Mohon tunggu...
Sadam Syarif
Sadam Syarif Mohon Tunggu... Administrasi - Aktivis jalanan

Suka ngopi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Puan Ada di Mana-mana, Ada Apa?

3 Agustus 2021   06:05 Diperbarui: 3 Agustus 2021   07:37 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: twitter Ganjar @ganjarpranowo 

Sehingga Mencuri perhatian publik dengan bersedia menjadi puteri iklan politik oleh PDIP menjadi sangat direkomendasikan. Meskipun keberadaan masker yang menghalangi senyum manis Bu Puan akan sedikit mempengaruhi penilaian dan penerimaan publik dalam menilai prestasinya selama ini. Tentu akan sangat membingungkan publik.

Namun bagi Publik yang konsen dengan isu parlemen dan perkembangan politik tanah air sejak 2019, nama Puan tentu sangat mudah untuk diidentikkan dengan pengesahan Undang-undang omni bus law cipta kerja yang sangat ditentang oleh hampir semua elemen bangsa. 

Atau tentang peristiwa tidak berfungsinya mikropon anggota DPR fraksi Demokrat saat Paripurna, karena microphon nya dikendalikan oleh ketua DPR sebagai pemimpin sidang. Demikian juga dengan UU kontraversial lainnya yang disahkan secara ugal-ugalan oleh DPR di era Puan.

Secara trah Politik, Puan adalah istimewa. Nama besar Presiden pertama Ir. Soekarno merupakan warisan politik yang bisa menjadikan Puan setidaknya akan seberuntung Ibundanya Megawati soekarnoputri. Di banyak negara, kepemimpinan Perempuan seringkali diperoleh dengan mengembalikan ingatan publik terhadap jasa besar Ayah dan atau anggota dinasti politik lainnya. 

Benazir Bhuto, perdana menteri Perampuan pertama di republik Islam Pakistan merupakan  putri dari mantan presiden dan perdana menteri Pakistan Zulfikar Ali Bhutto. Juga di negeri tetangga, Thailand. Pernah terpilih perdana menteri perampuan pertama di negerinya Ong Bek itu, yaitu Yingluck Shinawarta yang merupakan adik dari mantan PM Thaksin Shinawatra.

Namun, apakah Puan akan seberuntung Megawati yang bahkan merebut kursi kepresidenan melalui aksi pemakzulan mantan presiden Abdurahman Wahid (Gusdur). Dan dalam pemilihan umum langsung dua kali berturut-turut Mega selalu gagal mengalahkan Jenderal SBY yang kharismatik. 

Dengan kata lain, Nama besar Soekarno sudah tidak mampu lagi menopang ketokohan Politik anak kandungnya, di tengah budaya politik yang cukup patrilinear. Namun, Peluang politik perampuan untuk bertengger di posisi puncak kepemimpinan nasional mungkin telah berubah ke titik yang lebih seimbang di era 4.0 ini. Mengingat secara keterwakilan politik kelompok perampuan di DPR yang proporsional, cukup menjadi modal politik bagi Puan.

Adapun masalahnya adalah performa politik Puan Di senayan tidak sehebat nama besar Ibu dan kakeknya. Puan selama ini tidak lebih hanya berperan menjadi wakil eksekutif dalam mengetuk palu sidang dan hanya menjadikan lembaga DPR RI sebagai stempel kebijakan presiden.  

Beban Politik itulah yang akan menjadi batu sandungan bagi brand image Puan. Sulit rasanya melupakan tindakan Puan yang membatasi kesempatan bicara dari para anggota DPR lainnya saat paripurna. Kehadiran ribuan baliho Puan nak Covid 19 varian delta. 

Sangat masif dan cepat menular ke daerah-daerah, bersamaan dengan anomali sikap kritisnya terhadap pemerintah yang gagap mengendalikan epidemi Covid-19. Ada apa ya? Padahal 2024 masih jauh. Hati-hati pak Jokowi..!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun