Semakin tipisnya kesadaran berkebudayaan di era sekarang semakin nyata. Walaupun mungkin belum ada survei terkait seberapa besar atau kecilnya tingkat kesadaran itu bisa kita temukan di pelosok negeri. “Anak negeri tak mampu berbahasa ibu” adalah poin yang patut diperhatikan oleh semua kalangan. Pertumbuhan generasi di setiap kelompok masyarakat mulai bergeser pada ‘meninggalkannya mereka akan nilai-nilai tradisi’. Bahasa sunda sebagai identitas orang sunda sudah mulai hilang. Di kota-kota atau kabupaten di jawa barat nuansa KESUNDAAN dari mulai kebahasaan, kelakuan dan apapun terkait aktifitas di jawa barat GEUS TEU NYUNDA DEUI.
Bisa dilakukan uji coba oleh siapapun yang tidak perlu dasar-dasar penelitian. Seperti dengan cara ngobrol basa sunda. Di generasi saat ini menurut penilaian yang subjektif, setidaknya hanya 1 dari 20 orang yang mampu berbicara sunda, itupun “belepotan”. Ditambah pencitraan yang terkesan kuno atau norak bagi siapa saja yang berbahasa sunda bahkan di televisi-pun ORANG SUNDA terkesan boloho pisan jeung udik. Padahal mungkin pemain film-na lain urang sunda, jadi weh sunda na rusak.
Sebagaimana dimuat di pikiranrakyat.com terkait berita kongres bahasa sunda, kongres ini merupakan program kerja dan amanat konres sebelumnya. Namun jika diperbolehkan penulis menyampaikan beberapa usulan terkait dengan bahasa sunda yang akan dibahas di kongres dan mudah-mudahan bisa menjadi salah satu poin REKOMENDASI atau amanat adalah perlunya pengembangan, pendidikan bahasa sunda dan mengangkat nilai KASUNDAAN dengan membuat film LAYAR LEBAR berbahasa sunda dan mengangkat kearifan local sunda secara khusus. Ide ini tak sebatas wacana, kami di LSMI (Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam) yang merupakan lembaga kekaryaan dan keprofesian di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Kota Bogor telah mempersiapkan film bahasa sunda dengan judul BALUKAR yang skenarionya ditulis oleh Bapak Sutardy Mahesa yang merupakan Ketua Komite Film dan Multimedia Dewan Kesenian Cianjur.
Bahkan dengan ini saya nyatakan tantangan bagi gubernur jawabarat bapak Ahmad Heriawan beserta wakilnya Bapak Dede Yusuf, para bupati dan walikota yang menjadi pemimpin kota/kabupaten di jawa barat untuk dapat mewujudkan FILM BALUKAR ini. Tak lain hanya ingin kembali mengangkat KASUNDAAN khususnya di jawabarat atau Indonesia umumnya untuk dunia internasional.
Semoga kongres bahasa sunda yang ke-9 ini bisa sukses dan membuahkan kerja-kerja kreatif dan inovatif bagi kemajuan bangsa dan Negara ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H