Sebab, walaupun hanya satu pilihan. Banyak orang di banyak organisasi, orang belum dengan bijak dapat menentukan pilihan.Â
Kembali lagi kita pada logika jalan bercabang, adalah analogi sebuah pilihan dengan dua kemungkinan. Kemungkin berhasil untuk pilihan kita sebesar 70% dan 30% adalah kemungkinan lain. Bisa jadi nyasar kalau salah pilihan.
Seseorang di hadapkan dengan tiga atau empat pilihan, secara ukuran pengetahuan dia menggunakan pilihan paling rasional dengan besar kemungkin untuk suskses. Hal itu lah mengapa filosofi jalan bercabang sangat penting untuk kita yang suka melakukan aktvitas.
Berbeda hal dengan orang ceroboh, orang bijak melakukan atau menentukan pilihan dari banyak pilihan adalah satu pilihan saja, bisa jadi dua pilihan dalam bahasa strategi adalah planning A dan B.Â
Ketika pilihan A gagal maka pilihan B adalah pilihan kedua yang harus diambil. Sedangkan orang ceroboh, akan mengambil lima atau enam pilihan secara menyeluruh. Sehingga ukuran kesuksesannya nihil. Karena besar resikonya.Â
Bagaimana dengan relevansi analogi jalan bercabang diatas?Â
Dalam hal memilih pilihan seperti dua jalan bercabang, untuk pejalan kaki tentunya hanya satu jalan yang di pakai. Jadi orang ceroboh tidak mungkin memilih dua jalan dalam satu waktu bersamaan. Akibatnya adalah fatal.Â
Ukuran pengambilan keputusan untuk menemtukan pilihan pada kedua jalan yang bercabang, disini kita menggunakam emosi dan mengontrol pikiran kita. Focus pada satu pilihan setelah kemungkina-kemungkinan dapat didikte oleh akal sehat.Â
Padi pada prinsipnya keputusan lahir mengambil satu keputusan datang dari cara berpikir kita yang jernih dan tentunya sudah sangat logis dari keseluruhan pertimbangan
Kecerdesan emosional dan intelektual merupakan ukuran inti untuk menciptakan wawasan yang jernih pertimbangkan segala resiko yang datang.Â
Pada jalan bercabang, kita menggunakan filosofinya sebagai dasar keputusan bahwa kedua jalan tidak bisa kita susuri dalam waktu bersamaan. Sehingga satu jalan menjadi pilihan yang kita putuskan.Â