Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tuan Bukan Tuhan

12 November 2017   00:30 Diperbarui: 12 November 2017   00:51 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika Gemuruh nafas menjadi resah
Tuan melarang,
Tuan melotot

Bangkit dan tikam gundah
Penat pecah ujung malam
Tuan melarang
Tuan melotot

Kini, ruang meniduri waktu
Menelurkan gelisah
Bimbang hentak tanpa haluan
Asap hitam membakar lagit

Semangat rapuh
Semangat patah
Berlari bersama terkapar
Belati tajam berdarah
Panas darah mendidih

Tuan melarang
Tuan melotot
Kesini uraikan semangat
Melangkah tak bertujuan
Kepal, kepalkan tinju

Kita tikam belati didepan tuan
Sebab tuan bukanlah tuhan
Meradang melaju
Mangais hasrat

Sedang ruang meniduri waktu
Melahirkan perjuangan
Melahirkan tujuan hidup
Hingga tuan tak di anggap tuhan
Tuan tak di anggap tuhan

Melarang
Menentang
Membentak
Biasa,
Tuan bukan tuhan.

Jakarta 12 September 2015

~H.s

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun