[caption caption="Mengharapkan kesejahteraan dari sektor pertanian penuh resiko"][/caption]MASA DEAPAN pertanian di Indonesia makin terancam. Pasalnya, minat pemuda untuk menjadi petani kian berkurang. "Saat ini tidak ada pendidikan di sekolah yang mengajari remaja untuk bertani". Pertanian sekarang lebih banyak dikuasai oleh generasi tua. Sementara itu, generasi muda sulit untuk mendapatkan lahan pertanian karena sekitar 80 persen lahan petani di Jawa sudah dijual. Tak hanya itu, pemuda pun harus menunggu 30-40 tahun lagi untuk menjadi petani karena menunggu pembagian tanah dari orangtuanya.
Akibat minimnya lahan pertanian, pemuda yang berumur 15-24 tahun banyak menjadi pengangguran terbuka dan setengah pengangguran. Melihat kondisi tersebut, perlu ada kebijakan dari pemerintah untuk memikirkan problem ini. Paling tidak memberikan akses lahan bagi pemuda. Kesempatan pengembangan pertanian skala kecil untuk pemuda sangat membantu untuk mengentaskan persoalan kemiskinan. Tapi juga harus diikuti dengan akses kepemilikan lahan yang diberikan oleh negara. Di samping itu, pertanian skala kecil juga mendukung pelestarian bumi ketimbang pertanian dengan skala besar yang lebih banyak merusak hutan.
Itulah yang terlupakan dan kurang di antisipasi oleh pemerintah dalam sektor pertanian. Tidak hanya persoalan sempitnya penguasaan lahan, lemahnya akses modal, mahalnya biaya input produksi, rendahnya penguasaan teknologi dan kurang kompetitifnya produk pertanian, pada saat yang bersamaan pertanian kurang diminati oleh anak kandung petani sendiri. Generasi yang lahir dan besar dari aktivitas pertanian tidak mampu mempertahankan aktivitas pertanian akibat tarikan dan rayuan yang sangat kuat dari sektor industri dan jasa, disamping tempat kerja yang prestis juga memiliki income yang lebih layak dibandingkan sektor pertanian.
Pertanian di kesankan marjinal dan jauh adri harapan dan masa depan sebagai tumpuan income/sumber pemghasilan. Hal ini melekat dan terkesan oleh anak gerenerasi petani karena pertanian ditampilkan apa adanya. Bayangkan jika pertanian Indonesia tampil dan tumbuh  sebagaimana negara negara maju, maka keadaanya sebaliknya anak kandung petani atau selainya pasti akan tertarik dan bekerja keras untuk sektor pertanian.
Situasi ini terjadi secara masif sepanjang tahun, dimana generasi muda yang bergelar pertanianpun lebih nyaman bekerja di luar sektor pertanian dan tanpa di sadari ia bekerja dan ikut serta dalam upaya melemahkan eksistensi sektor pertanian. Misalnya bergerak di sektor industri dengan melakukan alih fungsi lahan dari pertanian ke sektor pertanian. Jika ekspansi tenaga kerja ini tidak terbentung tidak menutup kemungkinan dikemudian hari sektor pertanian beserta sumberdayanya akan dikusai dan dimiliki oleh orang lain baik dalam dan luar negeri dengan cara membeli tanah petani karena tuntutan ekonomi dan kurang menariknya aktivitas pertanian atau sektor pertanian uuntuk aktiviatas non pertanian.
Dengan demikian akan sangat memungkinka  produksi pertanian semakin menurun dan berpotensi untuk melakukan impor secara masif dalam upaya memenuhi kebutuhan dalam negeri. Jika hal ini terjadi maka sangat IRONIS, Indonesia yang terkenal sebagai negara agraris merana dalam pangan.
Untuk itu pemerintah kedepan perlu melakukan langkah kongkrit sebagai berikut:
1. Memperluas lapangan pekerjaan di sektor pertanian dengan memicu pertumbuhan industri pertanian
2. Memperbaiki infrastruktur sektor pertanian dari hulu hingga hilir baik yang terkait iput produksi dan aspek harga.
3. Melakukan kebijakan pemeberdayaan dan perlindungan terhadap petani
4. Mengembangkan penelititian di sektor pertanian secara masif dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas.