“Aduh, tolong jangan hari ini ya Pak, saya mohon, ini baru saja datang mau berdagang.” ujar Kang Sa’i pedagang siomay itu merujuk pada puluhan petugas Satpam baru yang menghampirinya pagi itu.
***
Awal Januari 2010 sekitar pukul Setengah delapan pagi. Suasana kampus pagi itu cukup sepi, tak heran karena masih dalam masa libur semester. Tetapi aku memang tak pernah memikirkannya, libur atau tidak sama saja bagiku, setiap harinya aku akan terus beraktifitas ditengah-tengah kampus negeri favorit di Provinsi ini.
Bahkan tak terfikirkan olehku sejak kapan aku mulai ada disini, yang jelas aku sangat dan harus menikmatinya.
“Huh, kenapa pagi ini hawanya panas ya, padahal baru jam setengah delapan pagi” Ujarku dalam hati sambil memulai aktifitas pagiku di Kampus ini.
Seperti biasanya, Kang Sa’i datang paling awal, menempatkan gerobak siomaynya di dekat bangku taman nomor dua sebelah kanan dan langsung menyapu sekitaran lahan berdagangnya tanpa menyapaku. Akupun lebih memilih diam dan hanya mengamatinya sambil tersenyum kecil.
”Wah, banyak betul daun kering hari ini, huh.” keluh Kang Sa’i yang masih sibuk menyapu.
”Udah jam sembilan a’? ” Tanyanya dengan dialek kental khas Sunda pada pedagang kaki lima lain yang juga mengais receh ditempat ini.
”Ia, udah, kenapa emangnya ? janjian ya? Hehe.” Jawab pedagang itu sekenanya.
Namanya Sodri, Ia biasa disapa kyay oleh mahasiswa pelanggannya. Kyay Sodri bersama istrinya hanya punya gerobak kecil dan berdagang rokok, minuman serta snack, sudah 13 tahun ia berdagang di sini.
Tempat ini memang kerap disebut jantung kampus ini, bahkan kampus ini sering di identikkan dengan keberadaan tempat ini, ya, entah sudah berapa lama. Dan aku merasa nyaman dengan citra itu, karena tempat ini dan aku adalah hal yang tak terpisahkan samasekali.