Mohon tunggu...
Saepul Alam
Saepul Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - International Geopolitics Specialist

Geopolitics, Democracy, Activism, Politics, Law, and Social Culture.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menganalisis: Peran Negara dalam Konteks Kapitalisme Global

8 Februari 2024   18:30 Diperbarui: 8 Februari 2024   18:33 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kapitalisme Global dan Negara (sumber gambar: Paschallist Blog)

Munculnya kapitalisme di seluruh dunia adalah hasil dari kelanjutan suatu proses perubahan sosial yang terkait dengan berbagai teori perubahan sosial yang ada. Salah satu dampak langsung dari perkembangan ini dapat ditelusuri kembali ke gerakan liberalisme pada awalnya. Dalam evolusi dunia yang semakin menghapus batas jarak antara negara, munculnya kapitalisme menjadi sesuatu yang tak terhindarkan. Teori modernisasi, yang muncul sekitar tahun 1950-an di Amerika Serikat, menjadi landasan utama dalam perjalanan kapitalisme ini. Mansyur Faqih menekankan bahwa teori ini muncul dalam konteks Perang Dingin, sebuah konflik ideologis dan teoritis antara kapitalisme dan sosialisme, yang terjadi antara negara-negara komunis yang dipimpin oleh Uni Soviet, dan negara-negara kapitalis.

Pasca runtuhnya Uni Soviet, perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa kapitalisme yang dipimpin oleh Barat, khususnya di bawah kendali Amerika Serikat, seakan-akan meraih kemenangan atas ideologi komunisme atau sosialisme. Pemikiran yang serupa dengan tesis Fukuyama menyatakan bahwa kapitalisme berhasil mencapai kemenangan global dan menjadi satu-satunya solusi untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, dengan tidak dapat dihindari, negara-negara yang ingin sejajar dengan negara-negara industri harus mengadopsi model kapitalisme yang bersifat global dalam upaya mereka.

Bukti bahwa kapitalisme telah mengarahkan pola pembangunan negara-negara di seluruh dunia, terutama di negara-negara dunia ketiga, dapat dilihat dari peningkatan signifikan dalam pertumbuhan ekonomi, terutama di beberapa wilayah, khususnya Asia. Sebagai contoh, berdasarkan data Bank Dunia pada tahun 1993, pusat-pusat pertumbuhan tersebut terletak di delapan lokasi, termasuk Jepang dan empat "macan" Asia, yaitu Hong Kong, Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan, bersama dengan Negara-Negara Ekonomi Baru (NIEs) di Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand.

Dalam perkembangan selanjutnya, tampaknya kapitalisme menghadapi tantangan dengan munculnya krisis ekonomi global, terutama yang mempengaruhi negara-negara industri baru, termasuk Indonesia. Pada titik ini, peran negara menjadi sangat signifikan. Terdapat hubungan yang erat antara negara dan kapitalisme global, di mana negara menjadi salah satu pemain kunci dalam mekanisme kapitalisme di seluruh dunia. Dengan kata lain, negara berperan dalam memfasilitasi kaum kapitalis untuk memindahkan investasi mereka dari suatu lokasi jika dianggap bahwa negara tersebut tidak menyediakan layanan optimal bagi mereka.

Dengan kondisi ini, hubungan antara kapitalisme global dan negara membentuk dinamika tertentu, di mana negara berfungsi sebagai agen untuk kepentingan kaum kapitalis global dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalam negeri.

Kapitalisme telah menjadi suatu ideologi bagi negara-negara industri, terutama dalam usaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi di setiap negara. Meskipun demikian, pola pergerakan kapitalisme global tidak selalu menghasilkan hasil yang optimal. Dalam banyak situasi, seperti yang dialami oleh Indonesia, pola pergerakan kapitalisme tersebut berdampak negatif pada tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, terutama pada kelompok masyarakat yang memiliki modal terbatas dalam usaha mereka. Meskipun kehidupan dalam konteks ekonomi global ditandai oleh perdagangan bebas dalam hal barang dan jasa, yang lebih krusial adalah pergerakan modal, sehingga mereka yang tidak memiliki modal yang besar rentan terhadap dominasi oleh pemodal yang lebih kuat, yaitu kaum kapitalis.

Jika kita mengamati pola pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang, terutama Indonesia, kita dapat menelusuri teori pertumbuhan ekonomi WW. Rostow yang disajikan dalam bukunya yang berjudul The Stages of Economic Growth. Dalam karyanya tersebut, Rostow menjelaskan tentang perubahan sosial melalui lima tahapan pembangunan ekonomi, yaitu dimulai dari masyarakat tradisional, kemudian masyarakat prakondisi tinggal landas, diikuti oleh masyarakat tinggal landas, masyarakat pematangan pertumbuhan, hingga pada akhirnya mencapai masyarakat modern yang diidamkan. Bagaimana masyarakat modern mencapai tujuannya? Rostow mengemukakan bahwa persyaratan utama adalah ketersediaan modal.

Masyarakat yang diinginkan oleh berbagai negara adalah negara industri yang memenuhi ciri-ciri yang disebut sebagai "masyarakat konsumsi masa tinggi" oleh Rostow. Upaya untuk memperoleh modal, sebagaimana yang diperlukan menurut Rostow, dapat dilakukan melalui langkah-langkah seperti pemindahan sumber dana atau kebijakan pajak. Selain itu, modal juga dapat diperoleh melalui lembaga-lembaga keuangan atau obligasi pemerintah untuk keperluan produktif. Secara tambahan, modal juga dapat dikumpulkan melalui devisa yang diperoleh dari perdagangan internasional. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, banyak negara berkembang secara bersama-sama mengundang investor asing untuk menanamkan investasinya di negara tersebut, dengan menawarkan berbagai fasilitas yang mereka miliki.

Menurut pandangan Norena Heertz, negara memiliki peran utama dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, terutama dalam periode pasca-perang. Norena memberikan contoh bahwa pada pertengahan abad terakhir, sejumlah negara maju membangun sistem jaminan sosial dan kesejahteraan sendiri untuk mengatasi permasalahan pemenuhan kebutuhan kelompok miskin dan untuk meredam potensi ancaman komunisme.

Meskipun begitu, perubahan terus mewarnai eksistensi negara dalam menghadapi tantangan tersebut. Ketergantungan yang signifikan terhadap modal asing, terutama yang berasal dari perusahaan-perusahaan multinasional atau transnasional, telah membuat negara tertentu menjadi sangat bergantung pada keberadaan mereka. Situasi ini terjadi karena pada dasarnya, perusahaan-perusahaan tersebut berupaya untuk mengintegrasikan ekonomi nasional menjadi bagian dari ekonomi global, sebagai hasil dari upaya pencarian keuntungan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Penting untuk dicatat bahwa selama dua dekade menjelang akhir abad terakhir, jumlah perusahaan transnasional berskala besar meningkat secara signifikan, dari sekitar 7.000 TNCs pada tahun 1970 menjadi sekitar 37.000 TNCs pada tahun 1990. Selain peningkatan jumlahnya, TNCs juga memiliki kemampuan untuk mengendalikan perekonomian global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun