Teori terbentuknya alam semesta, bintang dan galaksi
A. Teori terbentuknya alam semestaÂ
Teori terbentuknya alam smesta menurut pendapat para ahli di kuatkan oleh teori teori yang di gagaskan.
1. Teori big bang
  Menurut big bang alam semesta terbentuk dari massa dan massa jenis yang sangat besar, dengan di pengaruhi oleh oleh reaksi inti mengakibatkan massa tersebut meledak dan mengembang sangat cepat hingga menjauhi pusat ledakan. Ledakan terbesar yg terjadi skitar 13,7 miliar tahun yang lalu
2. Teori mengembang dan memampat
  Teori mengatakan bahwa terbentuknya jagat raya karena adanya suatu siklus materi yang diawali dengan pengembangan yang disebabkan adanya reaksi inti dari hidrogen. Proses ini berlangsung selama 30 miliar tahunGalaksi dan bintang yang terbentuk akan meredup sebelum pancaran panas yang sangat tinggi keluar untuk memampat mereka.
3. Teori keadaan tetap
  Teori menyatakan bahwa alam semesta tidak memiliki awal dan akhir waktu, melainkan dalam keadaan konstan dan tidak brubah. Teori keadaan tetap pertama kali di kemukakan oleh tiga ilmuan, yaitu Fred Hoyle, Thomas Gold, dan Hermann Bondi pada tahun 1948 Mereka mengembangkan gagasan ini karena mereka ingin menemukan alternatif dari teori Big Bang, yang saat itu baru saja dikenal. Meskipun sempat populer, teori ini mulai kehilangan dukungan ketika radiasi latar belakang kosmik ditemukan pada tahun 1965, yang memberikan bukti yang kuat untuk mendukungnya.
4. Teori inflasi kosmik
  Teori ini menyatakan bahwa alam semesta mengalami ekspansi eksponensial dalam waktu kurang dari satu detik. Fisikawan Alan Guth membuat teori Inflasi Kosmik pada tahun 1981, yang menyelesaikan beberapa masalah dengan teori Big Bang.Untuk menjelaskan masalah keseragaman suhu dan kepadatan alam semesta, dasar teori inflasi kosmik diperkenalkan. Fase inflasi ini menunjukkan bahwa wilayah-wilayah yang sekarang berdekatan dulunya, yang memungkinkan terjadinya keseragaman saat ini.Karena proses inflasi yang sangat cepat, ruang alam semesta berkembang hingga tampak datar, meskipun ruang alam semesta mungkin memiliki kelengkungan pada skala yang lebih kecil. Bukti pengamatan kosmologi seperti radiasi latar belakang kosmik (CMB), yang mendukung prediksi inflasi di langit, kemudian mendukung teori ini.
5.  Teori big bounce
  Dalam kosmologi, teori ini berusaha menjelaskan bagaimana alam semesta pertama kali muncul. Menurut teori ini, alam semesta mengalami siklus mengembang dan menyusut yang berulang, dan setelah setiap siklus, alam semesta mengembang kembali dalam "ledakan besar" baru. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa banyak "Big Bang" terjadi dalam perjalanan waktu alam semesta daripada satu Big Bang.
Berbeda dengan teori Big Bang, teori Big Bounce mengatakan alam semesta dimulai dari titik tunggal. Sebaliknya, teori Big Bounce mengatakan alam semesta berada dalam siklus tanpa batas. Teori ini berusaha mengatasi masalah seperti singularitas dan teori Big Bang dengan menawarkan alternatif yang lebih masuk akal dari perspektif fisika kuantum.
Pada awal abad ke-21, Paul Steinhardt dan Martin Bojowald adalah dua fisikawan yang mengembangkan ide Big Bounce. Mereka berharap dengan metode ini dapat memadukan teori relativitas dan mekanika kuantum dalam kosmologi. Namun, teori ini masih kontroversial, dan Big Bounce terus menarik minat ilmuwan untuk memahami bagaimana alam semesta dimulai.
6. Teori lubang hitam
  Teori ini menjelaskan fenomena di ruang angkasa yang memiliki gravitasi yang sangat kuat sehingga cahaya tidak bisa lepas darinya. Lubang hitam terbentuk ketika bintang besar runtuh karena gravitasinya sendiri, menghasilkan titik kecil yang padat dan kuat yang disebut singularitas. Lubang hitam memiliki "horizon peristiwa"---batas di mana orang yang melewatinya tidak bisa kembali.
Teori lubang hitam pertama kali muncul pada abad ke-18 oleh fisikawan Inggris John Michell. Namun, pada abad ke-20, teori relativitas Albert Einstein memungkinkan perkembangan teori modern tentang lubang hitam. Fisikawan lain seperti Karl Schwarzschild menggunakan teori Einstein bahwa gravitasi dapat membengkokkan ruang dan waktu untuk menjelaskan bagaimana lubang hitam terbentuk.
Sekarang, banyak peneliti berusaha memecahkan misteri lubang hitam dan teorinya terus dikembangkan. Salah satu temuan terbaru dari upaya ini adalah gambar pertama lubang hitam yang diambil oleh tim Event Horizon Telescope pada 2019. Dengan penemuan ini, kita semakin memahami lubang hitam dan bagaimana hal itu berdampak pada alam semesta dan galaksi kita.
B. Teori terbentuknya bintangÂ
Teori terbentuknya bintang dapat dijelaskan melalui beberapa tahap yang terjadi di ruang angkasa, yang secara keseluruhan dikenal dengan proses natal bintang (star formation). Proses ini melibatkan sejumlah fenomena fisika yang kompleks dan berlangsung selama jutaan tahun. Berikut adalah tahapan umum dalam teori terbentuknya bintang:
1. Kehadiran Nebula (Awan Gas dan Debu)
Bintang terbentuk dari nebula, yang merupakan awan gas dan debu yang sangat besar, sebagian besar terdiri dari hidrogen, dengan sejumlah kecil helium dan unsur-unsur berat lainnya. Nebula ini bisa berupa nebula emisi (yang memancarkan cahaya karena ionisasi) atau nebula gelap (yang tidak memancarkan cahaya karena terlalu padat).
2. Guncangan atau Gangguan Eksternal
Proses pembentukan bintang biasanya dimulai dengan gangguan yang menginduksi keruntuhan gravitasional dalam nebula. Guncangan bisa datang dari berbagai sumber, seperti ledakan supernova (kematian bintang besar), atau interaksi dengan gelombang kejut dari benda langit lainnya. Gangguan ini menyebabkan gas dan debu dalam nebula terkompresi dan mulai berkumpul.
3. Kompresi dan Pemadatan Gas
Akibat gaya gravitasi, gas dan debu dalam nebula mulai terkonsentrasi ke dalam titik-titik tertentu, membentuk daerah yang lebih padat yang disebut bintik protobintang. Ketika materi ini terkompresi, suhu dan tekanan di dalamnya mulai meningkat. Proses ini disebut gravitasi kontraksi.
4. Pembentukan Protobintang
Ketika material terus terkompresi, akan terbentuk sebuah protobintang. Pada tahap ini, suhu inti protobintang mulai meningkat, tetapi belum cukup tinggi untuk memulai reaksi fusi nuklir. Protobintang ini biasanya dikelilingi oleh cakram gas dan debu, yang bisa membentuk sistem planetar (seperti yang terjadi di Tata Surya kita).
5. Mulai Fusi Nuklir
Fusi nuklir terjadi ketika suhu di inti protobintang mencapai sekitar 10 juta Kelvin. Hidrogen mulai berfusi menjadi helium, melepaskan energi dalam bentuk radiasi dan panas. Energi yang dihasilkan dari fusi nuklir memberikan tekanan yang melawan gaya gravitasi, yang memungkinkan bintang untuk mempertahankan keseimbangan. Pada titik inilah bintang memasuki tahap deret utama dalam diagram Hertzsprung-Russell (HR), di mana ia menghabiskan sebagian besar hidupnya.
6. Bintang Dewasa (Deret Utama)
Bintang sekarang berada dalam tahap stabil, di mana ia terus-menerus mengubah hidrogen menjadi helium di inti melalui fusi nuklir. Bintang ini tetap stabil selama jutaan hingga miliaran tahun tergantung pada massa bintang tersebut.
7. Akhir Hidup Bintang
Setelah menghabiskan sebagian besar hidrogen di intinya, bintang akan mulai menjalani fase evolusi terakhir, tergantung pada massa awalnya. Bintang dengan massa rendah (seperti Matahari) akan berkembang menjadi raksasa merah dan akhirnya menjadi planetary nebula, meninggalkan inti yang disebut katai putih. Sedangkan bintang yang lebih masif akan mengakhiri hidupnya sebagai supernova, menghasilkan elemen-elemen berat yang bisa membentuk bintang baru, planet, dan materi lainnya.
Proses pembentukan bintang ini dikenal sebagai siklus bintang, dan sangat penting dalam pembentukan elemen-elemen berat yang kita temui di alam semesta. Dalam jangka panjang, siklus ini juga berkontribusi pada pembentukan galaksi dan struktur besar di alam semesta.
C. Teori terbentuknya galaksi
Proses terbentuknya galaksi merupakan salah satu topik besar dalam kosmologi, yang melibatkan berbagai tahap evolusi skala besar sejak Big Bang. Galaksi terbentuk melalui akumulasi materi dan interaksi gravitasi yang berlangsung selama miliaran tahun. Berikut ini adalah beberapa teori utama yang menjelaskan bagaimana galaksi terbentuk:
1. Model Pembentukan Galaksi Berdasarkan Big Bang
 Menurut model kosmologi Big Bang, alam semesta dimulai sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu dalam keadaan sangat panas dan padat, kemudian mengembang seiring waktu. Beberapa detik setelah Big Bang, materi pertama kali terdiri dari proton, neutron, dan elektron yang membentuk atom-atom hidrogen dan helium. Pada tahap ini, alam semesta masih dalam keadaan sangat panas, dan bintang atau galaksi belum ada.
Namun, sekitar 300.000 tahun setelah Big Bang, suhu turun cukup rendah bagi atom-atom untuk bergabung, membentuk gas netral yang terdiri dari hidrogen dan helium (dikenal sebagai era rekombinasi). Gas-gas ini mulai menyebar di seluruh alam semesta yang sedang mengembang.
 2. Pembentukan Struktur Alam Semesta dan Fluktuasi Densitas
Setelah era rekombinasi, alam semesta masih sangat dingin dan sepi, tetapi ada fluktuasi kecil dalam distribusi materi---beberapa daerah sedikit lebih padat daripada yang lain. Fluktuasi kecil ini, yang dikenal sebagai fluktuasi densitas, sangat penting dalam pembentukan galaksi.
Pada saat itu, materi gelap (dark matter), yang tidak dapat dilihat tetapi mempengaruhi gravitasi, mulai berperan. Materi gelap ini lebih terkonsentrasi di daerah-daerah yang lebih padat. Gravitasi mulai menarik gas dan materi lain ke daerah-daerah padat ini, menciptakan struktur awal, yang akhirnya membentuk pusat-pusat galaksi.
3. Â Pembentukan Protogalaksi
Selama ratusan juta tahun pertama setelah Big Bang, gas hidrogen dan helium yang terakumulasi di pockets atau kluster-kluster mulai membentuk protogalaksi. Protogalaksi ini adalah struktur besar yang terbuat dari gas yang sangat panas dan belum membentuk bintang. Dalam tahap ini, protogalaksi mungkin masih dalam bentuk awan gas yang besar dan sebagian besar gasnya belum mengalami fusi nuklir untuk membentuk bintang.
4. Pembentukan Bintang dalam Protogalaksi
Dalam protogalaksi, terjadi penurunan suhu yang memungkinkan gas menjadi cukup dingin untuk mengalami kondensasi dan pembentukan bintang. Proses ini dinamakan penurunan entropi yang menyebabkan bintang-bintang terbentuk melalui proses gravitasi. Masing-masing bintang yang terbentuk akan membentuk kluster bintang. Ketika lebih banyak bintang terbentuk, energi radiasi yang dikeluarkan oleh bintang-bintang ini membantu untuk menghilangkan sisa-sisa gas yang ada di sekitarnya.
