Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

'Back Azimuth' 49 Tahun WANADRI

16 Mei 2013   14:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:29 2050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13686877661284374271

‘Respek’ adalah filosofi mendasar yang seyogyanya dijiwai oleh seorang anggota Wanadri, demikian dipaparkan oleh Abah Iwan Abdulrachman (Pendidikan Dasar Wanadri/PDW 1964) dalam acara ‘back azimuth’ alias renungan kilas-balik Dies Natalis Wanadri ke-49 di Taman Hutan Raya Juanda-Bandung semalam (15/5). Respek terhadap alam, dalam artian kita mau menyediakan diri untuk mempelajari segala sesuatu tentang alam serta bersikap ‘benar’ dalam memperlakukannya, akan menciptakan semacam dialog spiritual antara alam dengan penjelajahnya,”Begitu pula respek terhadap manusia, bukan karena jabatan atau kekayaannya karena pada dasarnya kita tak memiliki apa-apa.” Papar lelaki inspiratif yang akrab dipanggil Abah Iwan ini,”Anggota kehormatan Wanadri, misalnya, bukan hanya diduduki oleh mereka yang menduduki jabatan tertentu...” Lalu dia bercerita tentang sosok Mang Ude, seorang penjaga salah satu danau di Jawa Barat, yang senantiasa dengan ramah menawarkan makan pada para pendaki yang baru turun gunung,”Padahal saya tahu persis, yang ditawarkan adalah makanan terakhir yang dia punya untuk keluarganya...bagaimana saya tidak akan menaruh hormat pada orang yang sedemikian mulianya?”

Adalah sekelompok pemuda Pandu (cikal-bakal Pramuka sekarang, -pen.), yang terdiri atas Harry Hardiman (Unpad), Ronny Nurjaman (ITB), Satria Wijayasumantri (Unpad), Adrian Majid (ITB), Nana Jumhana (IKIP, sekarang UPI, -pen.), Achmad Hidayat, dan Eddy Achmad Fadillah,; tergerak untuk membentuk semacam wadah yang bisa menyalurkan semangat kebangsaan serta cinta alam khas kepanduan ala Lord Baden Powell seluas-luasnya. Begitulah prosesi awal kelahiran Wanadri pada Januari 1964 dan kemudian diresmikan pada 16 Mei 1964 sebagai organisasi penjelajah alam dan pendaki gunung pertama di Indonesia. PDW pertama dalam situasi ‘uji coba’, maklum mereka belum punya pengalaman menyelenggarakan pendidikan dasar sebelumnya, pun digelar pada Desember 1964 dan melahirkan anggota angkatan pertama yang dinamai Singa Walang sebanyak 24 orang.

Salah satu tujuan pembentukan Wanadri, sebagaimana tercantum dalam AD/ART-nya, adalah menggembleng anggotanya menjadi sosok yang jujur, berani, ulet, cinta alam, dan cinta Tanah Air. Posisi Wanadri dalam masyarakat adalah sebagai sahabat bagi semua pihak ( ‘Sahabat yang baik dan sanggup menegur/mengkoreksi bila terjadi penyimpangan’ Papar Abah Iwan) dan saudara bagi sesama anggota Wanadri. Maka wacana soal ‘gaji’ Ki Lurah alias Ketua Dewan Pengurus Wanadri (DPW) pun dikembalikan pada ‘persaudaraan’ itu,”Buat apa punya saudara kalau tidak bisa saling menolong...” Ujar Abah Iwan dengan mimik jenaka yang dimangguti Ki Lurah M Ilham Fauzi (PDW 2008/Bayu Windu) setengah tersipu.

Acara renungan yang dibuka dengan tradisi khas Wanadri berupa penancapan kapak ke pokok pohon oleh Kepala Suku dan amat kental aroma kekeluargaannya itupun berlanjut dengan mendengarkan lagu-lagu balada yang dinyanyikan Abah Iwan diiringi petikan gitar yang telah menemaninya sejak menjadi anggota Wanadri tahun 1967. Disela-sela lagu, seperti biasa, Abah Iwan menyelipkan kisah-kisah yang melatari setiap lirik lagu yang dibawakannya.

Di akhir acara, semua hadirin berdiri membentuk lingkaran dan berdoa bersama dipimpin Adhyaksa Dault, mantan Menpora Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009) yang juga anggota kehormatan Wanadri. Selanjutnya ramah-tamah nostalgik antar para anggota sesepuh yang sudah langka bertemu karena berbagai faktor dan para yunior pun berlangsung hingga tengah malam. Lalu semua membubarkan diri dengan janji akan bertemu pada rangkaian acara dies berikutnya yang akan berlangsung pada 18-19 Mei 2013 mendatang di Perkebunan Gedeh, Cugenang, Cianjur. DIRGAHAYU, WANADRI ! JASAMU ABADI !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun