Melalui program KKBR (Kegiatan Keagamaan Bulan Ramadan), MA Al-Ikhlash Tinabogan sesungguhnya membuktikan diri, bahwa ia adalah sekolah yang tepat bagi orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya di sekolah yang ideal.
Sekaligus menepis anggapan bahwa sekolah agama adalah sekolah pembuangan; siswa-siswi yang tidak diterima di sekolah umum, pada akhirnya akan ditampung di sekolah agama (madrasah).
Sesungguhnya paradigma itu keliru. Yang benar adalah madrasah merupakan penyelamat bagi mereka yang putus harapannya untuk bersekolah di tempat lain.
Apalagi ketika mereka diterima oleh MA Al-Ikhlash Tinabogan, mereka tidak hanya akan belajar di kelas semata. Mereka juga akan berjumpa dengan banyak kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pengembangan minat dan bakat siswa, khususnya di bidang keagamaan.
Betapa tidak, di dalam bulan suci ramadan ini saja, MA Al-Ikhlash Tinabogan telah berhasil melaksanakan dua kegiatan yang termasuk di dalam lingkup KKBR. Yaitu pesantren ramadan yang sudah digelar selama 3 hari pada akhir bulan maret belum lama ini, serta kegiatan lomba keagamaan tingkat SD, antar dusun se-Desa Tinabogan.
Mulanya, Khaerul Hadi, S.Kom.I selaku Kepala Madrasah memprediksi lomba keagamaan tingkat SD tersebut bakal sulit direalisasikan. Ia hampir pesimis dengan menyebut "kemungkinan kegiatan tersebut diundur atau ditunda".
Mengingat proses pengorganisasian kegiatan membutuhkan tenaga dan waktu yang yang ekstra. MA Al-Ikhlash Tinabogan juga dituntut untuk melakukan sosialisasi serta penjaringan peserta dalam waktu yang sangat singkat.
Yaitu, kegiatan keagamaan ini dimaksudkan dalam rangka menyambut dan memeriahkan momen Nuzulul Qur'an, yang rencana acara puncaknya diupayakan bertepatan pada malam 17 ramadan 1444 H ini.
Namun Ketua OSIM (Organisasi Siswa Intra Madrasah) MA Al-Ikhlash Tinabogan, Muhammad Luthfih, menyanggupi tuntutan itu. Mula-mula OSIM mengeluarkan surat pemberitahuan kegiatan dengan nomor 05/OSIM/MA.A/III/2023, yang ditujukan kepada para kepala dusun se-Desa Tinabogan.