Sepertinya teramat sedih yang di rasakan olehnya, hingga dia menahan isak tangis akan tetapi air mata terus saja berderai, yang belakangan di ketahui sudah lama air mata dari lelaki yang menurut orang dirinya hebat itu, tidak pernah mengeluarkan air lagi.
Setelah terdiam seribu bahasa, kaku, pikirannya hanya tertuju ke perempuan itu, bukan soal kepentingan, bukan pula soal ambisi yang tidak penting, akan tetapi soal kepercayaan yang telah lepas di ucap oleh lelaki muda itu.
"Malah aku menulisnya, dengan penuh perasaan, bahkan sangat bermakna" ucap perempuan itu, kedengarannya dirinya juga berderai air mata, isak tangis juga menyelimuti malamnya di kejauhan sana.
Kemudian sepi mengisi malam yang panjang itu, lelaki itu sibuk dengan air mata nya, begitu juga dengan perempuan yang telah membuat lelaki itu sadar, dan terdengar suara, *tit, tit, tit*. telpon genggam itu tidak mengeluarkan bunyi lagi.
Terlihat dirinya di bungkus selimut tipis, entah apa yang ia rasakan saat itu, antara dingin, hangat, sedih tentu saja, rasa itu bercampur semua, tak menentu, dia terdiam beberapa saat, kemudian baru ia putuskan untuk berwhudu untuk segera sholat isya.
Do'a ikhlas tentu saja keluar dari mulut lelaki yang mencoba membendung air matanya ini, namun ia gagal menahan rasa haru yang kian mendalam itu, dia terpuruk, dia lemah karena yang baru saja mereka bicarakan adalah bukan tentang perasaan akan tetapi tentang kepercayaan.
11 Mei 2018
Sadra Munawar