Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menempa ‘Rescuer’, Menggembleng ‘Pandawa’

15 Desember 2011   10:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:14 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_156455" align="alignleft" width="300" caption="evaluasi pasca simulasi operasi SAR (doc WS)"][/caption] Tak jauh dari gapura bergaya khas ukiran Bali di Kantor Badan SAR Nasional (Basarnas) Denpasar, berdiri sebuah papan besi yang bertuliskan Janji Rescue. Ada lima poin di sana yang seharusnya dijadikan pedoman dalam menjalani tugas selalu seorang rescuer (penyelamat/penolong) dalam sebuah kondisi musibah kecelakaan maupun bencana alam. Pertama,bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, memelihara dan menjaga jagad alam semesta dengan sepenuh hati. Ketiga, menjunjung tinggi Kode Etik Rescue dan menjadi Tim yang solid di setiap medan tugas. Keempat, selalu siap siaga dan bertanggungjawab dalam keadaan darurat demi kemanusiaan. Dan kelima, rela berkorban demi nilai-nilai luhur kemanusiaan.

Jika poin pertama bersifat relasi vertikal antara individu dengan Sang Khalik, maka empat poin berikutnya padat [caption id="attachment_156458" align="alignright" width="300" caption="meski lelah luar biasa, shalat tetap dijaga (doc WS)"][/caption] dengan muatan hubungan antara individu dengan sesama manusia serta alam semesta yang menjadi habitatnya. Sekolah SAR Nasional Plus yang diselenggarakan oleh Yayasan Kapinis Indonesia bekerja sama dengan Kementrian Pemuda dan Olahraga bidang Peningkatan Kapasitas Pemuda pada 29 Nopember-12 Desember 2011 lalu di Bali merupakan sebuah ikhtiar untuk menanamkan empat poin terakhir dari Janji Rescuetersebut ke dalam diri para siswa yang berasal dari kalangan anggota Resimen Mahasiswa (Menwa), pecinta alam (PA), Unit SAR Kampus (USK), dan Unit SAR Basarnas setempat.

Ajang penggemblengan para relawan SAR dari unsur generasi muda itu dinilai sejalan dengan program Pandawa (Pemuda Andalan Warga) Indonesia milik Kemenpora yang memiliki misi untuk membekali para pemuda (pria/wanita) dengan berbagai pengetahuan/ketrampilan hingga mereka selalu berada dalam kondisi senantiasa siap untuk membantu warga di lingkungannya, di daerahnya, maupun di tempat lain bilamana diperlukan dalam bentuk aksi-aksi sosial, pembinaan ekonomi lingkungan maupun mental-spiritual. Materi yang diberikan dalam pelatihan Sekolah SAR Nasional Plus diharapkan dapat memberikan masukan berharga bagi para relawan SAR agar dapat meningkatkan kualitas kerja sosial mereka dalam upaya menyelamatkan maupun membantu para korban kecelakaan dan bencana alam.

[caption id="attachment_156459" align="alignleft" width="300" caption="Materi Heli-rescue dengan instruktur Simon Kandou (doc WS)"][/caption] Para instruktur senior yang dilibatkan dalam pelatihan ini berasal dari Basarnas dan Tim Kapinis Indonesia dengan kandungan pelajaran mengacu pada silabus pendidikan-latihan SAR dasar milik Basarnas yang meliputi Pengantar SAR Tingkat Dasar(bela negara, pengantar penyelenggaraan operasi SAR, pembinaan fisik, peraturan baris berbaris), Medical First Responder (pengantar MFR dan referensi, anatomi, pemindahan korban, penilaian korban, bantuan hidup dasar dan resuitasi jantung paru, pendarahan dan shock, cedera jaringan lunak, cedera alat gerak atas dan bawah; cedera kepala,leher, dada, dan spinal; luka bakar dan emergency lingkungan), High Angle Rescue Technique (safety kerja di lingkungan vertikal, pengenalan peralatan HART, tali temali dan simpul, anchoring-belaying, ascending-descending, manajemen tandu dan packing patient , lowering-lifting), Tehnik Pencarian di Darat (pemahaman peta dan kompas, P3M, tehnik pencarian ESAR, survival, pengantar komunikasi SAR), Tehnik Dasar Penyelamatan di Air / Water Rescue (pedoman keselamatan di air dan menghadapi kedaruratan, tehnik melempar ring buoy, tehnik renang gaya dada dan bebas, pengoperasian perahu karet dan motor tempel) dan Marshalling(marshalling, heli-rappeling, free jump).

Para siswa yang berjumlah 52 orang ditempatkan dalam dua tenda peleton dengan fasilitas veldbed pinjaman di [caption id="attachment_156460" align="alignright" width="300" caption="lari pagi, senam,sarapan, dan...belajar (doc WS)"][/caption] lahan kosong sebelah Kantor Basarnas Denpasar dan ruang kelas menggunakan aula kantor tersebut. Cekaman temperatur udara yang relatif tinggi sukses membuat bukan hanya siswa dan para instruktur pendatang, namun pribumi pun, tak kuasa mencegah banjir keringat di sekujur tubuh. Hal tersebut terus berlangsung hingga malam hari. Namun itu tak menyurutkan semangat para siswa yang berasal dari berbagai penjuru Indonesia untuk berjuang menyerap teori yang diberikan oleh para instruktur mereka sambil menahan belaian kantuk yang kian terasa setelah melewati tengah hari.

Menu harian para siswa selama periode pemberian teori di Kantor Basarnas Denpasar diawali dengan lari pagi, senam, dan setelah mandi-sarapan; jam 08.00 WITA mereka harus bergegas menuju aula Basarnas untuk menerima asupan berbagai teori dari para instruktur. Jeda istirahat siang untuk makan dan sholat, mereka pun kembali melanjut belajar sampai jam lima sore saatnya untuk makan malam-mandi. Kegiatan belajar-mengajar berlangsung lagi pada pukul 19.30 – 20.30 WITA dan sesudahnya baik siswa maupun instruktur pun beristirahat. Selainn teori, mereka pun dibimbing melakukan praktekmedical first responder di kelas, basic water rescue yang dilakukan di Kolam Renang ‘Tirta Ayu’ di kawasan Sanur dan high angle rescue technique menggunakan fasilitas tower di Kantor Basarnas Denpasar.

Berikutnya (6/12) pasukan siswa dievakuasi ke kawasan Bedugul, tepatnya di kawasan hutan yang terletak di tepi pertemuan dua danau Buyan-Tamblingan. Di sini para siswa dibagi menjadi delapan kelompok dan setiap kelompok diinstruksikan untuk membangun ‘sarang’ masing-masing bermodal ponco atau lembaran plastik yang memang merupakan perlengkapan wajib bagi peserta. Mereka pun mengumpulkan kayu-kayu kering untuk membuat perapian, selain sebagai pengganti kompor, juga berguna sebagai unggun penghangat saat malam tiba. Begitulah, ketika AC begitu dirindukan saat di Denpasar, maka sweater tebal dan api adalah komoditas wajib di Bedugul. Air untuk cebok dan mandi pun sedingin es...brrrrrr!!!

[caption id="attachment_156461" align="alignleft" width="300" caption="tenda,kayu bakar...rhythm of the jungle (doc WS)"][/caption] Para siswa umumnya menyambut kesempatan camping di alam terbuka ini dengan riang gembira. Obrolan keras dan teriakan penuh canda mereka terdengar bersahutan di antara harumnya aroma kopi panas serta sesekali dengking anjing liar yang berkelahi memperebutkan makanan. Tak lupa seorang siswa asal Bali yang menjabat sebagai pemangku (semacam pendeta – pen.) pun menyelenggarakan ritual ‘selamat datang’ khas Hindu Bali lengkap dengan segala sesajinya. Itu dilakukan untuk menghormati tradisi setempat. Sampai jauh malam barulah perkemahan berangsur sunyi. Tinggal sekelompokkecil instruktur dan staf sekolah SAR duduk mengelilingi api unggun sambil minum kopi, menyantap nasi bungkus jatah makan malam, dan, tentu saja, bercanda satu sama lain. Seekor anjing liar berwarna hitam turut menemani. Hujan yang turun kian deras akhirnya memaksa mereka masuk tenda untuk tidur. Apesnya –entah kenapa- tenda bocor dan ada genangan air di salah satu sisi tenda. Namun kelelahan sukses meninabobokan mereka hingga pagi tiba,saat mereka terjaga dengan baju dan peralatan tidur basah kuyup.

Meski arena belajar telah berpindah ke hutan raya, namun tetap saja jam 08.00 WITA para siswa harus sudah siap untuk taklimat usai mandi-masak-sarapan. Mereka akan mempraktekkan tahapan-tahapan operasi SAR dalam penyelamatan seorang survivor yang menurut skenario instruktur. Setelah mendapat instruksi dari Budi ‘Buna’ Mulyana, mereka pun berpencar dalam formasi beregu untuk mencari korban (survivor) dimaksud.(Bersambung)

[caption id="attachment_156463" align="aligncenter" width="300" caption="the beauty of Bunyan-Tamblingan (doc WS)"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun