Mohon tunggu...
Mr Sae
Mr Sae Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti

Pemerhati sosial dan kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pelacuran Lembaga Survei & Pengamat

11 April 2014   22:19 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:47 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa pihak banyak yang tidak suka kalau partai Islam tumbuh dan berkembang baik di Indonesia. Berbagai cara dilakukan baik melaui peneterasi langsung kedalam partai atau melalui pencitraan atau pembususkan melalui media dan opini. Cara cara ini dilakukan secara sistematis dan terang terangan. Lembaga survei dan pengamat yang demikian hanya sebagai kacung dan jubir demi meraup keuntungan semata dengan mengorbankan dirinya sendiri.

Raihan suara partai politik Islam yang mampu mendapatkan sekitar 32 persen suara hasil hitung cepat pada Pemilu Legislatif Rabu lalu mematahkanprediksi banyak lembaga survei. Salah satu lembaga survei, Cirus Surveyors Group mengonfirmasi hasil hitung cepat tersebut.

"Ini membuktikan hasil survei berubah, bukan berarti hasil survei salah,"ujar Direktur Eksekutif Cirus Surveyors Group Andrinof Chaniago kepadaRoL, Kamis (10/4).

Dia mencontohkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Menurutnya, partai yang dipimpin Anis Matta tersebut memiliki organisasi dan strategis yang baik. "Bisa jadi PKS mengubah strategi kampanye dan menjalankannya lebih baik. Berdasarkan hasil hitung cepat, empat parpol Islam mendapatkan peningkatan suara yang signifikan yaitu PKB, PAN dan PPP.

Tidak hanya memperoleh suara signifikan, 4 partai tersebut sekaligus bisa mengubah peta politik 2014 yaitu mampu mengusung calon presiden dan wakil presiden sendiri dan menjadi gadis cantik yang mampu memikat partai perolehan suara besar yaitu Golkar danPDIP.

Lembaga survei dan para pengamat sekaligus tim sukses salah partai besar telah lama melaukan riset dan membangun opini kemudian dihembuskan ke publik, bahwa partai partai Islam tidak akan mendapatkan suara lebih dari 3 % khususnya PKS akan berhenti di pemilu 2014 TIDAK TERBUKTI!! Justru yang terjadi sebaliknya.

Jika partai partai diluar Islam menggunakan senjata canggihnya berupa EFEK media, opini,tokoh dan money politik serta menggerakkan kekuatan birokrasi, maka partai Islam menggunakan senjata canggihnya juga yaitu EFEK KADER dan MESIN POLITIK.

Setelah Pemilu ini perlu kita buktikan dan perhatikan, caleg dari paartai manakah yang paling banyak STREES?Jika caleg tersebut strees akibat tidak bekerja keras untuk mendekat ke konatituen dan menghandalkan UANG dan iklan iklanya, maka hal ini menunjukkan mesin politik dan calegnya tidak bekerja. Atau menghalakan cara lain yaitu melakukan kecurangan sistematis melalui TPS TPS demi meraup suara.

Masyarakat harus sadar dan hati hati terhadap lembaga survei dan pengamat yang notabenenya sudah banyak yang melacur dengan partai tertentu bersama media untuk meraih tujuanya dengan membangun opini opini menyesatkan.

Pemilu 2014 membuktikan, mereka telah kalah dengan realita partai politik dan kinerjanya dalam bertarung di pemilu. Sehingga analisis dan teori teori yang dibangun hanya menguntungkan untuk kepentingannya sendiri dengan berusaha membohongi masyarakat.

Lembaga survei dan pengamat yang melacur biasanya banyak memiliki kebiasaan buruk yaitu berbohong dan munafik. Jika 2 sifat ini melekat pada mereka kemudian menjadi mitra kerja dan hidup partai, maka sama saja sifat keduanya yaitu paprpol dan lembaga survei serta pengamat.

Wajarlah negeri ini tidak menemukan kepastian arah dan tujuannya karena dikendalikan oleh orang orang yang pemikiran dan sikapnya pembohong dan munafik.

Sikap inipun, banyak juga yang menyukai daripada yang membenci karena mereka mengemasnya dengan kebohongan baik melalui media dan opini.

Para pengamat dan lembaga survei harus hati hati dan bisa bertanggungjawa kedepan, terutama pada saat meneliti dan memberikan komentar di media terkait parpol. Karena tidak hanya merugikan kredibilitas lembaga dan pribadi, tapi juga merugikan banyak pihak terutama masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun