Mohon tunggu...
Sadam Alhaadi
Sadam Alhaadi Mohon Tunggu... Administrasi - s

Mahasiswa penerima Beasiswa KIP di Institut Pariwisata Trisakti

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nomadic Tourism

20 Januari 2024   01:50 Diperbarui: 20 Januari 2024   02:19 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

NOMADIC TOURISM

Seiring berjalannya waktu trend-trend baru terus bermunculan hal sendana juga berdampak dengan aktivitas pariwisata sekarang kita mengenal dengan istilah nomadic tourism. Nomadic tourism pada awalnya diperkenalkan oleh para petualang Mongolia yang melakukan perjalanan yang berpindah-pindah. Contoh paket yang ditawarkan yaitu perjalanan berpindah-pindah.

Nomadic tourism adalah setiap kegiatan, bisnis yang menghubungkan gaya hidup nomaden (berpindah-pindah), menikmati produk destinasi, mendapatkan layanan dan pengalaman berwisata nomad (berpindah-pindah). Tidak semua wisatawan dapat melakukan Nomadic tourism ini karena dari aktivitas yang dilakukan mengharuskan kita berpindah-pindah dalam jangka waktu yang relative singkat maka nomadic tourism ini diperuntukan untuk wisatawan dari usia antara 35-55 tahun, pendidikan setara SMA sampai kuliah memiliki pendapatan menengah dan tidak memiliki anak dibawah 12 tahun (UNWTO, 2016).

Nomadic tourism adalah gaya pariwisata baru, dimana wisatawan dapat menetap dalam kurun waktu tertentu disuatu destinasi wisata dengan amenitas yang mudah dipindahkan (portable) dan dapat berpindah-pindah (Kemenpar, 2018). Dapat disimpulkan bahwa Nomadic tourism iyalah gaya pariwisata yang berpindah-pindah dilakukan oleh wisatawan berusia 17 – 55 tahun dan mengandalkan digitalisasi

Nomadic tourism sendiri sudah dikenal dan mulai diterapkan di Indonesia melalui Kementrian Pariwisata tahun 2018 telah merencanangkan program digitalisasi destinasi dan wisata nomad sebagai upaya cepat untuk mendatangkan wisatawan. Di Indonesia sendiri membagi Nomadic tourism menjadi 3.

Glampacker, atau disebut sebagai wisatawan dengan kategori ‘millennial nomad’. wisatawan ini memanfaatkan digitalisasi dan mendokumentasikan setiap perjalannannya lalu di share melalui social media. Untuk itu tipe ini melihat destinasi dari segi isntagrammable. Wisatawan ini diprediksi memiliki 27 juta orang dan tertarik dengan backpacking, camping dan nomadic tourism.

Luxpacker atau juga disebut “luxurious nomad” wisatawan ini mengunjungi berbagai tempat untuk meninggalkan tempat asalnya wisatawan ini melakukan perjalanan bergantung menggunakan media online seperti agoda, traveloka, dll. Terdapat 7,7 juta wisatawan dengan kategori luxpacker ini,

Flashpacker, jenis wisatawan ini menetap dalam waktu tertentu sambil bekerja. Terdapat 5 juta wisatawan dengan kategori flashpacker yang memiliki afinitas terhadap Indonesia dan tertarik dengan dunia digital nomad. teruntuk flashpacker ini paling banyak terdapat daerah Canggu di kecamatan Kuta Utara kabupaten Badung – Bali. Karena menyuguhkan ketenangan dan kenyamanan bagi para flashpacker ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun