Mohon tunggu...
Saefudin Sani
Saefudin Sani Mohon Tunggu... Buruh - Swasta

Orang Biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Akun Sahabat Anas Urbaningrum Beraninya Cuma Tabrak Lari

24 Februari 2014   06:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:32 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saat semua berpikir bahwa Anas Urbaningrum adalah Tersangka Korupsi yang berstatus Tahanan KPK, ada sebagian orang yang justru melontarkan pendapat dengan logika terbalik: Anas Tahanan Politik. Tapi terserahlah, lagi pula ini kan Negara Demokrasi. Jadi siapapun boleh punya pendapat yang beda dengan lainnya. Terlebih, saya juga sama sekali tidak tertarik untuk memperdebatkannya.

Yang ingin saya bicarakan bukan pada isi artikelnya. Tetapi lebih kepada yang empunya Akun. Ya, siapa lagi kalau bukan Akun Sahabat Anas Urbaningrum (SAU) di Kompasiana.

Dari 4 artikel yang saya baca di situ (meski tanpa meninggalkan jejak) tak dipungkiri, sesuai namanya: SAU ini berisi pembelaan terhadap Anas sebagai seorang tokoh korban kezaliman dari sebuah intrik politik yang pada akhirnya menempatkan ia menjadi Tersangka Korupsi.

Dengan argumen-argumen versi SAU, seperti ada penggiringan opini publik dengan membelokkan status Tahanan KPK sebab sangkaan korupsi menjadi Tahanan Politik.

Malahan dalam artikel ke-3 ini yang berjudul Hari ke-43 Anas Urbaningrum Menjadi “Tahanan Politik” Admin mengganjarnya dengan HL.

Akan tetapi sungguh disayangkan, saya melihat ada kecenderungan sikap kurang gentle dari pemilik akun SAU terhadap artikel-artikel yang sudah dipublisnya. Mengapa saya katakan demikian?

Ibarat pengendara yang menabrak seseorang di jalan raya, bukannya berhenti untuk menolong, eh, malah kabur karena khawatir akan dikeroyok massa. Sebagaimana juga yang terjadi pada akun SAU, ia (atau mereka?) pun pasti memahami resiko tersebut.Maka diambillah pilihan lari karena konsekuensi resikonya lebih kecil: dicaci-maki!

Coba tengok ke lapaknya. Buka salah satu artikelnya lalu baca komentar-komentarnya. Berisi kalimat-kalimat tajam, pedas, dsj yang intinya mengkritisi isi artikel itu. Dan ada kelucuan yang saya dapati di situ. Ribut-ribut di ruang tamu rumah orang, tetapi tuan rumahnya sudah kabur entah ke mana.

Memangnya tidak bisa apa ya, bila si pemilik akun SAU lebih membumi. Menjawab komentar-komentar tiap artikel dengan santai, ringan, santun, dan tenang, bukan malah memilih lari lintang-pukang.

Yang mengherankan saya, SAU ini bisa sedemikian pemberaninya ketika berposisi sebagai pembela Anas melalui artikel-artikel yang dipublishnya. Akan tetapi mengapa justru terkesan kurang bernyali untuk melakukan pembelaan terhadap isi artikelnya sendiri?

Atau barangkali, karena si pemilik akun menganggap dirinya terlalu tinggi sehingga tak level sama sekali untuk sekedar menanggapi apresiasi yang telah diberikan kompasianers terhadap artikel yang sudah dibacanya. Kalau ini alasannya, alangkah hebatnya SAU ini. Berarti benarlah orang bijak berkata, sahabat orang hebat adalah juga orang yang hebat.

Padahal, bila saja SAU mau sedikit saja berlaku rendah hati dan bersikap lebih membumi, siapa tahu hal tersebut justru mampu membuat kami untuk bisa sedikit berempati!

============================

Sumber:

  1. http://politik.kompasiana.com/2014/01/12/sikap-santai-dan-ketenangan-seorang-anas-urbaningrum-sepenggal-cerita-menuju-kpk-625864.html
  2. http://politik.kompasiana.com/2014/02/21/anas-urbaningrum-di-larang-menulis-catatan-harian-634751.html
  3. http://politik.kompasiana.com/2014/02/22/hari-ke-43-anas-urbaningrum-menjadi-tahanan-politik-634873.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun