Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Totalitas Kapal Pinisi Edo Makarim

15 September 2016   07:40 Diperbarui: 15 September 2016   13:57 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edo dan 'Pinisi'nya (dok WS)

“Awalnya sih bukan dibuat untuk pameran ini tapi karena memang Edo suka dengan kapal pinisi …” Tutur Edwin ‘Credo’ Makarim (20), akrab dipanggil Edo, yang merupakan pelukis termuda di antara 117 pelukis yang karya-karya mereka ditampilkan dalam  Pameran Seni Rupa & Imaji Bahari Nautika Rasa yang berlangsung pada 13-25 September 2016 di Galeri Nasional Indonesia, Jl Merdeka Timur, Jakarta. Selain lukisan, pameran yang dibuka oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti  (13/9) itupun memajang patung dan foto bertema bahari.

Konstruksi kapal pinisi yang dilihatnya di Bulukumba, Makasar, saat melakukan karya wisata bersama teman-teman SMA-nya akhir tahun 2015 silam rupanya betul-betul memahatkan kesan mendalam di benak lelaki muda putra kedua pasangan Agus Basuki Yanuar – Revita Tantri itu untuk mengabadikannya di atas kanvas.  Dia bahkan lumayan intens berburu informasi di internet seputar seluk-beluk kapal layar sekunar tradisional yang legendaris tersebut.

“Dua tiang layar kapal melambangkan syahadat  dan tujuh layarnya melambangkan jumlah ayat dalam surat Al Fatihah.” Edo mengutip hasil perburuan datanya,”Proses pembuatannya juga melibatkan banyak ritual … “

Sketsa lukisan yang dinamai ‘Pinisi’ itu telah dirampungkan Edo sejak lama, namun proses pewarnaannya sendiri punya romantika lain,”Begitu Om Chandra bilang lukisan ini mau diikutkan dalam pameran bahari, baru deh Edo ngebut menyelesaikan pewarnaannya.” Papar Edo sembari tertawa dan berkisah betapa dia harus melakukan kerja maraton siang-malam sekitar setengah bulan sebelum lukisan acrylic di atas kanvas berukuran 200 x 300 cm itu siap dipajang sehari sebelum pameran dibuka.

Edo dan proses maratonnya (dok WS)
Edo dan proses maratonnya (dok WS)
Tentu saja menyelesaikan lukisan berukuran sedemikian besar mustahil sesederhana mewarnai sketsa siap-jadi di buku ketrampilan menggambar anak TK, butuh totalitas kerja yang melibatkan ketekunan serta pengalaman yang dilatari rasa suka mendalam sebagai sumber energi,”Tante tahu, nggak, buat mewarnai langit dan lautnya Edo pake roller  yang buat ngecat tembok ?” Ujar Edo saat kami berbincang di depan lukisannya yang digantung di salah satu dinding galeri,” Buat buih-buih lautnya, Edo pake cotton buds…” Dia menunjuk detil buih lautan yang memecah berpendaran di bawah kapal pinisinya. Selain kuas berbagai ukuran, Edo bahkan menggunakan jemari tangannya untuk memperkuat impresi di beberapa bagian kanvas.

Sebuah kapasitas berkarya yang teramat inspiratif dari sosok Edo yang paska kelahirannya mengalami masalah  dengan darah yang membuat perkembangan kemampuan motorik dan bicaranya terhambat hingga, sebagaimana ditulis oleh Agus sang ayah, 12 tahun pertama dalam kehidupannya harus dijalani dalam rangkaian terapi demi terapi. 

Saat Edo kecil belum lancar berbicara, ayahnya akan menggambar semacam komik tentang berbagai hal yang dijalani dalam keseharian mereka. Lalu  Agus akan menceritakan kisah dalam setiap gambar melalui sebuah percakapan sederhana antar mereka berdua. Setelah melewati rentang beberapa tahun, giliran Edo yang menggambar komik untuk bercerita pada ayah dan keluarganya. Dia akan memperlihatkan gambar karyanya yang direspon dengan upaya menterjemahkan maksud Edo dengan bahasa lisan. 

Begitulah, buku gambar dan  pensil warna menjadi alat komunikasi pertama Edo dengan lingkungan sosial terdekatnya. Saat menginjak usia lima tahun, Edo sudah mampu menceritakan makna gambarnya dan secara bertahap akhirnya dia bisa berbicara tanpa bantuan gambar.

Sekilas suasana pameran (dok WS)
Sekilas suasana pameran (dok WS)
Kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus menjadi penghubung Edo dengan dunia melukis dengan Alianto sebagai pembimbing pertamanya yang memperkenalkan padanya teknik dasar melukis oil on canvas,acrylic, dan proses mix-media.Kebersamaan Edo-Alianto akhirnya melahirkan Sanggar Lukis Rumah Belajar yang merupakan cikal-bakal lembaga pendidikan non formal Rumah Belajar Persada di kawasan Jatibening Baru, Bekasi, dan kini berkembang menjadi PKBM ‘Tamansari Persada’ yang bertanggungjawab atas edukasi di ‘Homeschooling Persada’, sebuah alternatif pendidikan  jenjang SD-SMA bagi anak-anak didik yang tidak cocok dengan agenda sekolah formal. Di luar kesibukannya melukis dan kuliah di Universitas Terbuka (Jakarta), Edo pun magang sebagai Asisten Guru di situ.

Sederet nama lain kemudian masuk dalam kiprah melukis Edo, misalnya saja Om Chandra alias pelukis Chandra Maulana pemilik ‘deDada Studio and Gallery’ dan  pelukis senior Hanafi Muhammad yang juga pemilik Studio Hanafi. Perkenalan dengan kedua pelukis tersebut telah memperkaya wawasan Edo yang awalnya sangat akrab dengan tema lukisan panorama air, kini sapuan kuasnya sudah merambah ke obyek-obyek yang lebih beragam bahkan masuk ke tema abstrak. Lelaki muda ini juga sangat senang bereksplorasi membuat lukisan dalam bentuk serial. Tema ‘kopi’ diolah Edo dari mulai biji sampai penyajiannya ke dalam mug dalam berbagai ukuran , perspektif, dan teknik pewarnaan. Tentu saja dia pun terbuka untuk tema-tema lepas yang menarik minatnya tanpa harus terikat pada pakem serialisasi itu.

Bersiap untuk serial 'petai' (dok WS)
Bersiap untuk serial 'petai' (dok WS)
Pameran di Galeri Nasional merupakan sebuah momen prestisius di kalangan para pelukis nasional, hanya karya-karya dengan kualifikasi tertentu yang bisadipamerkan di tempat itu, dan notabene merupakan prestasi tersendiri bagi pelukis sebelia Edo. Sebelum ‘Pinisi’, karya-karya Edo lainnya yang berukuran lebih kecil sudah tiga kali mengisi pameran-pameran  lukisan tematik yang diselenggarakan di beberapa hotel terkemuka.Perjalanan Edo dengan bahtera lukisannya masih terbentang nun jauh ke depan  dan dia sadar betul akan hal itu. Lantas apa target jangka pendeknya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun