Resimen Mahasiswa (Menwa) acapkali dituding sebagai perpanjangan tangan TNI untuk menjalankan agenda militer di kampus-kampus perguruan tinggi Indonesia. Isu militerisme ini memang salah satu komoditas favorit dari masa ke masa yang sering digoreng oleh berbagai kelompok yang merasa misi-visi mereka bakal sulit dijalankan karena keberadaan unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang para anggotanya mengenakan seragam dan atribut militer dengan baret ungunya yang khas tersebut.
Hal tersebut secara tidak langsung direspon oleh Kolonel (Purn) TNI Mulus Budianto, SH, MH, ".... eksistensi Menwa bukan (berpijak pada) militerisme, melainkan (membangun) militansi di kampus ... " Paparnya pada momen silaturahmi Korps Batalyon II Universitas Padjadjaran (Unpad) seusai upacara pembukaan Pendidikan dan Latihan Dasar Kemiliteran (Diklatsarmil) Menwa Mahawarman Batalyon II Unpad di Kampus Unpad Jatinangor beberapa waktu (9/1) lalu.
Militansi, menurut KBBI, adalah 'ketangguhan dalam berjuang (menghadapi berbagai kesulitan hidup, bertempur di medan perang, dan sebagainya)'. Secara khusus, militansi bagi anggota Menwa dikaitkan dengan upayanya mencari, menemukan, dan memberikan solusi atas segenap tantangan/kendala yang dihadapinya baik di lingkungan keluarga, kampus, maupun lingkup sosial yang lebih luas dalam koridor Jiwa Korsa.
Jiwa Korsa Menwa, masih menurut Mulus yang juga alumni Menwa Yon II Unpad (Kompi M, Diklatsarmil tahun 1981) tersebut, berisikan dua nilai fundamental yang terkandung dalam) semboyan 'Widya Castrena Dharma Siddha' (WCDS) dan ikrar Panca Dharma Satya (PDS).
PDS adalah lima ikrar yang menegaskan komitmen setiap anggota Menwa pada Tuhan Yang Mahaesa, diri sendiri, keluarga, almamater, dan bangsa untuk menjalankan amanah yang diberikan dengan sebaik-baiknya. Butir-butir PDS selanjutnya menyatu menjadi sebuah pikiran utama yang terkandung dalam semboyan WCDS yang bermakna menyempurnakan tugas kehidupan dengan ilmu pengetahuan dan ilmu keprajuritan.
Ilmu kemiliteran yang diperoleh dari diklatsar kemiliteran bila disinergikan secara baik dengan ilmu pengetahuan yang secara formal diperoleh dari kelas-kelas perkuliahan tentunya akan memunculkan figur intelektual yang disiplin dan memiliki empati sosial yang tinggi terhadap masyarakat dimana dia tinggal. Memahami dan menjalani prinsip filosofi WCDS maupun PDS secara tepat adalah sebuah tindakan yang harus senantiasa dilakukan secara terus menerus oleh setiap anggota Menwa, bahkan setelah kelak dia menjadi alumni ('Patriotisme & Dinamika Resimen Kampus', hal. 223-224, 2012).
Pjs Komandan Batalyon (Danyon) II Unpad Ignatius Ivan (Kompi AK, Diklatsarmil tahun 2020) dalam wawancara via WhatsApp (12/1) menuturkan bahwa para siswa yang mengikuti Diklatsarmil Menwa Mahawarman Yon II Unpad yang dijadwalkan berlangsung hingga 30 Januari 2022 mendatang dengan medan latihan Kampus Unpad Jatinangor, Secaba Rindam III Siliwangi Bihbul (Cimenyan), Brimob Purwakarta, dan Ranca Upas itu akan mendapat sejumlah materi diklat yang menempa fisik, menggembleng mental, dan memperluas wawasan mereka. Peserta Diklatsarmil Yon II Unpad kali ini berasal dari tiga perguruan tinggi, yakni Unpad Bandung , Untag (Universitas Tujuhbelas Agustus) Cirebon, dan Unsap (Universitas Sebelas April) Sumedang.
Tim Pengajar dan Pelatih (Jartih) lintas institusi yang kompeten di bidangnya masing-masing akan memberikan materi diklatsarmil di bawah supervisi jajaran Komando Latihan (Kolat). Secara keseluruhan materi diklatsarmil diharapkan dapat menghantar para siswa mengenal dan memahami konsep WCDS dan PDS dengan sebaik-baiknya agar kelak dapat mengaplikasikannya secara optimal untuk kemaslahatan diri, keluarga, bangsa, dan kemanusiaan universal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H