Keberadaan Resimen Mahasiswa (Menwa) belakangan ini kembali menjadi sorotan gencar paska tewasnya Gilang Endi (21) saat tengah mengikuti Pendidikan dan Latihan Dasar  Pra Gladi Patria XXXVI yang diselenggarakan oleh satuan Menwa di kampusnya Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo akhir Oktober lalu.Â
Musibah itu mendapat respon yang luar biasa di media massa maupun di media sosial. Salah satu opini, yang sebenarnya merupakan lagu lama sejak awal bertumbuhnya institusi belanegara di perguruan-perguruan tinggi nasional tersebut, lantang menyuarakan untuk membubarkan Menwa.
Lantas bagaimana tanggapan berbagai kalangan yang dalam menjalankan fungsi dan misinya sering berinteraksi dengan unit kegiatan mahasiswa (UKM) khusus yang dikenal dengan atribut Baret Ungu itu?
Wakil Gubernur Sulawesi Tengah, Mamun Amir, dalam momen bedah buku 'MENWA di Simpang Zaman, Tetap Lurus Walau Salah Urus'Â karya Berni di HS Santika Palu beberapa waktu (29/10) lalu berbagi pemikirannya tentang Menwa.
Dia menyayangkan kedudukan Menwa yang paska reformasi kini 'hanya' setara dengan UKM lain tanpa tugas dan wewenang khusus di bawah rektor seperti sebelumnya padahal,menurut Mamun sebagaimana dirilis Bernie News (31/10), Menwa telah mendapat pelatihan militer khusus yang membuat kemampuan teknis mereka setara dengan anggota raiders ditambah pula mereka memiliki loyalitas terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sementara itu dalam kesempatan berbeda Brigadir Jendral (TNI) Farid Makruf, MA; dalam kapasitasnya sebagai Komandan Korem (Danrem) 132/Tadulako yang menjadi salah satu pembicara dalam sarasehan bertajuk 'Urgensi Resimen Mahasiswa (Menwa) Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi' di HS Santika Palu pada hari yang sama, memiliki penilaian tersendiri tentang institusi bela negara yang kini bernaung di bawah  rektor perguruan tinggi masing-masing tersebut.
Farid memaparkan berdasarkan pengalamannya," ... selama saya menjabat Danrem di Palu maupun di Nusa Tenggara Barat (NTB), saya mengalami sendiri bahwa Menwa adalah organisasi mahasiswa yang paling sigap dalam membantu penanganan paska gempa dan tsunami. Maka hendaknya organisasi Menwa harus ada di setiap perguruan tinggi sebagai pasukan elit penggerak pasukan bela negara di kampus masing-masing".
Sejumlah pimpinan dari berbagai perguruan tinggi di Palu yang hadir dalam saresehan merespon positif pernyataan Farid tersebut. Secara khusus Danrem 132/Tadulako itu memberikan penyegaran pada jajaran rektorat terkait tugas-tugas Menwa; yaitu membantu terselenggaranya pembinaan kesadaran bela negara, berkontribusi aktif untuk kelancaran berbagai kegiatan/program di kampus, membina aspek kesadaran bela negara pada para mahasiswa baru, dan menjalankan deradikalisasi di kampus. Menwa pun dapat dibina untuk menjadi satuan tanggap bencana kampus yang sewaktu-waktu siap diterjunkan ke berbagai lokasi yang terkena bencana.
Dia juga menambahkan bahwa para anggota Menwa umumnya secara sukarela menjalani pendidikan-latihan dasar kemiliteran yang pada akhirnya memahat etos patriotisme mereka sehingga dalam elemen Komponen Cadangan Sistem Pertahanan Rakyat Semesta, anggota/alumni Menwa dinilai merupakan kekuatan siap-pakai bila sewaktu-waktu negara membutuhkan dukungan tambahan dalam berperang.