5. Penggabungan dan Perkembangan Galaksi
Setelah terbentuknya beberapa protogalaksi yang lebih kecil, galaksi-galaksi ini mulai berinteraksi satu sama lain dan sering kali bergabung atau bertabrakan. Proses ini dinamakan penggabungan galaksi atau merger galaksi. Gabungan ini menghasilkan galaksi yang lebih besar dan lebih kompleks.
Tabrakan antar galaksi bisa menciptakan bintang-bintang baru, mengubah bentuk galaksi yang sudah ada, dan memicu aktivitas lubang hitam supermasif di pusat galaksi. Dalam beberapa kasus, penggabungan ini dapat menghasilkan galaksi elips raksasa, sedangkan dalam kasus lainnya, penggabungan dapat menghasilkan galaksi spiral seperti Bima Sakti.
6. Pembentukan Galaksi Spiral dan Elips
Galaksi-galaksi yang terbentuk memiliki berbagai bentuk, dan dua bentuk utama galaksi yang kita kenal adalah:
- Galaksi Spiral (seperti Bima Sakti): Terbentuk melalui proses rotasi dan akumulasi materi di dalam cakram yang mengelilingi inti pusat galaksi. Galaksi spiral biasanya memiliki lengan spiral yang berisi banyak bintang muda.
- Galaksi Elips: Galaksi elips cenderung lebih tua, dengan distribusi bintang yang lebih merata dan kurang aktif dalam pembentukan bintang baru. Galaksi jenis ini biasanya terbentuk akibat penggabungan galaksi-galaksi yang lebih kecil atau tabrakan antara galaksi.
7. Peran Materi Gelap dalam Pembentukan Galaksi
Materi gelap memegang peranan penting dalam pembentukan galaksi karena gravitasi materi gelap membantu menarik gas dan materi biasa menuju pusat galaksi. Tanpa materi gelap, galaksi-galaksi mungkin tidak akan terbentuk dalam struktur yang kita lihat sekarang. Meskipun materi gelap tidak dapat dideteksi secara langsung, keberadaannya diketahui melalui pengaruh gravitasi yang ditimbulkannya pada galaksi-galaksi dan kluster galaksi.
 8. Model Hierarkis Pembentukan Galaksi
Sebagian besar model pembentukan galaksi yang diterima saat ini bersifat hierarkis, artinya galaksi terbentuk melalui penggabungan dan interaksi antara objek-objek yang lebih kecil, seperti kelompok bintang dan protogalaksi. Proses ini menghasilkan galaksi-galaksi besar yang kita lihat sekarang, dan terus berlangsung hingga saat ini. Hal ini juga menjelaskan mengapa banyak galaksi-galaksi yang ada di alam semesta kita memiliki berbagai ukuran dan bentuk.
9. Pola Evolusi Galaksi
Galaksi tidak hanya terbentuk dan kemudian tetap seperti itu; mereka juga berkembang seiring waktu. Bintang-bintang dalam galaksi terbentuk, berkembang, dan akhirnya mati, memberikan kontribusi pada pembentukan unsur-unsur baru dalam galaksi tersebut. Selain itu, galaksi dapat terus berinteraksi dengan galaksi lain melalui tabrakan dan merger, yang mempengaruhi bentuk, ukuran, dan tingkat aktivitas mereka.
Secara keseluruhan, terbentuknya galaksi adalah proses yang sangat kompleks, yang melibatkan interaksi antara materi biasa dan materi gelap, pengaruh gravitasi, serta evolusi bintang dan struktur besar di alam semesta. Meskipun banyak proses ini masih dalam penelitian aktif, teori pembentukan galaksi ini membantu kita memahami bagaimana alam semesta berkembang menjadi struktur besar yang kita lihat sekarang.
Mungkin itu beberapa penjelasan dan teori  tentang terbentuknya alam semesta, galaxi, dan bintang menurut beberapa teori. Manusia hanya bisa berteori tapi dengan itu kita bisa menambah pengetahuan dan pengalaman dari beberapa penjelasan dan teori ahli, tergantung bagaimana kita menyikapi hal tersebut untuk bagaimana mengimplemntasikan ke dalam kehidupan kita.SEKIAN DAN TERIMAKSIH
  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H