Vina: Sebelum 7 Hari - Menuai Pro Kontra

Kasus Vina Cirebon kini menjadi perbincangan hangat setelah 8 tahun teredam. Munculnya film 'Vina: sebelum 7 hari' justru menimbulkan banyak kegaduhan. Film karya sutradara Anggy Umbara dianggap menimbulkan kontroversi dan menjadi pusat perbincangan publik. 

Film tersebut dinilai vulgar dalam menampilkan aksi pemerkosaan dan pembunuhan yang dialami korban. Wajah pelaku yang ditampilkan begitu berhasrat serta pada adegan melindas kaki yang sangat jelas ditampilkan.

Namun, faktanya banyak khalayak yang tertarik dan film ini dianggap sangat membantu keluarga korban untuk menemukan pelaku. Hingga saat ini, 1 orang pelaku kasus pembunuhan Vina Cirebon bernama Pegi atau Egi terjaring polisi dan sisanya masih dalam status buronan. 

Banyaknya kontroversial mengenai film ini yang terinspirasi dari film horor menimbulkan banyak keheranan publik. Pasalnya, mengapa harus terinspirasi dari film horor? Apakah karena dalam kisah nyata, teman dari korban yang mengalami kerasukan lalu dijadikan film horor?

Film tersebut juga menimbulkan ketidaksetujuan banyak khalayak, dalam film tersebut banyak menampilkan adegan kekerasan seksual yang menggiring opini publik bahwa film tersebut sebagai film eksploitasi. Film tersebut justru cocok dijadikan film dokumenter. 

Film dokumenter sifatnya dibilang lebih sopan dan notabenenya pun juga sama akan menceritakan secara detail kronologi kasus tersebut. Jika film ini dijadikan sebagai film dokumenter tidak akan ada penyebutan eksploitasi tubuh perempuan dan justru menarik banyak pasang mata serta lebih menghargai martabat korban dan keluarga.