Mohon tunggu...
saddam husain
saddam husain Mohon Tunggu... lainnya -

sedang menuntut ilmu disebuah pesantren dijawa tengah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

15 Tahun Berjuang

19 Mei 2013   19:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:20 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

seharusnya aku tak disini, atau mungkin tak seharusnya sesunyi ini, seharusnya aku mampu menepi dari keheningan ini, ya, tak seharusnya aku kalah pada detik pertama atau seterusnya, karena ini bukan permainan, aku hanya bocah ingusan tak mampu perang atau pun hanya sekedar mengayunkan pedang yang sedang numpang diistana raja, apapun aku, sebagai pengabdi aku harus ikut tanpa ada sedikit pun tanda tanya, namun, ini begitu sepi, tak seharusnya aku berada disebidang tanah dengan dikelilingi benteng-bengteng megah dan congkang,
aku harus keluar dan menemui putri dari negeri yahudi yang setiap pagi mengirim sebuah harapan kepada ku, namun 32tahun aku tak pernah selangkah pun pergi dari istana ini, setiap ku tengok dari balik benteng besar itu yang terlihat hanya hamparan air yang begitu biru dan 'wagu',
(Itu 15tahun lalu sebelum aku pergi dari istana melangsungkan perubahan dalam hidup ku)
Kini aku duduk disini, ditepian kali, sulit ku pahami tentang apa itu kebahagiaan, 15tahun sudah aku lepas dari istana, dan kini aku teruss berjuang melawan apapun yang menghadang namun tak ku temui juga putri dari negeri yahudi itu, aku perang melawan kelaparan, aku perang melawan badai, aku perang melawan dingin angin malam, 15tahun aku berjuang namun hanya kebebasan yang ku dapatkan, tak ada sedikit pun kebahagiaan, namun aku yakin Tuhan tak tinggal diam, aku yakin Tuhan kan memahami, dan suatu saat kan mempertemukan aku dengan putri dari negeri yahudi itu dan memberiku sebuah kebahagiaan, dan mungkin jika aku terus bertahan didalam istana, hanya ada kebodohan, hanya ada kenikmatan tanpa mengetahui kerasnya perjuangan, meski aku rindu pada kerajaan dan raja, aku tak akan pernah berbalik badan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun