Mohon tunggu...
Mr Sae
Mr Sae Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti

Pemerhati sosial dan kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Senayan Berduka: Wajah Baru Caleg Misterius

25 April 2014   15:37 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:13 3201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="632" caption="Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta (KOMPAS.com/SABRINA ASRIL)"][/caption]

Setelah perhitungan suara berjalan baik real count dan quick count yang dilakukan lembaga survei, parpol dan KPU sudah memberikan gambaran perolehan suara partai dan caleg. Konsekuensi dari perolehan suara partai dan legislatif tersebut memberikan konsekuensi terhadap perolehan kursi caleg dari tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah konsekuensi terhadap langkah berikutnya, yaitu bargaining untuk koalisi atau tidak antarparpol untuk menuju pilpres.

Berdasarkan perhitungan sementara suara legislatif pusat, disinyalir banyak anggota dewan periode 2004-2009 yang terhenti langkahnya ke Senayan. Mereka yang terhenti rata-rata yang memilki posisi strategis baik di struktur parpol, komisi, fraksi, dan kapasitas intelektual jam terbang tinggi sebagai politikus. Tentu pergeseran anggota dewan lama yang tergantikan oleh pendatang baru tersebut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap iklim, perilaku dan suasana lembaga tertinggi tersebut.

Ada 2 hal yang akan terjadi dengan kondisi ini:

Pertama, anggota dewan yang baru akan bekerja keras, profesional, dan lebih merakyat daripada anggota dewan yang sebelumnya. Sehingga suasana Senayan dengan tugas-tugas beratnya akan semakin dinamis, sinergis dan produktif. Kedua, anggota dewan yang baru duduk di Senayan akan membebani anggaran negara karena mereka selain tidak produktif, merakyat, tidak memiliki pengalaman dan terbang yang memadai karena aktivitas sebelumnya tidak ada korelasinya terhadap politik/legislatif. Biasanya hal ini dialami oleh caleg-caleg yang berangkat dari profesi yang tidak relevan dengan tugas-tugas kedewanan. Sehingga bukan membuat dewan semakin produktif, profesional dan dinamis, namun akan terjadi fase-fase penyesuaian dalam sistem legislatif yang lebih lama sehingga ini akan menghambat kinerja dewan, apalagi beban dan permasalahan di level eksekutif yang menyangkut hak rakyat semakin dinamis juga.

Sejumlah nama yang paling dominan yang mewakili partainya menuju Senayan adalah banyaknya komunitas artis, seniman, tokoh masyarakat dan komunitas lainnya. Bahkan akan diprediksi 40-50% wajah wajah baru akan muncul di Senayan. Sejumlah nama besar seperti Nurul Arifin, Haryono Usman, Priyo Budisantoso, Sutan Batugana, Marzuki Ali, Ahmad Yani tidak akan lolos ke Senayan dan mereka semua memiliki kapasistas yang cukup baik. Minimal, pendatang baru Senayan mampu mengimbangi kapasitas mereka atau jauh lebih baik.

Bagi mereka yang melenggang ke Senayan tanpa modal intelektual, cita-cita besar dan integritas tinggi, maka hanya akan membebani anggaran negara dan membuat sistem dewan semakin tidak dinamis dan produktif. Apalagi mereka yang terpilih dengan sejumlah pengeluaran uang yang sangat besar bahkan menggunakan segala cara untuk mendapatkan suara, maka akan dipastikan yang ada dalam niat dan pikiran mereka adalah BALIK MODAL dan MENCARI-CARI PROYEK kemudian perjuangan untuk rakyat diabaikan.

Karena kualitas anggota dewan mencerminkan kualitas institusi, negara serta masa depan bangsa, maka pihak yang paling bertanggung jawab terhadap hal tersebut adalah PARPOL YANG MENCALONKAN CALEG.

Karena ada 2 motif parpol mencalonkan dan memasang caleg; Pertama, karena motif membawa misi partai dan memperjuangkan hak-hak rakyat dengan bekal intelektual, integritas, dan profesionalisme sehingga mampu melakukan kontribusi maksimal terhadap bangsa dan negara. Kedua, karena motif ingin mendongkrak suara partai (lemahnya kaderisasi-cara instan) dan kebutuhan pendanaan partai. Sehingga tidak terlalu penting kapasitas, integritas dan profesionalisme calegnya. Walaupun di kemudian hari akan menjadi beban legislatif dan partai jika caleg yang jadi tidak mampu membawa misi partai dan memiliki kinerja produktif.

Sepertinya wajah-wajah anggota dewan baru Senayan 2014-2019 akan sangat menentukan masa depan bangsa, dan jika kondisi bangsa ini semakin tidak membaik, maka pihak yang paling berdosa adalah PARTAI PARTAI YANG MENGUSUNGNYA. Karena Senayan bukan tempat duduk dan jualan kata-kata. Senayan adalah tempat pertarungan intelektual, perjuangan, pengabdian dan pengorbanan. Jika bukan karena hal ini, maka anggota dewan yang duduk di Senayan hanya MENYEMAK DAN MENJADI WAKIL RAKYAT MANDUL.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun