Warga Desa Ngepung Kecamatan Lego Kulon Kabupaten Ngawi Jawa Timur, ini memiliki usaha yang sudah turun-temurun, yaitu memetik daun ‘Ploso’ (disambiguasi).daun ploso sekilas mirip daun jati namun permukaannya lebih halus jika dibanding dengan daun jati.
Menurut Wardi (32) salah satu warga setempat mengatakan, pekerjaan memetik daun ploso, sudah dilakoni sejak ia kecil untuk membantu orang tua, “ ya kalau dikampung ya kerja apa ajalah mas, yang penting halal dan tidak merugikan orang lain” cetusnya. Masih menurut Wardi pekerjaan memetik daun ploso, ini sudah turun-temurun, jadi warga disini tidak gengsi, dibanding dengan desa-desa lain.
“Saya melakukan pekerjaan ini sudah sejak kecil mas, jadi sudah biasa,” Sebagai pencari daun ploso saat ini menurut Wardi, sangat sulit, karena selain hutan perhutani ditebang adanya peremajaan pohon ploso juga ikut ditebang, lokasi pengambilan daun Ploso juga sangat jauh, yakni di Hutan Desa Mbelekwatu, Kenongorejo serta Mberbahan, sekitar 5-10 kilometer,dari rumah. Membawa daun tersebut, dengan cara di ‘gendong’ bagi kaum ibu-ibu kalau laki-laki dengan cara di pikul. Tetapi dengan tekat dan tuntutan kebutuhan hidup ia tak patah semangat menjalani pekerjaan itu. Menurut Wardi daun Ploso satu ‘gulung’ dipasar dihargai 50-60 ribu rupiah itu setelah sampai pasar Bugduwur yang letaknya mencapai 4-5 kilometer Pasar tradesional tersebut berada di Kecamatan Sumberjo Kabupaten Bojonegoro.
Berbagi peran:
Jika kaum perempuan kadang membantu memetik daun Ploso, kadang juga membantu membawa hasil daun tersebut ke pasar terdekat agar segera dibeli oleh tengkulak (bakul) istilah jawa. Menurut penelusuran kegunaan dan manfaat daun Ploso tersebut, yakni digunakan sebagai pemembungkus tape, penganan khas daerah, yang legit nan manis itu.
Selain sebagai pembungkus penganan juga bisa digunakan untuk pembungkus tembakau yang sudah dirajang, agar tembakau tetap dalam kondisi seperti semula. Itulah sekelumit kisah nyata sebagai gambaran masyarakat jelata yang memanfaatkan sumber daya alam, yang melimah ruah di negeri ini, tanpa merusak lingkungan mereka dapat hidup berdampingan dengan alam dan manfaatnya. Penulis (Sj) dimuat di www.infongawi.com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H