Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk membendung impor gula dari luar negeri dengan pendekatan swasembada gula. Upaya tersebut sangat beralasan karena permasalahan gula menayangkut hajat hidup ratusan juta orang di Indonesia sebagai konsumsi sepanjang waktu.
Sebaliknya jika langkah langkah strategis tidak dilakukan untuk membendung lajunya impor selain kan menurunkan devisa negara juga akan berpengaruh terhadap gairah petani untuk berbudidaya tebu, harga semakin tidak menarik bagi petani karena jumlah gula impor jauh lebih murah dan petani menerima harga yang relatif rendah.
Permasalahan tebu atau pergulaan di Indonesia setelah Orba tidak hanya di hulu namun juga di hilir. Di hulu secara umum petani belum melakukan budidaya secara maksimal baik dari aspek teknis dan non teknis, seperti pola tanam, pemeliharaan dan pemilihan varietas serta teknologi pendukung lainnya dalam upaya meningkatkan rendemen.
Sementara di aspek hilir, selain petani dihadapkan oleh klaim rendemen oleh PG yang belum memadai juga di hadapkan pada penurunan rendemen akibat keterbatasan kapasitas PG dalam menampung tebu yang dimiliki petani.
Akibat ganda hulu dan hilir tersebut, nampaknya pemerintah harus serius mengambil sikap dan kebijakan, baik di sisi hilir ataupun di sisi hulu, jika permasalahan pertebuan Indonesia akan selesai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H