Bicara dan diskusi tentang masa depan Indonesia tidak ada satupun kesimpulan dan pernyataan yang enak didengar dan nyaman dirasakan, bahkan tidak ada gambaran yang utuh dan jelas. Berbagai masalah telah membelit Indonesia dari awal hingga saat ini. Terlalu banyak inti/pokok permasalahan yang harus diidentifikasi, diuarai dan dipecahkan, baik dari masalah ekonomi, sosial/budaya, politik dan pertahahanan dan keamanan. Masing masing masalah memberikan kerja keras dan keseriusan serta kerjasama yang baik lintas sektoral yang terkait. Namun yang jauh lebih penting diatas permasalahan itu semua adalah, dibutuhkan kepemimpinan/leadership yang cermat, cerdas dan arif serta bijaksana dalam memandang dan menyelesaikan masalah.
Terlalau luas dan umum jika membicarakan keseluruhan dari himpunan masalah tersebut karena pada saat ini belum ada yang benar benar serius ditangani masalah yang melilit Indonesia. Kalaupun ada, penanganannya pun bersifat parsial meniadakan peran dan keberadaan aspek aspek lainnya. Misalnya terkait interaksi/hubungan antara Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagagangan terkait hubungan antara produksi/stok, distribusi dan harga. Harga daging mengalami kenaikan yang tinggi, padahal stok dalam negeri mencukupi untuk kebutuhan domestik, namun Kementerian Perdagangan memiliki alasan lain, bahwa kenaiakan harga akibat langkanya produksi dalam negeri. Produksi padi/gabah dalam negeri melimpah, namun impor tetap dilakukan oleh Kementerian perdagangan dengan alasan stok dalam negeri tidak memenuhi, sehingga harga gabah menjadi jauh lebih murah di tingkat petani. Atau harga produk pertanian menumpuk di domestik sehingga harga murah, padahal jika Kemendag melalukan perluasan pasar melalui jalur eksport tentu harga akan jauh lebih baik karena permintaan berjalan terus. Banyak kasus lain yang perlu diungkap dan didiskusikan di sektor sektor lainnya. KOORDINASI LEMAH DAN TIDAK TERARAH.
Saya sudah bisa membayangkan dan menyimpulkan dari kasus ini saja sangat terlihat jelas dan riil, bahwa ternayata masalah di negeri ini sangat saerius padahal berangkat dari masalah yang sangat sederhana (koordinasi dan saling sapa). Namun kenapa sepanajang masa masalah ini belum mampu terpecahkan secara baik dan efektif?
Mentalitas kebanyakkan pengelola negara memang masih bekum bisa diajak ke mekanisme perubahan atau melakukan pekerjaan pekerjaan yang terkoordinasi dan menguras energi dan waktu. Kebiasaan mengambil pekerkejaan atau keputusan untuk menghindari resiko sudah melekat pada prilaku/aktivitas hidup. Sehingga jika karakter/mentalitas ini menjadi akumulasi nasional, maka sangat dimungkinkan KINERJAnya belum dapat di handalkan, sementara persaingan dan tantangan ke depan semakin berat dan rumit.
Butuh perubahan secara fundametal dari cara berfikir, bersikap dan mengambil keputusan oleh seluruh generasi terutama pengambil dan pelaku kebijakan. Kita ini bangsa yang besar dan dinamis, namun cara berfikir dan bersikap kita masih sangat kecil dan statis. Pertumbuhan dan perubahan politik dalam rumah demokrasi belum mengarah pada fokus permasalahan Indonesia prilakunya, namun masih dihabiskan dan disibukkan oleh  kepentingan pribadi dan kelompok.Â
Mentalitas dan sikap demikian sangat sulit untuk menjadikan Indonesia ke arah yang lebih baik. Dibutuhkan kepemimpinan yang visioner dan mengerti permasalahan Indonesia sesungguhnya. Memang butuh waktu yang panjang dan melelahkan, namun upaya untuk membangun Indonesia hebat/berjaya dan maju perlu dibangun struktur berfikir, sikap dan mentalitas yang besar bukan hanya keberanian dan sikap besar namun tidak visioner.
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H