Memasukki kota Dibba sekitar pukul 12:30. Sholat Jum'at dilanjutkan dengan makan siang di sebuah rumah makan Yaman, sebelum melanjutkan ke lokasi camping menjadi bagian dari perjalanan kami. Proses pemeriksaan di perbatasan UAE-Oman pun tidak bertele-tele dan semuanya berjalan dengan lancar. Tepat pukul 14:25 kami sampai di lokasi. Tanpa di komando, anak-anak berhamburan ke pantai; bermain pasir dan air laut. Tak perduli hawa panas masih menyengat bahkan jenuhnya perjalanan seakan lenyap tak berbekas, berganti dengan euforia karena menemukan arena bermain baru; pasir dan laut.
Suasana malam terasa indah. Hiruk pikuknya kota dan padat serta sibuknya pekerjaan serasa terlupakan. Api unggun di bawah cahaya bulan bulat penuh diiringi suara deburan ombak menambah suasana semakin indah. Ibu-ibu dibantu oleh bapak-bapak sibuk menyiapkan makan malam, sementara anak-anak bergerombol bermain bersama kelompoknya masing-masing. Kurang lebih jam 23: 40 aku yang sudah tak kuasa menahan kantuk pun berangkat tidur. Tiga cangkir kopi yang kuminum tak kuasa menahan kantukku. Selain hawa dingin yang sudah mulai menyeruak, rasa lelah karena perjalanan pun mungkin menjadi salah satu faktornya.
Kembali Ke Rutinitas
Pagi yang cerah, sisa hawa dingin semalam masih terasa meskipun sinar matahari mulai memancarkan panasnya. Sebagian anak-anak bermain pasir di tepi pantai sementara para ibu sibuk menyiapkan sarapan. Beberapa fotografer sibuk mengabadikan suasana pagi dan beberapa lainnya ngobrol sambil menikmati nikmatnya secangkir kopi panas. Aku sudah mulai nyicil untuk berkemas-kemas, beberapa barang yang bisa aku angkut ke mobil mulai aku masukkan dan rapikan.
Pukul 10:50 kami bergegas untuk pulang, setelah semua barang kami periksa untuk meyakinkan tidak ada yang tertingal. Dalam perjalanan pulang, kami menyempatkan diri untuk mampir ke Pasar Jum'at untuk membeli oleh-oleh. Ibu-ibu langsung turun dan sibuk menawar beberapa karpet buatan Iran yang kebetulan tokonya tepat di depan mobil yang kami parkir. Setelah semuanya beres, lalu kami pun tancap gas menuju jalur pulang. Ada satu kejadian lucu dalam perjalanan pulang ini; kami yang saat itu tinggal berempat memacu kendaraan kami masing-masing mencapai batas kecepatan maksimum yang diijinkan. Aku yang sedari awal mengikuti kendaraan yang ada di depanku, tiba-tiba merasa curiga karena kendaraan itu tidak menuju ke jalan pulang tapi ke arah lain. Setelah aku hubungi pengemudinya, ternyata ia dan keluarganya hendak mampir ke Dubai. Wah karena tahu sudah salah jalur, aku langsung balik arah dan ambil jalur untuk pulang. “Ternyata komunikasi sangat penting”, gumamku seraya sedikit menggerutu kenapa aku tidak percaya dengan kata hatiku untuk mengambil jalan yang aku yakini benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H