Persaingan pasar global tidak bisa dihidarkan dari nilai daya saing produk, sementara kualitas produk tidak hanya mencerminkan nilai/harga yang diperoleh dari suatu transaksi, namun kualitas sekaligus mencerminkan keseriusan suatu sistem produksi dalam memenuhi permintaan konsumen. Komoditas unggulan yang selama ini menjadi daya tarik pasar global adalah komoditas perkebunan terutama kelapa sawit, kopi dan kakao.Â
Pertumbuhan permintaan pasar dunia tersebut tidak hanya dari sisi kualitas namun juga dari sisi kuantitas. Untuk pengelolaan dan pengembangan ketiga komoditas tersebut menjadi sangat penting dimasa mendatang terutama dari aspek produksi dan produktifitas yang dapat ditempuh dengan intensifikasi dan ekstensifikasi melalui itroduksi teknologi VUB dan pasca panen.
Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas
Berdasarkan Statistik Pertanian 2017, luas areal, produksi dan produktivitas perkebunan di Idonesia tahun 2012-2016 menunjukkan, bahwa luas areal komoditas kopi pada tahun 2012 seluas 1.235.289 juta hektar dan mengalami penurunan luas areal tahun 2016 sebesar 1.228.512 juta hektar diikuti oleh penurunan pertumbuhan sebesar -0,04 persen.Â
Sementara untuk komoditas kelapa sawi mengalami pertumbuhan luas dari selama periode 2012-2016 sebesar 4,70 persen, dimana pada tahun 2012 luas areal sebesar 9.572.715 juta hektar, pada tahun 2016 mengalami penambahan luas arela sebesar 11.914.499 juta hektar. Sebaliknya komoditas kakao mengalamai penurunan luas areal dari 1.774.464 juta hektar pada tahun 2012 menjadi 1.701.351 juta hektar pada tahun 2016 atau mengalami pertumbuhan luas areal sebesar -1,05 persen.Â
Dari sisi produksi, selama periode 2012-2016 ketiga komoditas tersebut mengalami penurunan kecuali komoditas kelapa sawit yaitu mengalami peningkatan pertumbuhan produksi sebesar 6,12 persen dengan rata-rata produksi selama 5 tahun sebesar 29.475.021 juta ton (TBS). Sementara produksi komoditas kopi dan kakao mengalami penurunan pertumbuhan produksi masing-masing sebesar -0,69 persen dan 18,54 persen.Â
Dimana produksi kopi pada tahun 2012 sebesar 691.163 juta ton kemudian mengalami penurunan pada tahun 2016 sebesar 639.305 juta ton, sementara komoditas kakaojuaga mengalami penurunan sebesar 656.817 juta ton darai tahun sebelumnya 2012 sebesar 740.513 juta ton.Â
Selanjutnya dari sisi produktivitas ketiga komoditas tersebut juga mengalami penurunan selama 5 tahun terakhir kecuali kelapa sawit, mengalami pertumbuhan walalaupun kurang signifikan sebesar 0,65 persen, sementara untuk komoditas kopi dan kakao mengalami penurunan pertumbuhan produktivitas masing-masing sebesar -1,31 persen dan -3,49 persen.Â
Jika melihat dari kondisi luas arela, produksi dan produktivitas ketiga komoditas tersebut, komoditas kelapa sawit menempati urutan pertama sebagai komoditas unggulan dan penyumbang devisa terbesar dibandingkan 2 komoditas lainnya. Â Tentu, dari sisi supply terhadap kebutuhan ekspor masih sangat memungkinkan terutama dari sisi jumlah.Â
Sementara untuk kopi dan kakao sepanjang 5 tahun terakhir mengalami penurunan dari 3 aspek tersebut (luas, produksi dan produktivitas). Hal ini menjadi perhatian serius semua pihak baik pemerintah dan swasta dalam upaya mengembangkan ketiga komoditas tersebut.Â