Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Padang Juga Punya Ayam Bakar Batok, Lho...

27 Januari 2014   20:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:24 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelezatan rendang memang sudah mendapat pengakuan internasional, namun Padang masih punya stok kuliner lain yang menantang untuk dicicip. Saya akan mengajak Anda ke kawasan ujung Jakarta Timur menjelang waktu makan siang dan singgah di Rumah Makan ‘Selamat’ yang terletak di jalan Raya Cilangkap nomor 1. Jangan terkecoh dengan kesederhanaan bangunan yang telah bertahan di kawasan itu selama hampir 20 tahun lamanya karena rasa makanannya dijamin bakal membuat semua pencicip ketagihan untuk balik dan balik lagi bersantap di sana.Pengunjungnya berasal dari berbagai kalangan dari mulai para sopir mobil angkot sampai dengan keluarga-keluarga bermobil mewah. Well,taste never lies ...rasa nggak pernah bohong, kan?

Sebagaimana rumah makan Padang lainnya, RM ‘Selamat’ juga menyadikan Sambal Ijo, aneka gulai dari mulai Gulai Ayam, Gulai Telur Bebek, Gulai Tunjang sampai Gulai Babat-Iso, lalu Rendang Daging plus Goreng Ayam/Ikan/Udang dan Dendeng Sapi/Paru. Lauk apapun pilihan Anda ditambah sejumput rebusan daun singkong yang empuk plus sebongkah nasi panas dan jus atau es teh manis vanila maka lengkaplah hidangan makan siang Anda. Harga per porsi yang dipatok relatif ekonomis hingga memungkinkan pengunjung untuk menambah pesanan tanpa kuatir jatuh bangkrut.

[caption id="attachment_318708" align="aligncenter" width="502" caption="Uni Hilda dan prosesi ayam bakarnya (dok WS)"][/caption] Di antara sederet hidangan yang menggugah selera itu, primadona dan ‘best seller’ di RM ‘Selamat’ adalah Ayam Bakar Batok. Bahan dasarnya daging ayam pejantan yang dijamin kehalalannya oleh empunya resto, yakni Uni Hilda (dia membeli ayam-ayam itu dalam kondisi hidup,menyaksikan proses penyembelihannya secara Islami). Lajang pecinta kucing ini juga merupakan penanggung jawab atas segala racikan bumbu yang digunakan dalam semua hidangan.

Setelah dicuci bersih, potongan-potongan daging ayam kemudian diungkep dalam bumbu-bumbu yang telah dilarutkan dalam santan kental. Dimasak sedemikian rupa hingga potongan daging cukup matang lalu diangkat. Sambil meniriskan daging, panggangan yang menggunakan bahan bakar batok alias tempurung kelapa pun disiapkan di pojokan dapur bergaya terbuka itu. Kenapa bukan arang kayu? Menurut Uni Hilda selain pertimbangan ekonomis (batok-batok itu kiriman gratis dari pedagang kelapa langganannya) juga karena ‘sesuatu’ dalam asap bakaran batok kelapa memberi nilai tambah pada kelezatan panggang ayamnya sekaligus membuatnya bisa bertahan disimpan dalam dua hari tanpa perubahan rasa yang berarti.

[caption id="attachment_318709" align="aligncenter" width="502" caption="Bayangkan kelezatannya .... (dok WS)"]

1390827698655219785
1390827698655219785
[/caption] Total kalori dalam sepotong paha ayam panggang ukuran sedang-besar berkisar antara 152-206 kal dengan 0% kandungan karbohidrat, cocok sekali untuk mereka yang sedang diet menurunkan berat badan dengan membatasi asupan nasi. Kadar proteinnya sekitar 42%, lemak 58% dari berat keseluruhan. Kolesterol dalam ayam panggang juga terbilang sangat rendah.

Ketika Uni Hilda menyuguhi saya Ayam Bakar Batok-nya, rasa gurih pedas yang pas menyatu dengan tekstur daging yang empuk namun masih ‘melawan’ saat digigit mirip daging ayam kampung, tulangnya renyah, dan aroma panggangan yang khas membuat kita semakin bernafsu menyantapnya dengan nasi panas yang pulen. Sambal Ijo plus daun singkong rebusnya yang empuk memberikan ‘rasa nendang’ tambahan. Dingin-manisnya teh beraroma vanila menyempurnakan ritual makan siang saya hari itu.

Saat hidangan licin tandas, yang tersisa adalah lamunan bersantap siang dengan menu sama dalam atmosfir berbeda di tempat asal leluhur Uni Hilda dengan iringan  melodi saluang di kota Padang nanti saat konvoi Daihatsu mengantar saya ke sana. Semoga...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun