Mohon tunggu...
Mr Sae
Mr Sae Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti

Pemerhati sosial dan kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kampanye & Nafsu Gerindra Rebut Kursi Presiden

28 Maret 2014   15:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:21 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kampanye dan Kualitas Partai

Ruang dan waktu kampanye diberikan ke seluruh partai agar mereka bisa mensosialisasikan partai, caleg, cawapres dan program program kedepan jika mampu memimpin atau duduk sebagai legislator dalam upaya kesejahteraan rakyat bukan yang lain. Etika berkampanye dan aturan didalamnya juga telah diatur dengan baik oleh KPU melalui pengawasan Banwaslu sehingga tercipta iklim kampanye yang kondusif, damai dan berkualitas. Tujuan penting lainya dari pemilu dalam konteks demokrasi adalah partai harus melakukan pendewasaan masyarakat melalui pendidikan politik, sehingga apapaun cara yang ditempuh untuk kampanye bernilai positif bukan sebaliknya.

Pertama kali kampanye di gelar mulai 16 Maret Banwaslu sudah banyak mengantongi pelanggaran pelanggaran yang dilakukan oleh seluruh parpol, mulai dari membawa anak anak dibawah umur, menganggu kepentingan umum melalui konvoi, membagi bagikan uang, memasang atribut ditempat tempat fasilitas umum, mabuk mabukan, kampanye hitam dan yang berikutnya adalah memfitnah atau menjelek jelekkan partai lain atau pribadinya dihadapan peserta kampanye saling menyalahkan dan menyerang.

Bentuk pelanggaran yang terakhir ini nampaknya hampir dilakukan oleh partai partai besar atau baru dalam upaya menarik simpati pemilih terhadap partainya atau secara tidak langsung ia mengatakan bahwa partainyalah yang paling baik dibandingkan partai yang lain.Seluruh program dan kesuksesan yang telah lakukan oleh pemerintahan sebelumnya lenyap dengan memunculkan kekurangan kekuranganya.

Inilah bentuk propaganda dan model adu domba yang juga dilakukan oleh jurkam jurkam dan capres partai tertentu untuk menghantarkan partainya memperoleh suara dengan melakukan  serangan serangan politis. Partai lebih suka menempuh cara cara kotor daripada menempuh cara cara elegan dan produktif serta membangun. Cara cara ini terus berulang dan berulang sepanjang kampanye digelar.

Gerindra dan Nafsu Kekuasaan

Terakhir publik menyaksikan Kampanye Partai Gerindra di Lapangan Flores, Surabaya, Jawa Timur, dibubarkan paksa oleh Panwaslu. Penyebabnya, salah satu juru kampanye memaki-maki Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang juga Ketua Umum DPP Partai Demokrat, saat berorasi di atas panggung.

Mendengar makian jurkam Partai Gerindra petugas Panwaslu Kota Surabaya yang langsung naik panggung dan menegur si jurkam yang juga menjabat sebagai penasehat DPD Gerindra Kabupaten Sidoarjo.Diceritakan Divisi Pengawasan Panwaslu dalam orasi politiknya, Zaenal tidak hanya memaki-maki SBY, melainkan juga memaki Gubernur Jawa Timur.

"Pemerintah harus kembalikan uang rakyat. Pemerintah utang ke luar negeri, yang bayar utang itu adalah rakyat, bukan SBY atau Soekarwo. Mereka (SBY dan Soekarwo) hanya teken saja. Kalau Prabowo jadi presiden, rakyat akan makmur dan pembangunan merat”. Dalam orasinya juga Partai Gerindra Dapil meminta  untuk memperjuangkan pasal hukuman mati kepada koruptor, jika sudah terpilih nanti.

"Ini bukan janji kosong seperti pemimpin sebelumnya (SBY), yang cuma bisa membuat janji palsu berdiri paling depan akan menghunus pedang memberantas korupsi. Siapa dia? orangnya sekarang jadi presiden, dia adalah SBY. Belum kering mulutnya, terbukti semua kadernya mulai Anas Urbaningrum, Angelina Sondakh, Nazaruddin, Andi Malarangeng masuk penjara gara-gara korupsi.

Jurkam Partai Gerindra mengatakan, Pemerintahan SBY sekarang ini seperti apa? "Kemudian Gubernur Jatim Sukarwo juga menghabiskan uang rakyat.

Karena pernyataan yang  menyerang SBY dan Partai Demokrat itulah, Panwaslu menegur sang orator dan meminta agar kampanye dihentikan dan Partai Gerindra terancam sanksi. Bahkan, darah petugas Panwaslu yang sudah mendidih, langsung menyeret jurkam Gerindra  saat masih berorasi di hadapan 3.000 simpatisan partai, agar turun dari panggung .

Hilangnya Rasionalitas Berfikir Partai & Jurkam

Melihat dari seluruh fenomena kampanye partai terutama Gerindra sangat jelas bahwa Prabowo sebagai pengendali partai telah memberikan keleluasaan jurkamnya untuk melalukan tradisi salaing menyudutkan dan menyalahakan pihak lain bukan membangun tradisi saling menghargai dan kritik yang produktif. Jika mentalitas ini tumbuh dan berkembang di Gerindra, maka akan sangat berpotensi negatif jika suatu saat menjabat dan menduduki RI 1. Karena dari sikap dan mentalitas yang demikian Gerindra telah menanamkan kebencian baik secara personal dan antar partai, padahal Indonesia yang sangat luas dengan berbagai permaslahanya tidak akan mungkin dan bisa hanya diselesaikan oleh kerja kerja dan pemikiran pemikiran Partai Gerindra saja, namun harus melibatkan partai lain.

Gerindra melalui iklan media dan kampanye seolah sangat yakin untuk menjadikan Indonesia sebagai macan ASIA. Mungkin spirit inilah yang kemudian membuat Gerindra juga sangat yakin untuk memimpin Indoensia melalui Prabowo sehingga segala cara dilakukan salah satunya adalah menyerang dan menyudutkan pribadi dan partai lain. Padahal cara cara yang demikian bukan karakter pribadi Indonesia.

Nampaknya Gerindra dan Parabowo harus belajar banyak dari sejarah, bahwa tidak akan mungkin cita cita besar untuk membangun peradaban/kemaujuan diawali dengan semangat permusuhan dan emosional apalagi salng menyalahkan. Jika, ini yang tumbuh dan menjadi semangat Gerindra dan Parabowo dan seluruh kadernya, maka sama halnya akan menuju mimpi dan angan angan belaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun