Mohon tunggu...
Mr Sae
Mr Sae Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti

Pemerhati sosial dan kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Model Pertanian Menyerang

23 Januari 2017   12:38 Diperbarui: 23 Januari 2017   12:48 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pembicaraan dan diskusi pembanguna pertanian tidak ada habis habisnya, baik dikalangan akademis khususnya peneliti dan masyarakat lainnya. Tema pembicarakan terkait hal tersebut tidak beranjak dari performance sektor pertanian, baik pada aspek hulu dan hilir terutama korelasi antara anggaran, proses budidaya, hasil dan hubunganya dengan pendapatan petani dan kontribusi terhadap negara melalui jalur ekspor (devisa negara). 

Memang membicarakan permasalahan pembangunan pertanian Indonesia tidak bisa dilepaskan dari 3 hal: (1) kebijakan dan keperpihakan pemerintah (program dan anggaran), (2) Realita petani terutama dari aspek penguasaan teknologi varietas dan mekanisasi, pengusaan lahan, kepemilikan modal (akses terhadap lembaga keungan), pengelolaan pasaca panen dan akses pasar serta eksistensi kelembagaan petani, dan (3) dukungan sektor lain terhadap sektor pertanian.

Belajar dari negara negara lain yang menghandalkan sumber pendapatan negaranya dari sektor pertanian proses pembangunan dan pengelolaan sektor pertanian memperhatikan 3 hal tersebut secara serius. Kita memperhatikan jepan,  thailand dan philipina mengelola sektor pertanian dengan menekankan secara serisu terhadap hal tersebut, namun mereka fokus pada 3 hal yanitu dukungan pemerintah yang kuat, pengusaan teknologi baik budidaya dan mekanisasi serta berorientasi pada pasar (eksport) yang menuntut standar kualitas produk dan pengemasan. 

Pengelolaan 3 hal tersebut memberikan potensi besar terhadap kemajuan sektor pertanian di 3 negara tersebut dengan dukungan besar bahwa petani atau pelaku sektor tersebut mendapat perlindungan dan pemberdayaan dari negara secara maksimal. Pertanian di negara tersebut dilembagakan secara baik dan sistematis sehingga menajdi satu kesatuan sektor yang kuat dengan mendapatkan tingkat keuntungan yang tinggi karena pemerintah memberikan isentif input dan output dengan dukungan akses pasar yang sangat luas.

Sementara di Indonesia pengelolaan sektor pertanian masih dihadapkan pada penguatan aspek hulu dengan berbagai permasalahan yang melanda tertama pengusaan teknologi budidaya dalam upaya meningkatkan produktivitas dan pengusaaan dan kepemilikan mekanisasi. Padahal 2 aspek ini sangat penting dalam upaya mendorong produksi dalam mencapai swasembada pangan. Pemerintah dihadapkan pada permasalahan sosial petani, selain keterbatasan luas lahan yang dimilki petani juga belum mampu mengusai secara luas teknologi pertanian sehingga masih mengelola usahataninya secara konvesnional. Pada saat yang bersamaan negara sangat memiliki keterbatasan anggaran dalam membantu dan menyeselaikan 2 masalah tersebut. 

Harus ada terbosan baru dari pemerintah dalam menghadapi tantangan dan permasalahn tersebut yaitu melalui model pembangunan pertanian modern atau saya lebih senang menyebut model pembangunan pertanian pola menyerang bukan bertahan. Model pembangunan pertanian menyerang adalah dengan memaksimalkan sumberdaya pertanian yang ada melalui kemajuan bidang budidaya, mekanisasi, pasca panen dan orientasi pasar dunia seluruh komoditas dengan menjadikan pertanian sektor handalan pembangunan. Potensi sumberdaya nasional sangat melimpah demikian halnya dukungan tenaga kerja. 

Jika model ini diterapkan akan sangat memberikan dampak besar terhadap pertumbhan sektor pertanian terutama dalam meningkatkan sumber devisa negara, meningkatkan daya saing, mengurangi dan menyerap tenaga kerja sekaligus mengurangi angka kemiskinan dan memberikan pengaruh besar terhadap sektor lain terutam bagi industri industri yang menggunakan bahan baku sektor pertanian. Kuncinya ada pada kemauan dan kebijakan pemerintah. Pertanian saat ini masih memnggunakan model bertahan atau tampil apa adanya serta masih dikendalikan oleh kepentingan kapitalisme/pasar sehingga tidak mampu tumbuh dengan kuat dan eksis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun