Mohon tunggu...
Saefudin Sani
Saefudin Sani Mohon Tunggu... Buruh - Swasta

Orang Biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bisakah Menjadi Jokowi Lovers atau Prabowo Lovers Tanpa Harus Menjadi Haters?

11 Juni 2014   17:58 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:13 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya percaya baik Prabowo maupun Jokowi merupakan dua di antara putra-putra terbaik yang dimiliki bangsa Indonesia. Saya pun yakin jika Hatta dan JK adalah sosok yang juga cocok untuk mendampingi dua kandidat Capres untuk periode 2014–2019 pada Pilpres Juli mendatang. Prabowo Subianto dengan Hatta Rajasa, dan Joko Widodo bersama Jusuf Kalla. Pasangan yang klop markotop.

Jokowi punya kelebihan sekaligus kekurangan. Begitu pula Prabowo, tak mungkin jika hanya punya potensi kelebihan atau kekurangan saja. Seperti Jokowi, ia pun pasti punya kelebihan serta kekurangan. Tetap ada plus minusnya. Inilah yang menyebabkan saya belum punya pilihan pasti, Jokowi atau Prabowo saat Pilpres nanti. Tapi yang pasti, saya tak akan memilih Golput. Saya mesti memberikan suara saya. Tentang siapa yang saya beri, sedang saya timbang-timbang.

Karena itulah, saya tak mau menjadi Prabowo Lovers atau Jokowi Lovers. Hal ini bukan berarti saya tak setuju lho dengan pilihan hati seseorang untuk masuk barisan “Lovers” yang mana. Toh tak ada undang-undang yang melarangnya. Jadi syah-syah saja untuk dilakukan. Cuma kadang-kadang saya kecewa dan tak habis pikir. Kenapa sih untuk menjadi Jokowi Lovers mesti pula menjadi Prabowo Haters, dan untuk masuk barisan Prabowo Lovers harus menjadi Jokowi Haters? Tidakkah bisa jika kita menempatkan diri sebagai “Lovers” tanpa menyandingkan dengan antonimnya: “Haters”.

Semua yang dilakukan Jokowi selalu dikesankan benar oleh “Lovers”nya dan selalu dicarikan celah celanya oleh “Haters”. Sebaliknya, yang diperbuat Prabowo pun senantiasa dimaklumi oleh “Lovers”nya sebagai sebuah kebenaran, dan dianggap kekeliruan oleh “Haters”nya.

Contoh kecil. Saat ke KPU untuk menghadiri pengundian nomor urut Capres / Cawapres, Jokowi – JK yang naik bajaj adalah cermin dari pemimpin yang lebih merakyat. Tapi bagi yang tidak menyukai akan langsung memvonis mereka sebagai orang yang cuma cari pencintraan. Nggak jujur, ngapain juga punya mobil mau bersusah-susah naik bajaj. Di sisi lain, Prabowo – Hatta yang mengendarai Lexus disebut sebagai orang yang tampil jujur apa adanya. Sehari-harinya begitu, ya memang begitu. Rakyat boleh tahu dan tak perlu ditutup-tutupi dengan kepura-puraan hidup sederhana. Namun bagi yang tidak menyukai akan menyebut mereka sebagai orang yang pamer kekayaan di tengah-tengah rakyat yang hidup kesusahan. Tapi baiklah, tentang ini sebenarnya tak ada yang perlu dibesar-besarkan. Saya rasa hanya beda cara dan sudut pandang dalam melihat konteks persoalannya.

Kadang terpikir selintas di kepala. Kira-kira bisa nggak ya para Jokowi / Prabowo Lovers mengkritisi sendiri sosok yang mereka kagumi itu dengan hati yang lebih jernih? Tetap berdiri sebagai pendukung sekaligus juga tetap jujur jika melihat sosok yang didukungnya melakukan prilaku yang dianggap kurang tepat. Misalnya, Saya suka cara berpikir Prabowo yang bla … bla .. bla … tetapi saya kurang sependapat dengan sikapnya yang bla … bla … bla …. Atau, Saya akan selalu mendukung Jokowi untuk bisa duduk di Kursi RI 1 dan saya percaya dengan kejujurannya yang bla … bla … bla … akan tetapi akhir-akhir ini saya melihat jika ia bla … bla … bla …

Alangkah indahnya demokrasi bila kita bisa saling instropeksi atas kekurangan diri sendiri dan bukan mengingkari kebenaran yang ada pada seseorang hanya karena ia tak berada dalam satu barisan dengan kita.

Selamat datang Pilpres 2014

Untuk Indonesia yang lebih baik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun