Pembangunan pertanian dimasa mendatang dihadapkan pada permasalahan besar yang menuntut seluruh pihak termasuk swasta terlibat dan berperan serta dalam menghadapi sekaligus memberikan solusi kongkrit terutama perbaikan kinerja hulu dan hilir. Komoditas perkebunan yang menjadi sumber penghasilan masyarakat dalam menghadapi situasi demikian tidak bisa dibiarkan dan harus mendapatkan pendampingan pemerintah terutama dalam aspek akses terhadap benih unggul, sarana dan prasaran produksi serta akses modal dan pasar.Â
Perkebunan rakyat secara umum masih belum memiliki kekuatan besar dalam menghadapi persaingan pasar terutama terkait daya saing produk. Untuk itu pemerintah juga harus melihat reaita tersebut dan terus memberikan perhatian serius terhadap usaha mereka.Selama ini perusahaan-perusahaan besar swasta dan BUMN yang lebih dominan mengusai pasar dan mendapatkan keuntungan besar untuk bisnis komoditas perkebunan, sementara masyarakat/petani sebaliknya, padahal secara agregat jumlah petani/pekebun rakyat jauh lebih besar dengan berbagai jenis bidang komoditas yang di garap.
Hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013 diperoleh jumlah rumah tangga usaha pertanian subsektor perkebunan di Indonesia sebesar 12.770.090 rumah tangga. Dibandingkan tahun 2003 jumlah tersebut mengalami penurunan sebanyak 1.358.449 rumah tangga, perusahaan pertanian berbadan hukum di subsektor perkebunan sebesar 2.216 perusahaan, dibandingkan tahun 2003 mengalami kenaikan sebanyak 354 perusahaan, dan usaha pertanian lainnya pada subsektor perkebunan sebesar 1.461 usaha.
Tanaman Perkebunan Tahunan.
Dari hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013, tercatat jumlah rumah tangga tanaman perkebunan tahunan sebesar 11.835.944 rumah tangga.Kelapa adalah jenis tanaman tahunan yang paling banyak diusahakan di Indonesia, yaitu sebesar 5.090.583 rumah tangga dengan persentase sebesar 43.01 persen dari rumah tangga tanaman perkebunan tahunan yang diusahakan
Tanaman Perkebunan Semusim.
Angka tetap dari hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013 mencatat jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman perkebunan semusim sebesar 1.216.913 rumah tangga.Tembakau adalah jenis tanaman semusim yang paling banyak diusahakan, yaitu sebesar 817.009 rumah tagga dengan persentase sebesar 67.14 persen dari seluruh rumah tangga tanaman perkebunan semusim yang diusahakan .
Pohon/Lajar/Rumpun Tanaman Perkebunan.
Angka Tetap ST2013 mengatakan bahwa pohon kelapa adalah tanaman perkebunan dengan jumlah rumah tangga terbesar yang mengusahakannya, yaitu sebesar 5 090 583 rumah tangga. Walaupun demikian, dalam hal jumlah pohon yang diusahakan/dikelola, pohon karet memiliki jumlah yang terbanyak, yaitu sebesar 2.519.726.107 pohon. Begitu juga dengan jumlah terbesar untuk pohon yang sudah berproduksi dan yang belum berproduksi. Pada posisi ini pohon karet menempati posisi tertinggi dengan masing-masing angka 1.432.712.650 dan 854.488 529 pohon.
Peluang dan potensi pengembangan komoditas perkebunan rakyat saat ini dihadapkan pada 2 sisi yaitu kemampuan mengelola hulu dan hilir. Bagian hulu masih mendapatkan tantangan terkait produktivitas yang masih rendah, sementara bagian hilir terbelit masalah pasca panen, akses pasar dan tingkat harga yang diterima. Selain, dihadapkan aspek tersebut pada saat yang bersamaan petani juga dihadapkan pada arus/tekanan biaya sarana produksi yang tinggi sehingga mengaanggu proses produksi dan capaian hasil.Â
Kekuatan pedagang mampu mengendalikan proses usahatani mereka dengan cara peminjaman modal/uang yang kemudian yang berujung pada pembentukan sistem harga. Kondisi ini dihadapi oleh sebagian besar perkebunan rakyat dan akan sangat membahayakan dalam jangka panjang jika tidak segera ditangani oleh pemerintah. Untuk itu dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani pemerintah perlu menempuh langkah kongkrit dan sistemik.