Mohon tunggu...
Isep Saepul
Isep Saepul Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

soy un chico y hay unas personas que dicen que estoy loco :0. jajaja\r\n\r\nIch hasse Gott weil er niemals mich seht, niemal mich versteht! \r\n\r\nso what else\r\n\r\nah ja! vanavond gaat ik met mijn vriendje. Hij is een mooi man, weet jij!?\r\n\r\npourquoi? oh je ne peux pas parler Francais beaucoup! c'est seul, si! je suis un gai! haha mais ... tha-ra!\r\n\r\nani ohev otakh!\r\n\r\nya tebya lyublyu!\r\n\r\nsa agapo! thata!! :-)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Admin oh Admin, Izinkan Daku ...

23 Oktober 2012   11:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:29 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah dengan cara apa para Kompasianer musti memprotes kebijakan admin yang jika ditilik hanya memboyong kebijakan kecut dalam gegapgempita panggung Kompasiana.

Saya berkata demikian karena sudah beberapa kali postingan saya dijatuhi kebijakan hapus-menghapus tanpa toleransi. Ini tampak hanyalah sejenis pemerkosaan intelektualitas yang diideologikan pada sebuah forum dunia maya.

Bagaimanapun jua, saya ada terkekehnya, karena ternyata ada juga situs yang bisa dibilang papan atas, namun anehnya dikelola oleh para administrator yang sangat 'katak dalam tempurung' untuk melihat bagaimana liberalnya dunia maya. Seharusnya, para admin tahu cara membedakan mana kritikan, mana hujatan. Sebuah gagasan dalam sebuah artikel seharusnya dibijaki untuk diberi pertimbangan mana kala hendak dilesapkan.

Tidak elegannya, para admin nampak gemar main tabrak lari saja, pasalnya, tanpa pemberitaan terlebih dahulu atau setidaknya bicara pada pengepos kiriman, sang admin membabibuta begitu saja menghapus buah pena orang. Ia memberitahu si pengepos lewat imbox setelah kirimannya ludes, sesudah itu sang admin tak bisa diajak negosiasi dan pergi tampa pamit.

Saya bicara kongkret saja memang sudah saatnya Kompasiana mendengarkan aspirasi tampa bunkus metafora!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun