Mohon tunggu...
Mr Sae
Mr Sae Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti

Pemerhati sosial dan kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ujian Terberat Jokowi

25 Januari 2015   03:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:25 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Andai aku menjadi Jokowi

Sebelumnya masyarakat Indonesia tidak pernah mendengar dengan nyaring dan jelas sosok seorang Jokowi sebagai pengusaha alumni sarjana UGM yang kemudian terpilih sebagai Walikota Solo. Sosok  istimewa tentunya bagi masyarakat Solo terhadap Jokowi karena terlihat sederhana kata kata dan sikapnya. Kebanggaan masyarakat Solo itu dalam kurun 10 tahun mencuat ke publik melalui media masa dengan predikat walikota terbaik dunia dan produk otomotif atractifnya yaitu ESEMKA.

2 modal inilah yang kemudian memudahkan Jokowi melenggang ke DKI hingga mampu dengan mulus meggerser seluruh pesaingnya sebagai Gubernur DKI. Eforia masayakat terhadap Jokowi semakin masif dan menjadi bahan pembicaraan luas masyarakat tentang KESEDRHANAANYA. Laki laki minimalis kata kata, sikap dan tidak reaktif alias tenang pembawaan. Jokowi berpasangan dengan Ahok  sebagai wakil gubenur adalah sosok yang keras dan tegas serta relatif dominan. Jokowi dan Ahok merasa istimewa karena memimpin ibu kota negara, selain tidak semua orang mampu dan mudah menduduki jabatan gubernur DKI, gubernur DKI dihadapkan pada banyak persolan ibu kota terutama sosial, keamanan dan pengendalian perekonomian 60% nasional. Beberapa saat Jokowi memimpin Jakarta disibukkan oleh 3 hal yaitu kemacetan, banjir dan kekumuhan pemukiman dan ketidakteraturan tata ruang kota akibat arus urbanisasi.

Jokowi belum mampu menunjukkan kesuksesanya dalam menangani semua masalah itu, kemudian meninggalkan DKI untuk bertarung dalam Pilpres 2014. Keinginan pendukungnya begitu kuat dan bernafsu karena Jokowi segalanya bagi mereka. Walaupun sebelumnya Jokowi secara pribadi menyatakan tidak akan mau dicapreskan karena mau fokus pada perbaikan Jakarta. Namun, semua itu tidak terbukti karena Jokowi sangat mudah dan populer utuk di orbitkan sebagai capres yang bersaing dengan rekan koalisis saat pilgub DKI yaitu Prabowo.. Publik tidak tahu khususnya pengamat, apa kriteria utama dan keungguan Jokowi sehingga tidak ada kader lain yang diorbitkan dari PDIP.

Catatan: Kerja dan kontribusi media masa sangat besar dalam upaya melejitkan sosok Jokowi, sehingga masyarakat begitu cepat mengenal sosok Jokowi. Tokoh tokoh yang sdudah lama berkiprah di panggung politik terkalahkan popularitasnya seketika. Bekerja dengan siapakah media masa?

Akhirnya pilihan rakyat Indonesia teruju pada Jokowi sebagai presiden 2014-2019. Masyarakat pemilih Jokowi tidak saja terhipnotis oleh janji janji/program program saat kampanye tetapi terpengaruh besar oleh sosok sederhana dan apa adanya yang lama tidak pernah melekat dan ada pada presiden presiden sebelumnya. Masyarakat butuh perubahan yang fundamental terutama terkait masa depan hidup dan perekonomiannya. Harapan itu sangatlah besar dan mendasar hingga Prabowo terkalahkan dengan selisih tipis dari hasil perhitungan.

Catatan: Hasil rekapitusai begitu menenganggkan hingga dibawa ke ranah hukum yaitu Mahkamah Konstitusi karena ada berbagai kecurangan yang dilakukan pihak pendukung Jokowi. Akhirnya KPU dan MA memenangkan pasangan Jokowi JK. Tidak ada konflik horizontal antar pendukung. Rakyat menunggu gebrakan dan kinerja Jokowi hingga 2019.

Oktober 2014 merupakan bulan istimewa bagi Jokowi, JK, PDIP dan partai koalisisnya, relawan dan seluruh pemilihnya. Jokowi dihadapkan oleh permasalahan besar Indonesia sebagaimana presiden presiden sebelumya, baik ekonomi, sosial, pendidikan, keamanan/pertahanan dan hubungan internasional. Energi dan kekuatan Jokowi-JK harus jauh lebih besar dan efektif dibandingkan SBY seharusnya, sehingga mampu mengendalikan dan mengelola Indonesia dengan baik dan benar.

Inilah kejadian/peristiwa sebelum dan setelah Jokowi JK dilantik sebagai presiden RI:

#Jokowi JK tidak menaikkan harga BBM

#Jokowi JK akan menjual pesawat kenegaraan karena boros dgn menggunakan pesawat komersil

#Jokowi akan menegakkan hukum kepada siapapun termasuk kader PDIP dan partai koalisisnya jika terlibat korupsi secepatnya

# Jokowi JK tidak akan pernah mengangkat kabinetnya dari unsur unsur parpol yaitu mengangkat dari profesionalisme di bidangnya.

#Jokowi JK akan merampingkan/menyederhanakan kabinetnya

#Jokowi JK akan menggunakan fasilitas negara yang sederhana bukan yang mewah termasuk kendaraan

#Jokowi JK menaikan harga BBM

# Jokowi JK berjanji dengan kenaikan BBM tidak akan menimbulkan harga harga bahan pokok naik/statbil

#Jokowi JK berjanji akan memposisikan rupiah selalu kuat/tidak melemah

#Jokowi JK akan menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 7%

#Jokowi JK akan menaikkkan dan memperhatikan nasip buruh

#Jokowi JK selama 5 tahun kedepan tidak akan mengangkat PNS

#Jokowi JK jika menjadi presiden akan semakin mudah kemacetan dan kebanjiran Jakarta ditangani karena sebagai presiden

#Jokowi JK akan fokus dan terus bersama permasalahan rakyat dan selalu memberi solusi

#Jokowi JK melarang pejabat negara/PNS rapat rapat di Hotel

#Jokowi JK akan merasionalisasi seluruh perusahaan asing yang bergerak di Indonesia  terutama frerport (tidak melakukan eksport).

#Jokowi JK memecat Jenderal Sutarman sebagai kapolri, padahal kapolri yang baru belum dilantik/jelas.

Kini Jokowi JK dihadapkan pada peristiwa besar yaitu kasus hukum yang menerpa Budi Gunawan sebagai tersangka, pada saat yang sama digadang gadang sebagai kapolri hingga pelantikanyapun di tunda karena publik dan pendukung Jokowi bereaksi keras. Ini tidak hanya membuat Jokowi terpukul sebagai kepala negara, tapi PDIP secara institusi sangat dirugikan. Bagaimana tidak upaya Jokowi untuk menampilkan pemerintahan yang bersih, ternyata tidak terbukti yaitu salah memilih calon Kapolri. Kasus BG ada ditangan KPK dan KPK siap untuk memproses BG lebih lanjut hingga tuntas masalahnya.

Catatan: 2 periode SBY menjadi presiden siapapun termasuk institusi Kapolri, pejabat negara, masyarakat dan penegak hukum termasuk MK sangat takut dengan KPK, bahkan presiden SBY pun sangat berhati hati  sebagai presiden agar tidak terjerat hukum, walaupun anak buahnya seperti  Anas. KPK adalah institusi yang sulit disentuh dan dilemahkan keberadaanya, bahkan sebagai lembaga super body. Sudah ratusan orang yang dijebloskan KPK ke jeruji baik pejabat negara dan politikus. Namun korupsi nggak pernah reda.

Kasus BG dan penangkapan BW merupakan peristiwa hukum dan politik sebagaimana kasus Antasari dan Kepala bareskrim Susno. Peristiwa tersebut merukan  peristiwa politik dan hukum yang high class (PERANG KEPENETINGAN DAN INTELIJEN). Saat itu SBY tidak terlibat dan ikut dalam pusaran kasus tersebut, tapi yang bermain adalah institusi KPK dan Polri. INTINYA INI REBUTAN KEKUASAAN, MATERIAL DAN UNTUK KESELAMATAN/KEAMANAN.

Sekarang Jokowi dihadapkan pada peristiwa HUKUM dan POLITIK yang sangat berat dan berepengaruh terhadap eksistensinya sebagai sorang leader  negara bukan gubernur dan walikota. Kasus BG dan kaitanya dengan BW mengandung 2 makna besar, (1) Jokowi ingin memainkan dan mnggunakan kekuasaanya untuk memuluskan langkah lanagkahnya (PDIP) di 2019 dengan memasang orang orang pilihanya untuk meredam  kasus kasus hukum yang melanda PDIP dan paartai koalisisnya. Dengan ditangkapnya BW mengandung pesan KPK dalam ancaman Istana, karena tidak mungkin bareskrim menangkap BW tanpa izin  presiden atau orang orang dibelakangnya (megawati cs). Apalagi wakil ketua KPK lainya juga sudah dilaporkan ke mabes termasuk Abraham juga akan di kasuskan. Jika upaya ini suskses kemudian kapolri jadi dilantik, maka KPK akan berganti wajah wajah baru pilihan istana. Jika BG dilantik dan KPK diganti wajah wajah baru atas keinginan istana, lengkaplah sudah drama politik dan hukum Indonesia.

Kedua, inilah wujud asli institsusi dan pejabat negara dalam melakukan interaksi hukum dan politik. bahwa pada saat pejabat negara masih terkait dan terjebur oleh kasus hukum situasi politik dan hukum tidak akan pernah normal, justru ayng muncul adalah kegaduhan.

Maka saat yang seperti ini semakin menunjukkan, bahwa benar jika Jokowi sangat lemah dan tidak bisa memecahkan dan mengelola peristiwa dengan baik. Ini sekaligus mebenarkan, bahwa Jokowi hanyalah presiden simbol/boneka. Semoga Tidak.

Jokowi harus memahami fenomena/pergerakan hukum dan politik ini dengan baik, karena inilah ujian terberat sebagai presiden. Jika jokowi menggunakan isnting dan kecerdasanya dalam menyikapi dan meberikan solusi dengan baik dan tepat, maka akan menguntungkannya, namun jika tidak peristiwa ini akan menjadi bola liar dan panas serta akan membakar dirinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun