Sokrates lahir sekitar 467/470 SM ia adalah salah satu filsuf terbesar dari Yunani kuno dan pendiri tradisi filasat Barat. Ia lahir di Athena , Yunani dan dikenal sebagai seorang pemikir yang fokus pada etika, kebajikan dan pertanyaan mendalam tentang kehidupan. Meski ia tidak pernah menulis karya apapun, ajarannya sangat memengaruhi generasi berikutnya melalui murid-muridnya , terutama Plato.
Latar belakang Kehidupan
Sokrates adalah putra dari ayahnya bernama Sophronicus, seorang pemahat atau tukang batu, dan ibunya Phaenrete, seorang bidan. Ia tumbuh dalam lingkungan yang sederhana dan awalnya bekerja sebagai pemahat seperti ayahnya. Tidak banyak yang diketahui tentang kehidupan pribadinya, tetapi ia menikah dengan Xanthipe dan memiliki tiga anak.
Metode dan Ajaran
Sokrates terkenal dengan metode pengajaran yang dikenal sebagai Metode Sokartes atau dialektika , yaitu pendekatan berbasis tanya-jawab untuk membantu orang memahami kebenaran dan menyadari kebodohan mereka. Ia percaya bahwa kebijaksanaan dimulai dari pengakuan akan ketidaktahuan.
Apa sebenarnya diajarkan oleh Sokrates dalam kuliah-kuliahnya ?
Salah satu ungkapannya yang paling banyak diingat orang adalah "hidup yang tak teruji tidak layak dijalani".
Pandangan seperti itu jelas mewakili sikap seorang intelektual yang benar-benar mandiri. Masyarakat negara kota Yunani kuno barangkali merupakan masyarakat pertama yang mengahsilkan kelas menengah intelektual yang memiliki kemerdekaan dan waktu senggang. Sokrates yakin pendirian seseorang terletak pada jiwanya. Para filosof yang mendahuluinya telah mengatakan bahwa ruh merupakan "nafas ketika tubuh aktif dan berjaga ketika tubuh tertidur" semacam bahwa sadar yang abadi, tapi tidak persis sama dengan doktrin yang dianut oleh para pengikut Carl Gustav Jung .
Bagi Sokrates , jiwa lebih menyerupai kepribadian sadar, suatu entitas yang bisa dinilai sebagai pintar atau bodoh , baik atau buruk yang secara moral menjadi beban tanggung jawab kita. Sokrates yakin, seharusnya kita mencoba menjadikan jiwa kita sebaik mungkin menyerupai Tuhan untuk menggapai kebahagiaan.
Menurut Sokrates , keberhasilan seseorang untuk menggapai kebahagiaan tergantung pada kondisi jiwa masing-masing. Hanya jiwa yang baiklah yang mampu meraih kebahagiaan. Orang menjadi tidak baik karena tertarik pada hal-hal yang keliatannya baik, padahal sebenarnya sama sekali tidak baik.