Begitu lama aku menyimpan cerita ini di dalam hatiku. Sebuah kisah cinta yang berakhir dengan tawa, tangis, dan kenangan indah. Namun, seperti semua hal dalam hidup, cinta pun harus memiliki akhir.
Namanya A&Din, dan aku masih ingat pertemuan pertama kami seperti detik yang masih terasa baru. Matahari senja menerangi taman kota, dan ada sesuatu yang berbeda dalam cara pandang kami. Kami tertawa, bercanda, dan berbagi kisah hidup masing-masing. Tak lama, tumbuhlah benih-benih cinta di antara kami.
Setiap momen bersamanya seolah petualangan baru. Kami menjelajahi kota, merasakan hujan turun bersama, dan berbagi rahasia yang tak pernah kami katakan pada siapapun sebelumnya. Namun, seperti peta yang menunjukkan rute yang berliku, begitulah hubungan kami. Terkadang, pertengkaran datang menghampiri, namun kami selalu menemukan jalan untuk mengatasi itu.
Namun, waktu terus berlalu, dan tak selamanya cinta muda dapat bertahan tanpa cobaan. Ada masa di mana kami merasa jalani kami semakin berbeda. Impian kami tumbuh, namun arahnya melenceng. Aku ingin keliling dunia, sementara dia ingin mencipta rumah yang hangat dan penuh tawa. Meski tak ingin mengakui, seiring waktu, perbedaan-perbedaan ini mulai merongrong dasar hubungan kami.
Akhirnya, datanglah saat di mana kita harus menghadapi kenyataan ini. Di sebuah taman yang sama tempat kami bertemu, kami duduk berdua di bawah pohon yang pernah kami bagikan kisah. Udara begitu hening, hanya suara angin yang berbisik di telinga kami.
"Apa yang kita lakukan?" tanyaku, hati berat.
Dia menatapku dengan matanya yang penuh emosi. "Mungkin ini saatnya kita melepaskan, melepaskan agar kita bisa mengejar impian kita masing-masing."
Kami merenung sejenak, saling memahami bahwa kami harus mengakhirinya di sini. Tapi cinta tak pernah mati begitu saja, bukan? Ini adalah akhir dari satu babak, tetapi bukan berarti cinta ini akan terhapus begitu saja. Kami berpelukan untuk terakhir kalinya, air mata mengalir di kedua sisi.
"Selamat tinggal, dengan segala kenangan yang telah kita bagi," bisikku.
"Selamat tinggal, cinta," balasnya, suara serak.
Kami berdiri dan berjalan menjauh satu sama lain, tapi hati kami tetap terhubung dalam jejak-jejak cinta yang pernah kami tinggalkan. Meski kisah cinta ini berakhir di sini, kami tahu bahwa dalam benak kami, kisah ini akan selalu ada, sebagai sebuah pelajaran dan pengalaman yang membentuk kami.