Mohon tunggu...
Sadam Nurjaeni
Sadam Nurjaeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi menonton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kekerasan Seksual di Kampus Dipicu oleh Perilaku Berpacaran Mahasiswa

17 Desember 2022   14:36 Diperbarui: 17 Desember 2022   14:48 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 2.1 Fenomena Pacaran Mahasiswa

 Pacaran telah menjadi hal wajar terjadi dewasa ini oleh anak muda di Indonesia, ketertarikan yang umumnya kepada lawan jenis membuat keterikatan sebelum menikah (pranikah). Proses pacaran biasanya dikarenakan sudah munculnya ketertarikan seksual ataupun keinginan memiliki satu sama lain.

 Menurut Hurlock remaja adalah tahap berkembangnya antara fase kanak-kanak ke dewasa 12-21 tahun. Masa remaja termasuk fase mula antara usia 12 dan 15 tahun tahun, pertengahan remaja 15 hingga 18 tahun dan Remaja akhir 18 hingga 21 tahun.[6] Di masa ini individu sedang masa peralihan dari anak yang bekum mengerti banyak hal menuju masa dewasa yang banyak ingin tahu banyak hal karenanya mencari jati diri, begitupun dengan pacaran yang sering ditemukan di dalam kampus. 

Mereka yang termasuk dalam kategori remaja ialah mereka yang memiliki usia diantara 12-25 tahun.[7] Keingintahuan yang besar, perasaan ingin di akui dalam masyarakat menunjukan sikap yang cenderung ikut-ikutan, remaja sangat rentan dengan perilaku menyimpang seperti merokok, mencuri, tawuran, bullying, juga termasuk pacaran itu sendiri, selain sudah munculnya rasa ketertarikan seksual, pengaruh teman sebaya juga mempengaruhi maraknya remaja berpacaran agar tidak dianggap "kolot" dan selalu mengikuti perubahan atau justru yang tidak berpacaran akan dianggap individu yang aneh karena tidak menunjukan keterterikan seksual di usia balighnya. 

 Dalam proses sosial berpacaran didalamnya terdapat. Pertama, ketertarikan antar individu, strategi dalam komunikasi (interaksi) yang di mana "dramaturgi" juga ikut andil di dalamnya.[8] Dramaturgi merupakan teori dari Goffman yang menggunakan metafora kehidupan sosial sebagai gambaran dari sebuah drama, karyanya terkenal disebut Dramaturgi, yang menganalisis cara individu menampilkan karakter yang berbeda di dalam kehidupan sehari-hari, yang terdiri dari panggung depan sebagai tempat penampilan karakter , dan panggung belakang tempat para actor bersantai diluar peran, tempat berlatihnya actor dan beristirahat sebelum kembali ke panggung depan.

[9] Dalam proses ini keduanya dalam berkomunikasi pasti ingin melihatkan versi terbaik dalam dirinya, bagaimana dia berprilaku, meununjukan rasa simpati dan kasih sayang, semuanya dikemas bagaikan individu yang sedang melakukan drama diatas panggung depan. 

Kemudian yang kedua, motivasi pribadi untuk menjalin hubungan pacaran, motivasi individu ini dapat ditelusuri lebih lanjut melalui konsep akal, yang terdiri dari; rasionalitas formal, instrumental, nilai atau afektif; ketiga, persetujuan atau kesepakatan ketika dua orang lawan jenis membuat janji dalam suatu hubungan, keempat, bagaimana dua orang berkomitmen untuk menjalin hubungan pacaran.[10] Menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia pada tahun 2017 saja mencatat bahwa 80 persen lebih remaja telah berpacaran.[11] Oleh karena itu, potensi kekerasan seksual oleh perilaku berpacaran pada remaja meningkat pula selaras dengan pertumbuhan budaya berpacaran pada remaja itu sendiri.

 2.2 Gaya Berpacaran Remaja 

 Gaya berpacaran biasanya berpola sama, perbedaan gaya berpacaran mungkin saja terjadi karena faktor eksternal seperti tradisi ataupun pengaruh lingkungan. Tujuan pacaran pada dasarnya adalah untuk berkencan satu sama lain untuk mengetahui, membangun, mendukung, mencintai dan peduli satu sama lain, melindungi dan menghormati satu sama lain.[12] Remaja biasanya melakukan keintiman hubungan untuk menunjukan rasa kasih sayang dalam hubungan, namun juga dapat terjadi bahwa dalam hubungan berpacaran akan terdapat dominasi oleh salah satu pihak untuk memimpin, memilih, menentukan apa yang dilakukan dalam berpacaran. Di era sekarang juga remaja membagi kategori diri dalam mengekspresikan cinta dan kasih sayangnya atau disebut juga love language.

 Salah satu pemikiran Pierre Bourdieu ialah sistem skema reproduksi yang diperoleh yang disesuaikan secara objektif dengan memulihkan kondisi spesifik di mana mereka dibentuk.[13] Habitus atau gaya hidup yang sudah ada dan bertahan lama dan melekat dalam masyarakat. 

Habitus sendiri memilki pemaknaan berbeda yang mewakili gaya hidup, kelas sosial, menjadi struktur internal yang menyediakan pilihan tindakan.[14] Di Indonesia sendiri kedudukan laki-laki cenderung lebih mendominasi dibandingkan perempuan, dalam berpacaran kedudukan laki-laki menjadi dominan pula seperti dalam struktur keluarga yang sudah menjadi bentuk tindakan yang ada sejak lama di masyarakat, laki-laki dalam berpacaran dan mengekspresikan cintanya biasanya dengan melakukan pendekatan perasaan, emosional dan fisik, seperti memberi hadiah untuk pasangan, saling percaya hingga berpegangan tangan ataupun hubungan fisik seperti ciuman, dan hubungan intim. Hal ini terjadi menurut teori Blumer, yang merupakan hasil dari proses interaksi individu, menunjukan rasa saling pengertian dan interpretasi makna tindakan pihak lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun