Tahun 2004 bulan september auditorium kampus IPB yang bersebelahan dengan Gedung Rektorat sejak pagi hari sudah dipenuhi mahasiswa pascasarjana dan sejumlah undangan yang bersiap siap memenuhi kursi kursi yang sudah di siapkan. Hari itu menjadi sangat mengesankan dan bersejarah khususnya bagi IPB dan seluruh dosen pembimg karena telah menghantarkan salah satu mahasiswanya ke MEJA UJIAN TERBUKA DOKTOR di bidang ekonomi pertanian. Tampak sangat ketat dan protokoler bahkan tidak seperti biasa beberapa sudut gedung di luar auditorium di pasang LCD agar peserta yang di luar gedung bisa menyaksikan langsung berlangsungnya ujian SUSILO BAMBANG YUDHOYONO. Tidak hanya heroiknya suasana ujian saat itu karena sang calon presiden sedang dihujani berbagai pertanyaan oleh 8 orang penguji terkait subtansi disertasi SBY yang terkait pertanian dan kemiskinan perdesaan serta kaitanya dengan upaya menanggulanginya. Yang menjadi pertanyaan saya dan menarik adalah?Mengapa SBY memilih IPB sebagai tempat studi?mengapa bukan UI, UNPAD, UGM dan perguruan tinggi prestis lainya?. Dan apa kiat khusus SBY selesai Doktor di  luar kewajaran mahasiswa pasca lainya yang bisa lebih dari 3 tahun ke atas bahkan hingga 9-10 tahun.
2 hal itulah yang menjadi pertanyaan kebanyakan mahasiswa pascasarjana IPB terhadap SBY. Untuk menjawab 2 pertanyaan ini tentu tidak mudah, apalagi tidak punya akses sama sekali dengan SBY atau beberapa dosennya. Namun seiring dengan perjalanan waktu, terjawablah akhirnya 2 pertanyaan tersebut.
SBY memilih IPB sebagai tempat belajarnya karena fungsinya sebagai seorang presiden harus memahami dengan baik dan detail permasalahan pembangunan pertanian dan bagaimana model pendekatanya. Tentu keputusan SBY tersebut juga atas masukan orang orang penting di sekitarnya yang sebagian besar merupakan dosen dosen IPB. Karena dengan memahami pertanian dengan baik, maka arah dan orientasi kebijakan pertanian akan lebih terstruktur dengan tetap mempertimbangkan keterkaitan dengan sektor sektor lain. Indikator kesuksesan SBY dalam sektor pertanian bisa dilihat dari nilai pertumbuhan produksi sektor pangan yang trendnya semakin meningkat dari tahun 2004-2019 demikian hanlya dengan alokasi anggaran untuk sektor pertanian. Dalam pengertian lain, SBY selain fokus pada sektor lain juga secara serius memperhatikan sektor pertanian dengan baik.
Kemudian pertanyaan terkait cepatnya SBY menyelesaikan studi tepat 3 tahun, menurut pengakuan beberapa dosen dan pihak pasca sarjana IPB, hal itu terjadi selama normal (wajar) atau tidak ada perlakukan khusus dengan mahasiswa lain. SBY merupakan seorang militer yang memiliki kemapuan akademis yang bagus terutama di bidang pertanian. Beberapa kelebihan yang dimilki SBY sebagai mahasiswa IPB adalah sebagai berikut:
1. Berada di tengah tengah lingkingan para Doktor dan Profesor disiplin bidang ekonomi pertanian dan ekonomi umum baik sebelum  menjadi mahasiswa dan sesudah.
2. Memiliki tingkat kecerdasan yang baik dalam akademis, menurut pengakuan salah satu dosen, SBY sangat rajin menulis/mencatat dalam proses perkuliahan.
3. Memiliki networking atau hubungan yang baik dengan berbagaia pihak terutama terkait akses informasi dan data yang diperlukan dalam menunjang studinya.
4. Memiliki infrastuktur yang memadai baik secara finacial dan kemudahanya dalam melalukan proses proses penyelesaian studi.
Namun yang sangat BERMAKNA bagi semua pihak termasuk saya kenapa SBY menempuh pendidikan S3 Doktor Ilmu Ekonomi Pertanian sebelum menjadi presiden?SEMUA ITU DILAKUKAN DAN DICAPAI DALAM UPAYA menyiapkan kapasistasnya sebagai seorang leadership dan pemangku kebijakan pembangunan khususnya pertanian, sehingga pembangunan lintas sektoral mampu berjalan dengan baik. Luar biasa motif SBY menempuh pendidikan S3. Bukan untuk gengsi dan formalitas semata tapi untuk mendukung posisinya sebagai presiden.
Sekapasitas SBY yang memiliki segudang prestasi dimiliter kemudian di poles dengan kemampuanya untuk menyelesaikan S3di bidang ekonomi pertanian yang didukung oleh kualitas dan integritas para meteri dan staf khsusnya dengan dukungan kerja keras saja masih dimungkinkan ada kekurangan dalam mengelola pembangunan Indonesia secara umum, apalagi 5 thun ke depan 2014-2019 pemerintahan akan di kendalikan dan dikelola oleh presiden dan seluruh perangkatnya yang tidak memahami dengan baik pembangunan Indonesia dan bagaimana menyelesaikanya, maka Indonesia justru akan mengalami kemunduran di bandingkan pada masa SBY.
Namun positif thinking saja, semoga pemerintahan baru serius dan tidak main main dengan janji janjinya.