Entah dengan cara apa para Kompasianer musti memprotes kebijakan admin yang jika ditilik hanya memboyong kebijakan kecut dalam gegapgempita panggung Kompasiana.
Saya berkata demikian karena sudah beberapa kali postingan saya dijatuhi kebijakan hapus-menghapus tanpa toleransi. Ini tampak hanyalah sejenis pemerkosaan intelektualitas yang diideologikan pada sebuah forum dunia maya.
Bagaimanapun jua, saya ada terkekehnya, karena ternyata ada juga situs yang bisa dibilang papan atas, namun anehnya dikelola oleh para administrator yang sangat 'katak dalam tempurung' untuk melihat bagaimana liberalnya dunia maya. Seharusnya, para admin tahu cara membedakan mana kritikan, mana hujatan. Sebuah gagasan dalam sebuah artikel seharusnya dibijaki untuk diberi pertimbangan mana kala hendak dilesapkan.
Tidak elegannya, para admin nampak gemar main tabrak lari saja, pasalnya, tanpa pemberitaan terlebih dahulu atau setidaknya bicara pada pengepos kiriman, sang admin membabibuta begitu saja menghapus buah pena orang. Ia memberitahu si pengepos lewat imbox setelah kirimannya ludes, sesudah itu sang admin tak bisa diajak negosiasi dan pergi tampa pamit.
Saya bicara kongkret saja memang sudah saatnya Kompasiana mendengarkan aspirasi tampa bunkus metafora!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H