“Putri sudah punya keberanian dalam melukis, selanjutnya dia harus fokus belajar anatomi obyek-obyek yang dilukis .” Ujar Patra Suwanda Gunadarma, perupa sekaligus salah seorang event conceptor pameran ‘ARTefak Laut Kidul’ yang digelar di Bandung pada 16-25 Desember 2016 lalu, tentang lukisan ‘Bulan Purnama di Laut Selatan’ karya Putri Widiati Rivai (51) yang diikutsertakan dalam pameran tersebut.
Lajang penikmat kekayaan warna pepohonan di bawah langit cerah musim gugur itu berujar tentang persentuhannya dengan seni rupa yang bermula dari rasa sukanya pada pelajaran menggambar semasa masih menjadi siswa SMP,” Saya senang menggambar pemandangan dan wajah orang-orang, bahkan sempat kepikiran untuk kuliah di Fakultas Seni Rupa ITB tapi belakangan tidak cukup percaya diri untuk merealisasikannya.” Semasa SMP pula kedua orangtuanya, Abdul Rivai – Justina, mengajak Putri ke Paris dan mempertemukannya dengan koleksi lukisan-lukisan klasik di museum negeri Menara Eiffel itu.
Kegemaran jalan-jalan kerap mempertemukan Putri dengan panorama dan warna yang membuatnya jatuh hati,”Saya mengabadikannya dengan kamera, belum berani untuk mentransfernya menjadi sebuah lukisan.” Padahal temannya, Chandra Maulana, pelukis yang juga pemilik Studio deDada di kawasan Bintaro sudah mengajaknya melukis sejak tahun 2015,”Tapi saya belum mau.”
Adalah paket lukisan instan paint by numbers yang ditemukannya di sebuah toko buku sukses menumbuhkan benih keberanian Putri,”Saya beli paket cat acrylic plus kanvas yang sudah ada sketsa berterakan nomor-nomor cat yang harus dibubuhkan pada setiap bagiannya, jadi saya tinggal mewarnai sesuai panduan nomor tersebut seapik mungkin.” Tampilan hasil mewarnai yang indah membuatnya tergerak membeli buku-buku tentang pelajaran melukis dengan menggunakan cat acrylic dan belajar secara otodidak dengan kanvas-kanvas berukuran kecil.
Pada September 2016 Chandra mengajaknya melihat-lihat pameran ‘Imaji Bahari Nautika Rasa’ di Galeri Nasional, Jakarta, dimana para pelukis Studio deDada berpartisipasi di dalamnya,”Usai pameran, saya sempat hang out dengan mereka lalu diajak lagi untuk bergabung ke Studio deDada oleh Vitta.” Hari pertama muncul di studio, Chandra menyodorkan kanvas berukuran besar padanya,” Semula agak ragu karena saya belum pernah melukis di kanvas besar sebelumnya.” Namun dia berhasil mengatasi kebimbangan itu dan merasa senang dengan hasil lukisan yang memperbesar rasa percaya diri serta semangatnya untuk melukis itu.
Lalu datanglah ajakan temannya yang juga sesama pelukis, Yeni Fatmawati, untuk ikut berpameran di ajang ‘ARTefak Laut Kidu’l di Bandung. Kali ini Chandra memberinya kanvas yang lebih besar lagi untuk dilukis. Rangkaian foto-foto fenomena Supermoon yang terjadi pada November 2016 dan foto bulan berlayar nun jauh di atas permukaan laut yang bertebaran di internet menggerakkan Putri untuk memilih bulan purnama sebagai obyek lukisannya.
Tetap menggunakan cat acrylic, dia bereksperimen dengan teknik impasto (cat digoreskan tebal-tebal ke permukaan kanvas menggunakan pisau palet membentuk jalinan yang berkesan kasar dan ‘timbul’ pada lukisan,-pen.) warna merah untuk latar langit yang gelap. Sang Purnama diberinya aksen burnt sienna untuk menghadirkan kesan magis. Begitulah lukisan ‘Bulan Purnama di Laut Selatan’ berukuran 90 x 150 cm yang dikerjakan Putri selama dua minggu itu pun hadir menjadi debutnya melakukan pameran bersama.
“Melukis membuat saya jadi lebih kreatif memikirkan kemungkinan-kemungkinan baru dalam hidup.”Kata perempuan yang kini berkecimpung di bursa saham sebagai investor selain aktif sebagai freelance traineruntuk bidang pengembangan SDM ini di penghujung chatting wawancara via akun Facebook (1/1),” Juga secara kontinyu mendorong saya untuk memperluas kemampuan dalam mengapresiasi semua aspek kehidupan.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H