Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jembatan Kematian, antara Depresi dan Pandemi (Seri II)

20 Mei 2021   23:20 Diperbarui: 20 Mei 2021   23:32 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[.....] Artikel yang berbeda, menjelaskan depresi adalah kelainan suasana hati, penyakit yang melibatkan fisik, mood dan pikiran yang akan mengganggu kehidupan seseorang hingga kegiatan normalnya. Selain itu, depresi sendiri merupakan penyakit yang dapat mengganggu kosentrasi seseorang dari waktu-kewaktu dan berujung pada ketidakpercayaan diri terhadap sesuatu yang dia kerjakan.

Dari defenisi diatas dapat kita simpulkan bahwa depresi adalah penyakit yang sangat kompleks karena dapat mengganggu fisik dan pikiran manusia. Sejauh saya bulak balik pelajari beberapa artikel dan jurnal ilmiah, masih juga terdapat beberapa perbedaan, ada sebagian yang mengatakan depresi tidk bisa diatasi dan sebagiannya lagi mengatakan bahwa depresi bukan berarti penyebab jiwa menjadi lemah, depresi dapat diatasi dengan terapi. Baca artikel selengkapnya di Seri I

Menurut saya, kalangan praktisi dan pakar pun terdapat perbedaan pendapat tentang ini mungkin bersandar pada teori masing-masing, tetapi pada realita yang terjadi, banyak yang depresi dan bunuh diri disebabkan karena tekanan psikologi. Secara psikis, orang terganggu jiwanya, pikirannya sehingga dibutuhkan psikiater untuk melakukan terapi bertahap.

Artinya, bagi saya depresi bukan hal baru, penyakit yang sudah berabad-abad para pakar berusaha untuk menemukan metode penaggulangannya. Sehingga perdebatan dalam hal ini tidak memperkecil pemaknaan bahwa depresi merupakan penyakit mematikan yang tidak dapat diatasi dengan terapi. Deprsei adalah gangguan psikologi yang sangat besar efeknya bagi manusia tetapi ada juga metode mengatasinya. 

Selain stres, depresi ini berangkat dari dampak orang yang tidak siap mentalnya untuk menerima beberapa hal yang negatif, hal yang cepat mempengaruhi hati dan pikirannya serta hal yang menekan dirinya.

Beberapa contoh, di negara korea ada remaja bunuh diri setelah membaca buku tentang cara bunuh diri terbaik, atau di negara eropa lainnya di inspirasikan dalm berbagai cerita dalam film sehingga mempengauhi psikologi remaja dan anak-anak usia sekolah untuk melakukan bunuh diri setelah mereka mengalami satu hal kecil yang membuat mereka stres. Selain itu, ada beberapa buku juga ditulis dengan pesan-pesan yang sangat berpengaruh kepada pembaca, sehingga setelah membaca buku tersebut beberapa orang mengambil langkah tidak biasa untuk bunuh diri

Di negara kita, ada yang bunuh diri karena persoalah hati, tentang kebencian, dendam yang terpendam atau juga yang terinspirasi untuk jadi superhero agar cepat mati dengan cara yang viral dan terkenal. Ada juga yang ingin terkenal, melakukan tindakan yang mengarah pada percobaan bunuh diri. 

Dewasa ini, bukan hanya media sosial, pemberitaan, siaran dan tanyangan youtube, film, dan buku atau banyak tulisan menjadi media untuk mengetahui cara-cara mudah untuk bunuh diri. Jadi tidaklah heran jika terjadi percobaan bunuh diri mulai dari anak-anak hingga orang dewasa setelah terinspirasi dari berbagai hal yang mereka depat dengan mudah di dunia yang penuh perkembangan tekhnologi ini

Mengukur depresi ini sangat sederhana di lingkungan sosial kita, kalau ada orang di lingkungan kita yang tidak pandai dalam sosialisasi diri maka cek lah secara hati-hati kejiwaannya, pastikan dia tidak memiliki stres terhadap sustu pengalaman, cerita-cerita sehingga membuat dia tidak bisa bergaul.

Hal lainnya adalah iri hati, ingin menjadi seperti orang lain adalah kemauan banyak orang, tetapi kemauannya tidak tercapai berujung stres dan depresi. Disinilah, dia memulai kehidupannya dan kesehariannya berjalan melaui jembatan kematian yang bernama depresi. Psikoanalisis Erikson menjelaskan secara detile tentang hal itu, dan juga banyak hal tentang efek dalam perkembangannya mulai dari hal biasa pemicu stres lalu beranjak menjadi beban pikiran dan akhirnya mengalami depresi

Pada jurnal Psikologi yang berbeda membahas tentang Faktor depresi dan resikonya, secara umum depresi terjadi pada umumnya usia remaja rentang usia 20-30an. Lebih banyak depresi terjadi pada remaja perempuan dari hasil diagnosa yang dibahas dalam beberapa jurnal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun