Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Perjalanan Hijriah, Bersama Menuju Cahaya

21 Juli 2023   11:13 Diperbarui: 21 Juli 2023   11:24 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manusia merugi kecuali konsisten dengan empat hal (doc. WS, Pixabay/ed.WS)

Demi masa, 

Hijriah adalah penanggalan yang lahir dari kebutuhan tertib administrasi umat Muslim dan merupakan produk politik di era kekhalifahan Sayyidina Umar bin Khatab (Ahmad Zarkasih, 2018). Sistem kenegaraan membutuhkan data yang lengkap,  termasuk keterangan hari-bulan-tahun alias tanggal, agar regulasinya bisa berjalan lancar dan terpantau perkembangannya.

Standarisasi penanggalan selanjutnya dibutuhkan untuk keseragaman sudut pandang terkait wacana waktu agar segenap unsur sosial dalam kekhalifahan, termasuk masyarakat umum, memiliki ritme yang sama dalam menjalankan aktifitas berbangsa dan bernegara.

Diskusi panjang yang melibatkan semua elemen dengan kompetensi keilmuan dan pemahaman akan akar sejarah perkembangan Islam di era Rasulullah Shalallahu'alaihi wassalam merupakan proses yang dilalui sebelum Khalifah Umar memutuskan untuk memilih tahun ketika Rasul berhijrah dari Mekah ke Madinah menjadi tahun pertama dalam kalender Hijriah.

Hijrah dipandang sebagai tindakan nyata dalam upaya menyaring yang haqq dari percampuran dengan yang bathil. Pengertian haqq, merujuk pada al Qur'an, adalah semua hal yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa ta'alaa untuk dikerjakan. Sementara bathil adalah segala sesuatu yang dilarang untuk dilakukan. Hijrah memberikan batasan pemisah yang tegas antara haqq dan bathil sekaligus menjadi deklarasi terbuka tentang komitmen dasar umat Islam untuk menolak pencampur-adukan kedua hal tersebut dalam kehidupan yang dijalani.

sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

Ibnul Qayyim dalam bukunya Al Jawaabul Kaafi menyebutkan bahwa Imam Syafi’i pernah mendapatkan sebuah nasehat terkait waktu dari seorang sufi. Nasehat tersebut berbunyi :

"Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka dia yang akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak disibukkan dengan kebaikan, maka pasti akan disibukkan dengan hal yang sia-sia.”

Waktu yang dalam perjalanan hidup manusia direpresentasikan melalui umur, juga menjadi tolok ukur seberapa tinggi kualitas seseorang sebagai manusia. Rasulullah bersabda, merunut hadits riwayat Tirmidzi, "Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya, dan seburuk manusia adalah yang panjang umurnya dan buruk amalnya.” 

Pedang waktu pastinya akan 'menebas' leher para manusia yang tenggelam dalam timbunan agenda memuaskan syahwat duniawi sehingga berjalannya umur jadi seiring dengan bertambahnya keburukan-keburukan yang ditebarkannya bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun