Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Zona Waktu dan Kedudukan Shalat Fardhu

1 Oktober 2010   02:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:49 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hakikat penciptaan manusia dan jin adalah menjadi abid (hamba) Rabb dengan tugas utama menyembah alias beribadah pada Sang Khalik. Seputar ibadah ini, Ibnu Mas'ud r.a. pernah menanyakan pada Rasul Saw," Aku bertanya pada Nabi Saw,'Amal apakah yang paling disukai Allah?' Nabi menjawab,'Shalat di awal waktunya.'..." (HR Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi).

Penetapan waktu Zuhur, Ashar, Magrib, Isya, dan Subuh diwahyukan oleh Allah Swt selama dua hari berturut-turut setelah Nabi Saw melakukan Mi'raj (perjalanan malam hari dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha' di langit untuk menerima perintah shalat fardhu). Pewahyuan waktu shalat fardhu diabadikan dalam hadis berikut ini :

‘Jibril mengimami aku shalat dekat Ka'bah dua kali pertemuan. Dia melaksanakan shalat Zuhur denganku sewaktu matahari mulai condong ke Barat, sedangkan matahari bagai tali sepatu di atas punggung kaki. Jibril melaksanakan shalat Ashar bersamaku sewaktu baying-bayang sesuatu menjadi sama dengan bendanya. Jibril melaksanakan shalat Magrib bersamaku sewaktu orang puasa berbuka. Jibril melaksanakan shalat Isya bersamaku sewaktu mega merah (lembayung senja) hilang. Dan jibril melaksanakan shalat Subuh bersamaku sewaktu orang berpuasa diharamkan makan dan minum.

Kemudian keesokan harinya, Jibril melaksanakan Zuhur bersamaku sewaktu baying-bayang sesuatu sama dengan bendanya; Jibril melaksanakan Ashar sewaktu baying-bayang sesuatu menjadi dua kali (ukuran) bendanya; Jibril melaksanakan Magrib bersamaku sewaktu orang puasa berbuka; Jibril melaksanakan Isya sampai pada sepertiga malam; dan Jibril melaksanakan shalat Subuh waktu cahaya pagi mulai muncul (remang-remang).

Kemudian Jibril menoleh kepadaku dan berkata,"Hai Muhammad, inilah waktu para Nabi sebelum kamu. Waktu shalat adalah di antara kedua waktu ini." ‘(HR Abu Daud dan Tirmidzi dari Ibnu Abbas r.a.).

Berdasarkan hadis di atas dapat disimpulkan bahwa pada hari pertama, Jibril memberitahukan batas awal waktu shalat didirikan dan pada hari berikutnya, dia mewahyukan batas akhir waktu shalat. Interval waktu pelaksanaan shalat fardhu yang menenuhi ketentuan syarat sahnya shalat adalah di antara kedua batas tersebut.

Shalat fardhu sebagai ibadah yang paling dicintai oleh Allah Swt telah menempati berbagai posisi penting dalam kehidupan manusia, bukan hanya sebatas kehidupan dunia namun juga sampai ke teritori akhirat tempat seseorang akan bermukim setelah fase terpisahnya nyawa dari raga.

Abullaits Assamarqandi dalam kitab Tanbihul Ghafilin I meriwayatkan sebuah hadis dari Ja'far bin Muhammad yang sanadnya tersambung pada Ali Zaenal Abidin r.a. bahwa mengenai kedudukan shalat fardhu ini, Rasul Saw bersabda :

‘Shalat itu sebagai bentuk keridhaan pada Tuhan, kecintaan bagi malaikat, sunnah para Nabi, cahaya makrifat, pokok iman, terkabulnya doa, diterimanya amal, berkah dalam rezeki, rehat bagi jasmani, senjata melawan musuh, bentuk kebencian terhadap setan, pemberi syafa'at saat berhadapan dengan malaikat maut, hamparan di bawah pinggang (saat di alam barzakh -pen.), jawaban bagi Munkar dan Nakir, teman dalam kubur sampai hari Kiamat hingga bila tiba saat itu, maka shalat pun menjadi naungan dan mahkota di atas kepala, pakaian di badan, cahaya yang menerangi arah di depan, menutupi dari api neraka, hujjah bagi para mukminin di hadapan Allah Swt, memberatkan timbangan amal, memudahkan berjalan (melintasi) di atas shirath, dan pembuka surga sebab shalat berupa tasbih, tahmid pujian dan pengagungan Allah disertai bacaan dan doa, dan sebagai amal yang utama ialah shalat tepat pada waktunya.'

Jadi berhentilah menganggap shalat fardhu sebagai ritual beberapa menit sekedar menggugurkan kewajiban karena ternyata kedudukannya teramat sangat penting dan menentukan masa depan. Mari meneladani doa ayahanda Ibrahim a.s. yang mulia :

‘Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, berilah ampunan aku dan kedua orangtuaku dan sekalian orang-orang beriman pada hari dilakukannya perhitungan (hari Kiamat).' (QS Ibrahim, 14:40-41).

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun