Mohon tunggu...
Sadam Nurjaeni
Sadam Nurjaeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi menonton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kekerasan Seksual di Kampus Dipicu oleh Perilaku Berpacaran Mahasiswa

17 Desember 2022   14:36 Diperbarui: 17 Desember 2022   14:48 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[15] namun di Indonesia sendiri berhubungan intim sebelum menikah merupakan penyimpangan karena tidak sesuai dengan norma hukum dan agama yang ada, jika hal tersebut terjadi pihak perempuan yang paling dirugikan mental dan fisiknya.

 2.3 Kekerasan Seksual Karena Perilaku Pacaran

 Pacaran juga termasuk dalam bentuk hubungan sosial, dan tidak dipungkiri terjadi kekerasan dalam berpacaran, hal tersebut merupakan hasil dari konflik yang terjadi dalam proses hubungan sosial dalam berpacaran itu sendiri. Kekerasan dalam hubungan pacaran ini sering sekali terjadi di Indonesia.

 Salah satunya kasus yang menimpa mahasiswi yang di perkosa pacarnya di hotel di kawasan Surabaya Utara, yang berdalih untuk menyelesaikan permasalahan namun korban disetubuhi hingga dua kali, dan selain mendapatkan kekerasan seksual korban mendapatka kekerasan fisik karena dipukuli pelaku di kamar mandi hingga lemas, dan kemudian berujung melampiaskan hawa nafsu pelaku.[16] Kejadian tersebut merupakan salah satu contoh dari banyaknya kasus kekerasan seksual yang ada di Indonesia. Perilaku menyimpang remaja ini dapat bereaksi ketegangan sosial yang menimbulkan konflik normative.[17]

 Struktur gender yang timpang juga menempatkan laki-laki pada posisi rentan, jika tidak dikendalikan dengan terarah keadaan ini dapat menyebabkan laki-laki melakukan kekerasan seksual.[18] Dengan begitu tidak juga menutup fakta bahwasanya terdapat juga case laki-laki dapat mengalami kekerasan oleh perempuan. Namun, kekerasan yang terjadi dalam hubungan biasanya diakibatkan oleh budaya patriarki yang sudah melekat dan menjadi budaya di Indonesia. 

 Kekerasan adalah perbuatan yang tidak menyenangkan yang dapat dialami oleh salah satu pihak baik secara fisik maupun mental atau psikis.[19] Kekerasan dapat terjadi pada siapapun, dapat mengalami di dalam keluarga maupun di lingkungan luar. Seperti pada kasus tersebut laki-laki yang merasa mempunyai kedudukan yang lebih tinggi mengendalikan pacarnya untuk melakukan permasalahan yang dialami, ia menyuruh pacarnya untuk datang ke sebuah hotel karena menganggap dirinya mempunyai power akan hal itu dalam mengatur kekasihnya, namun bukan penyelesaian persoalan yang didapat mahasiswi tersebut malah mendapatkan perlakuan kekerasan seksual dari sang pelaku (kekasihnya).

 Kekerasan dalam berpacaran sendiri bermacam-macam bentuknya dapat berupa kekerasan verbal, dimana di dalam hubugan pacaran salah satunya sering berkata-kata kasar kepada kekasihnya, atau dapat berupa hinaan yang merendahkan pasangannya yang dapat membuat korban merasa sakit hati dan merasa terancam, kemudian dapat ditemukan juga kekerasan fisik, berupa tindakan kekerasan yang menimbulkan bekas luka atau rasa sakit pada fisik sang korban, biasanya sang pelaku selalu bermain tangan kepada korban jika terdapat masalah pada hubungan yang umumnya adalah rasa cemburu, kemudian kekerasan seksual, sang pelaku melakukan tindakan mengarah kepada sex seperti memaksa korban untuk bersetubuh, menggesekkan kelamin, mengirim foto/video bugil. Kekerasan tersebut jika terus menerus dilakukan dalam gaya berpacaran sering disebut juga sebagai toxic relationship yang merupakan gambaran dimana dalam sebuah hubungan terdapat salah satu pihak yang selalu dirugikan.[20]

 Ada  beberapa yang melatarbelakangi toxic relationship, berada dalam pergaulan yang salah, tidak adanya rasa kepercayaan diri,dibutakan oleh cinta dan kasih sayang.[21] Pergaulan remaja sangat mempengaruhi pikiran, tindakan, kebiasaan individu itu sendiri, pertemanan juga salah satu dari tempat bersosialisasi dan berbagi informasi, jika memilih pertemanan yang salah tidak sesuai dengan apa yang di inginkan, maka pergaulan itu sendiri akan menjadi toxic relationship sama halnya dengan berpacaran, jika individu dalam hubungan pacaran sudah dibutakan oleh rasa kasih sayang maka tindakan kekerasan apapun yang dilakukan pasangan akan dinilai tidak akan menjadi masalah, dan menganggap itu bagian dari rasa kasih sayang sang pelaku itu sendiri.

 Teori Mead memusatkan pada symbol atau makna didalam interaksi sosial manusia, bagiamana manusia menciptakan arti dari symbol yang ada di lingkunganya.[22] Dalam perilaku hubungan toxic biasanya setelah melakukan kekerasan seperti verbal, fisik, ataupun seksual pelaku akan membelikan hadiah kepada kekasihnya, seperti makanan ataupun barang dan sang korban akan terus kembali memaafkan pacarnya karena menganggap hal yang dia lakukan bentuk dari kasih sayang dan secara tidak langsung terus menerus terperangkap dalam zona toxic itu sendiri.

 BAB 3. Kesimpulan

Mahasiswa merupakan remaja insan generasi penerus bangsa yang seharusnya menggali sebanyak-banyaknya ilmu dan pengalaman di dalam dunia kampus, namun terdapat banyak sekali kasus kekerasan seksual yang mirisnya terjadi di dalam lingkungan kampus, mahasiswa dilecehkan, dosen melecehkan mahasiswa ataupun sebaliknya. Pertemanan juga memiliki pengaruh penting dalam bagaimana perilaku remaja terbentuk, lingkungan yang tidak baik toxic akan berdampak pada perilaku menyimpang remaja, salah satunya berpacaran, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun