembaga di desa.

Selayaknya sebuah program dalam sebuah organisasi buku ini juga mengulas tentang prinsip pengawasan dalam keberhasilan GERDEMA yaitu adanya pengawasan preventif dan pengawasan Represif (hal. 60).

Tidak ada gading yang tak retak. Buku ini pun demikian adanya. Menurut tilikan saya, terdapat dua kekurangan dari buku ini. Pertama, yaitu tidak adanya sebuah daftar pustaka dalam buku setebal xxviii + 180 halaman. Selayaknya sebuah skripsi, tesis maupun disertasi daftar pustaka selalu ada. Hal ini untuk menunjukkan keilmiahan sebuah hasil disertasi, tesis maupun skripsi. Pada halaman 87 sebagai contoh, Dr. Yansen menyampaikan sebuah klasifikasi pemimpin menurut Paul Hersey. Ditambah lagi, Pada halaman 26 Dr. Yansen menyampaikan sebuah kriteria perwujudan pemerintahan yang baik menurut Grindle (di tahun 1989). Bukankah pada dua contoh di atas (pikiran Paul Harsey dan Grindle) terdapat sebuah karya dalam sebuah kajian berupa hasil tulisan dalam sebuah karya ilmiah. Oleh sebab itu, karena ini buku ini sebuah hasil disertasi dan dibukukan maka saya menilai perlu juga adanya sebuah daftar pustaka disampaikan dalam buku ini.

Kedua, adanya ketidakkonsistenan penulis dalam menggunakan pemakaian kata antara “Gerakan Desa Membangun” dengan akronimnya “GERDEMA.” Selaku pembaca saya mulai terganggu dengan hal tersebut, Seolah-olah GERDEMA bukanlah singkatan dari Gerakan Desa Membangun karena adanya ketidakkonsistenan pemakaian kata antara halaman yang satu dengan halaman lainnya.

Terlepas dari dua kekurangan di atas, buku ini patut diapresiasi karena selain sebuah hasil disertasi kedoktoran yang dibukukan, buku ini juga sebagai suatu pengalaman penulisnya dari program GERDEMA yang telah dilaksanakan (sejak tahun 2012 hingga 2014) dan sebelum adanya GERDEMA (sebelum tahun 2012). Banyak perubahan yang telah terjadi ke arah yang lebih baik dalam pembangunan di Malinau sejak berlangsungnya program GERDEMA.

Sebagai penutup, kesan sumringah dan bahagia bagi saya yaitu ternyata masih ada seorang pimpinan daerah yang mau menuliskan pengalamannya dalam melaksanakan inovasi dan pikirannya untuk membangun dan memajukan desa melalui program yang dibuatnya yaitu GERDEMA. Saya juga berharap semoga buku ini bisa memantik pimpinan daerah lain dengan program andalannya untuk dapat diwujudkan menjadi sebuah buku.

=======

Judul Buku: Revolusi dari Desa, saatnya dalam pembangunan percaya sepenuhnya kepada rakyat

Penulis:Dr. Yansen TP., M.Si

Penerbit:Elexmedia Komputindo

Editor:Dodi Mawardi

ISBN:978-602-02-5099-1

Tebal:xxviiii + 180 halaman

Terbit:Oktober 2014


14172600751931675085
14172600751931675085

1417260166255806259
1417260166255806259

Foto diambil saat berlangsungnya Tokoh Bicara Kompasiana di Hotel Santika Premiere,

Jakarta pada Sabtu, 8 November 2014 (Dokumentasi Pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun