Dunia, sebuah kata yang mewakili sebuah tempat dengan di dalamnya terdapat kehidupan. Di dalam kehidupan, terdapat berbagai macam makhluk yang salah satunya adalah manusia. Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya pasti berinteraksi dengan manusia lain. Pada interaksi yang dilakukan, manusia tidak selalu mendapat kesenangan sebagai akibat dari manisnya kehidupan tetapi juga mendapat kesedihan sebagai akibat dari penerimaan pahitnya kehidupan.
Banyak sekali penulis yang mencoba memasukkan refleksi kehidupan ke dalam karya sastranya. Tema pahitnya kehidupan menginspirasi Abdul Malik Karim Amrullah atau yang biasa kita kenal sebagai Buya Hamka membuat cerpen yang dikumpulkan dalam satu buku yang berjudul "di Dalam Lembah Kehidupan". Pada artikel ini akan dibahas lebih dalam tentang kumpulan cerpen tersebut. Pembahasan pada artikel ini menggunakan pendekatan pragmatik yaitu pendekatan yang berpusat pada sudut pandang pembaca karya sastra dalam menerima isi karya sastra baik itu berupa perasaan yang diterima pembaca, pendidikan yang diterima melalui pesan moral, dan lain sebagainya.
Emosi Pembaca dimainkan di Setiap Cerita
Cerita yang disajikan dalam kumpulan cerpen "di Dalam Lembah Kehidupan" sangat memainkan emosi setiap orang yang membacanya dikarenakan pembaca merasa cerita yang disajikan sangat relate dengan kehidupan manusia. Penokohan diceritakan dengan sangat baik. Nasib malang yang diterima tokoh, perjuangan dalam mempertahankan hubungan, serta keadaan yang tidak diinginkan tokoh membuat pembaca sedih, kecewa, bahkan marah dan ikut merasakan sakitnya menghadapi situasi yang sama seperti dihadapi oleh tokoh yang ada di dalam kumpulan cerpen "di Dalam Lembah Kehidupan".
Emosi pembaca baik itu kecewa, marah, bahkan sedih tidak berhenti dipermainkan selama pembaca menikmati cerita yang disajikan dalam kumpulan cerpen "di Dalam Lembah Kehidupan". Rasa lelah juga dirasakan oleh pembaca sebagai akibat dari kesedihan yang muncul selama membaca cerita yang disajikan dalam kumpulan cerpen tersebut. Buya Hamka sangat cerdik sekali dalam menulis setiap keadaan yang diterima tokoh cerita sehingga pembaca ikut merasakan emosi yang dirasakan oleh tokoh dan pembaca ikut terbawa ke dalam cerita.
Kaya dengan Pendidikan Nilai Moral
Kumpulan cerita pendek yang dibuat oleh Buya Hamka ini tidak sekedar berisikan cerita sedih ataupun cerita yang memainkan emosi sang pembaca, melainkan juga mengandung nilai moral yang bisa dijadikan sebagai pembelajaran. Berikut adalah nilai moral yang terkandung dalam kumpulan cerpen "di Dalam Lembah Kehidupan", yaitu:
1. Jangan Mengambil Hak Orang Lain
Kumpulan cerpen karya Buya Hamka ini sangat menekankan pada nilai sosial yaitu tidak mengambil hak orang lain. Pada penerapan nilai tersebut, Buya Hamka mengambil kebudayaan masyarakat di zamannya yaitu pernikahan yang tidak diinginkan yang ia masukkan ke dalam ceritanya. Praktik tersebut terjadi karena ketidakcocokan antara orang tua kepada calon menantunya. Buya Hamka berpesan melalui karyanya itu untuk tidak mengambil hak orang lain untuk memilih pasangannya karena perampasan hak hanya akan mengakibatkan hal buruk.
2. Hilangkan Praktik Tipu Daya Manusia
Nilai moral ini sangat banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Buya Hamka memasukkan nilai ini ke dalam karyanya berupa tipu daya laki-laki kepada wanita yang berakibat pada kerugian yang diterima oleh sang wanita. Buya Hamka berpesan melalui karyanya itu untuk tidak mudah terpengaruh dengan segala bentuk ucapan manusia karena bisa jadi ucapan itu hanyalah tipu daya.