Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tifatul, Zaenuddin, dan Hakekat Ujian

12 November 2010   05:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:41 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah masyarakat kebanyakan (ummat) di negeri ini mendapat ujian nasional dari Rabb berupa bencana alan yang merata dari Barat ke Timur dan para penguasa (umara’) dites dengan terangkatnya berbagai kebusukan moral ke permukaan, kini tiba giliran kelompok pewaris Nabi Saw (ulama) menerima berbagai cobaan untuk mengecek seberapa pekat kadar keimanan mereka terhadap Rabb dan aturanNya.

KH Zaenuddin MZ, sang Kyai Sejuta Umat, tiba-tiba mengundang keresahan masyarakat akibat beredarnya pemberitaan kasus asusila yang menyeret namanya dan Tifatul Sembiring yang selama ini dikenal konsisten tidak bersalaman dengan wanita non muhrim, karena suatu hal tidak bisa mengelak berjabatan tangan dengan first lady AS, Michelle Obama, yang baru saja menuntaskan lawatannya mendampingi sang suami di Indonesia.

KH Zaenuddin MZ memilih bungkam saat dikonfrontir awak media tentang kasusnya dan Tifatul Sembiring mencoba melakukan klarifikasi atas insiden jabat-tangan itu, namun hasil yang dituai oleh keduanya ternyata serupa : Menjadi bulan-bulanan media massa. KH Zaenuddin laku berat sebagai topik bahasan di berbagai acara infotainment, sementara Tifatul ‘sukses’ menjadi bahan olok-olok di berbagai surat kabar, siaran berita, bahkan acara komedi di negeri Paman Sam itu.

Apa yang kini tengah dialami oleh ummat, umara’, dan ulama Indonesia merupakan konsekuensi dari dua kalimat syahadat yang senantiasa mereka ucapkan minimal 9 kali sehari-semalam dalam rangkaian shalat fardhu yang didirikan. Hal ini secara tegas difirmankan oleh Rabb Azza wa Jalla,’Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan,’Kami telah beriman,’ sedang mereka tidak diuji lagi?Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS Al-Ankabut, 29:2-3).

Yang Maha Penyayang menghendaki hamba-hambaNya tumbuh menjadi sosok-sosok tangguh yang mampu survive dan istiqamah melewati berbagai tantangan yang digelarNya untuk ememastikan mereka senantiasa mampu naik ke level keimanan yang lebih tinggi. Ada pun bentuk ujian sebagaimana dipapar dalam QS Al-Anbiya, 21:35; bisa berupa kebaikan (kekayaan melimpah, karir cemerlang, pasangan keren, dan semacamnya) atau keburukan (penyakit, kebangkrutan, musibah, bencana alam).

Tentu saja tingkat kesulitan yang diterima setiap individu/kelompok bervariasi sesuai derajat keimanan yang dimiliki seperti termaktub dalam hadis berikut :

Manusia yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian orang yang lebih mendekati derajatnya kepada mereka berurutan secara bertingkat. Seseorang akan diuji menurut tingkat ketaatan pada agamanya. Jika sangat kuat agamanya, maka akan sangat kuat pula ujian kepadanya dan jika lemah dalam agamanya, maka ia diuji sesuai dengan kualitasnya. Bala dan ujian akan senantiasa ditimpakan kepada seorang hamba sampai ia dibiarkan berjalan di bumi tanpa dosa.’ (HR Tirmidzi).

Pada dasarnya Yang Maha Suci tengah menfasilitasi orang-orang beriman di negeri ini untuk ‘mandi besar’ melalui curahan berbagai bencana dalam skala personal maupun kelompok agar segala kebiadaban keji yang telah berkerak di hati nurani bangsa ini bisa segera dikorek lepas dan dibuang. Kita bisa mempercepat proses pencucian hadas dan najis batin ini dengan melakukan taubat yang sebenar-benarnya. Cara termudah adalah dengan disiplin mendawamkan istifghfar minimal 70 kali sehari yang, menurut riwayat Bukhari, diteladankan oleh Rasul Saw sepanjang hayat.

Dalam konteks bencana/musibah, membaca istighfar dengan setulus hati juga bisa menjadi solusi karena, dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, Rasul Saw bersabda,”Barang siapa selalu beristighfar kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan jalan keluar dari setiap kesempitan dan menjadikan jalan lapang dari setiap kesusahan serta Allah member rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.

Bagi kalangan yang di tengah deraan bencana nasional ini justru mendapat ujian berupa kebaikan hendaknya menyikapi hal tersebut dengan banyak bersedekah sebagaimana diriwayatkan oleh Anas bin Malik r.a. bahwa Rasul Saw bersabda,”Sesungguhnya sedekah meredam murka Allah dan mencegah mati dalam keadaan buruk (su’ul khatimah).

Mari kita terima semua bencana atau anugerah yang senantiasa dipergilirkan ini dengan lapang dada seraya berserah diri dan mengembalikannya secara pantas pada Rabb agar kita bisa lulus ke level keimanan yang jauh lebih baik dan lebih baik lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun