Azan Subuh belum lama berkumandang saat saya dan Addam (17) melompat turun dari bis antar provinsi yang menghantar kami ke salah satu sisi kota Magelang, Jawa Tengah, tepatnya di perempatan Blabak. Jalanan masih lengang dan dengan pertimbangan efisiensi waktu, jasa ojek pun jadi pilihan melanjut perjalanan dengan tarif yang disepakati Rp.50.000 sampai ke tujuan.
Maka mulailah touring dadakan menyusuri jalanan yang kiri-kanannya masih menghijau dengan pepohonan menghutan yang membingkai lahan-lahan pertanian. Kondisi jalan menanjak berbukit, sesekali kami harus mengalah pada konvoi panjang truk-truk pengangkut pasir yang selain digunakan untuk proyek perbaikan jalan yang rusak parah akibat longsor beberapa waktu lalu, juga untuk memasok toko-toko bahan bangunan. Mulai dari jalan mulus, agak mulus, sampai jalan yang permukaannya full berbatu-batu kami cicipi di pagi buta itu.
Matahari sudah terbit saat kami tiba di Pesantren Masyarakat Merapi Merbabu (PM3) yang terletak di Dusun Windusajan, Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, di lereng gunung Merbabu. Kebetulan hari itu (24/7) para mahasantri (santri setara mahasiswa,-pen.) beserta para asatidz (guru-guru) sudah diagendakan menghadiri acara Tumplek Bleg Syawalan di Yogya, pesantren pun ditinggalkan di bawah pengawasan mahasantri yang kebagian tugas piket.
Mereka menyambut kami dengan ramah dan santun, di antar ke kamar tamu lalu disuguhi dua gelas teh manis panas yang memang sangat pas disajikan dalam tingkapan udara dingin di ketinggian itu. Selanjutnya mengobrol lesehan ditemani Galang yang berasal dari angkatan SMA setahun di atas Addam tentang sekilas kehidupan di PM3.
Dia, sama seperti Addam, adalah salah satu mahasantri yang lolos seleksi program beasiswa khusus putra untuk kuliah dan nyantridi PM3yang kurikulumnya disusun sedemikian rupa untuk mencetak calon-calon da’i (juru dakwah) sekaligus hafizh (penghapal Al Qur’an), dan wirausahawan Muslim yang mandiri, tangguh, serta berakhlak mulia.
Salah satu penanggungjawab PM3, Ustadz Ahsin, di sela-sela kesibukan mempersiapkan anak-anak didiknya untuk berangkat ke Yogya menyempatkan diri menemani kami berbincang tentang hal ikhwal PM3. Ustadz yang sebelumnya menjadi pemandu jalan kami untuk mencapai pesantren melalui akun WA itu dengan sabar menerangkan sejarah dan latar belakang berdirinya PM3.
“Ini berawal dari aksi tanggap cepat Tim Relawan Masjid Indonesia (RMI) saat terjadi bencana meletusnya Gunung Merapi pada tahun 2010 lalu.”Papar Ustadz Ahsin,”Seperti biasa tim-tim sukarelawan umumnya bubar jalan setelah bencana berlalu, namun masyarakat di kawasan itu meminta agar jalinan silaturahim dilanjutkan.”
Silaturahim di sini meliputi edukasi dakwah keislaman dan berbagai hal yang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari masyarakat yang berdiam di kawasan lereng pegunungan Merapi-Merbabu dengan mata pencaharian pokok bertani itu. Akhirnya permintaan itu disambut baik oleh Direktur Pro-U Media yang juga aktifis RMI, Ustadz M Fanni Rahman, dengan mendirikan fondasi bangunan pesantren pada tahun 2011 berbekal modal seadanya, termasuk untuk urusan pembebasan lahan dari masyarakat setempat.
Selanjutnya Tim RMI bertemu dengan seorang konsultan dari Yayasan Satu Untuk Negeri milik TVOne yang berujung pada pengajuan proposal pembangunan gedung pesantren. Setelah disetujui, proses pembangunan pun dimulai kembali pada awal Juni 2012 dan rampung pada Mei 2013.
Peresmian dilakukan secara simbolik pada Juni 2013 di SDN 1 Blongkeng Muntilan, Magelang’ oleh Menteri Sosial saat itu Dr Salim Segaf. Sekarang ini gedung Pesantren Masyarakat Merapi-Merbabu (PM-3) terbilang sangat representatif dengan adanya sebuah aula, kantor, kamar tamu, 3 lokal kelas, 3 lokal asrama, dapur, perpustakaan, koperasi santri, lapangan takraw, badminton, tenis meja dan lain-lain.
“Sengaja digunakan istilah ‘pesantren masyarakat’ karena para mahasantri di sini bukan hanya belajar ilmu-ilmu keislaman tapi juga dituntut untuk aktif membaur untuk mengenal, berinteraksi, dan kelak memberikan solusi bagi berbagai permasalahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.” Tutur Ustadz Ahsin,”Mungkin itulah yang membedakan PM3 dengan pesantren-pesantren lain.”