Gara-garanya sih emang salahku juga. Kalau saja waktu itu yang terima HP nya aku dan bukan istriku pasti nggak seperti ini cerita lanjutannya. Ya, terus terang aku lagi jengkel dua hari belakangan ini.
Bermula saat pagi pas siap-siap mau berangkat kerja, Hp ku berbunyi. Berhubung lagi tanggung pakai kaus kaki, kusuruh saja istriku yang mengangkatnya. Istriku menurut. Lalu diambilnya HP yang aku letakkan di atas kulkas dekat tablet di samping komputer yang letaknya tepat di depan televisi LCD 29 inci baruku. (hihihi … ngomong aja mau pamer. Bicara HP malah nyebut satu persatu barang eloktronik di rumah. Mesin cucinya belum disebutin juga tuh)
“Dari siapa?” tanyaku pada istri.
“Nggak tahu, Mas. Tidak ada namanya. Yang ada cuma nomornya aja. Diangkat nggak, nih?” Istriku minta pertimbangan dariku.
“Terima saja. Siapa tahu itu teman yang ganti nomor.”
Sayup-sayup aku mendengar suara istriku berbicara. Cuma di akhir pembicaraan aku mendengar intonnasi istriku meninggi: “Salah sambung.”
Tergesa-gesa si istri mendatangiku di teras rumah. “Asem kecut, Mas. Orang iseng. Ngaku-ngaku kalau salah sambung, buntut-buntutnya malah ngajak kenalan,” ujar istriku tanpa bisa menutupi kejengkelannya. “Ini Mas, HP nya. Mudah-mudahan nggak nelpon lagi, deh.”
Aku cuma tertawa menanggapi kekesalan istriku. Lebih kesal lagi ketika aku malah meledeknya. Istriku ngambek. Nah lho …….
Tapi sebentar kemudian kami pun lupa dengan kejadian tersebut. Setelah anak-anak siap, kami pun lalu berangkat bersama. Sampai di Paud menurunkan si kecil. Sampai di TK istriku turun. Tapi jangan suu-dzon dulu ya. Meski turun di TK bukan berarti istriku sekolah di situ. Istriku bukan murid TK, tapi guru TK. Lagian masa iya sih nikahi anak TK, bisa-bisa diprotes kan sama Komnas Perlindungan Anak. Sedang si Sulung turun di SD. Aku pun ikut turun. Membantunya membawa kompor minyak yang katanya akan dipakai untuk praktek keterampilan. Katanya buat praktek mewantex baju lama supaya terlihat baru lagi.
* * * * * * * * * * * * * * * *
Sekitar 10 pagi. Sedang santai di kantor. Nada panggil HP ku berbunyi. Segera kuperiksa. Ternyata tak ada nama. Yang ada cuma nomornya saja. Tiba-tiba aku ingat kejadian tadi pagi yang membuat cemberut istriku. Jangan-jangan ……
Karena penasaran langsung kupencet tombol terima. “Halo, Assalamu’alaikum. Ada yang bisa dibantu,” ujarku kemudian. Sepi. Tak ada suara di seberang sana. Kuulangi lagi, “Halo, ini siapa, ya?”
“Halo juga. Maaf salah sambung,” suara lakilaki di seberang sana terdengar sedikit gugup.
“O, ya. Tidak apa-apa, Mas,” kataku kepadanya.
Percakapan pun ditutup. Tapi beberapa waktu kemudian HP ku kembali berbunyi. Kali ini ada SMS masuk. Langsung kubuka dan kubaca isinya: ‘Siang, Mbak.’ Aku hanya tersenyum. Masih belum puas tampaknya si laki-laki misterius itu. Untuk membalas sayang pulsanya. (ketahuan pelitnya nih). Makanya kudiamkan saja.
Sorenya SMS lagi. ‘Lagi sibuk ya, Mbak?’ Mulai jengkel aku. Kusuruh istriku membalasnya, tapi yang kuperoleh malah pelototannya. Akhirnya kembali kudiamkan.
Kurang lebih jam 9 malam ada SMS. Nomor itu lagi. Aduh, nih orang ulet benar, sih. Akupun mulai terganggu. Jengkelku sudah sampai ke dada. Kubuka SMS nya: ‘Met malam. Udah tidur belum?’ Aku lirik istriku yang lagi nonton acara dangdut. Belum pula aku bicara, istriku sudah cemberut duluan. Kembali SMS aku biarkan.
Saat pagi pun tiba. Seisi rumah seperti biasa sibuk semua. Anak-anak mau sekolah sedangkan aku dan istriku bersiap-siap berangkat kerja. HP ku berbunyi. SMS dari nomor misterius itu lagi. Kubuka dan kubaca isinya: ‘Pagi, Mbak.’
Kali ini aku betul-betul sudah tak sabar. Jengkelku yang semalam sampai ke dada langsung merembet dengan cepat naik hingga kepala. Ini tak boleh aku biarkan! Pikirku. Lama-lama didiamkan semakin ngelunjak tuh orang.
Maka aku balas SMS nya. Alhamdulillah setelah isinya terkirim, si orang iseng ini tak mampir-mampir ke HP ku lagi. Aku sendiri heran. Padahal aku cuma menulis: “Ada apa ya, koq SMS saya terus. Kalau maksudnya pingin kenalan dengan alasan salah sambung, saya laki-laki, bukan perempuan. Gimana, masih berminat nggak? Hehehe …….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H